webnovel

SINGKIRKAN DIA

Mereka berdua akhirnya mengikuti dua orang tadi dan berakhir di sebuah parkiran mobil, dimana ke dua pria tadi hendak memasuki sebuah mobil berwarna abu- abu dan hendak pergi dari sana.

"Apa rencanamu sekarang?" tanya Apple, dia mengangkat kepalanya dan melihat Jayden yang tengah menatap ke sekelilingnya, sepertinya sedang mengantisipasi ada berapa banyak orang di sana atau posisi orang- orang yang dibawanya.

"Mengikuti mereka," jawab Jayden dengan santai.

"Dimana kau memarkir mobilmu?" tanya Apple, dia melihat ke sekelilingnya dan tidak mendapati mobil yang biasa Jayden gunakan, tapi bukankah orang seperti Jayden memiliki mobil lebih dari satu?

"Aku memarkirnya di sisi lain gedung ini," Jayden berkata, menyeringai ketika dia melihat Apple mendengus dengan kesal atas jawabannya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tidak jauh dari mereka, mesin mobil abu- abu itu telah dihidupkan dan mobil tersebut mulai bergerak menjauh, untuk pergi dari parkiran.

Kalau mereka harus mengambil mobil Jayden terlebih dahulu, sudah dapat dipastikan kalau mereka berdua akan kehilangan target mereka ini.

"Tenang saja," jawab Jayden dengan santai, sambil mengamati mobil yang tengah berjalan mundur tersebut dan berdiri di samping sebuah mobil, sembari merapihkan rambut Apple, seolah mereka adalah dua pasang kekasih yang sangat romantis, sementara Apple hanya bisa memutar bola matanya dengan dramatis atas tindakan yang Jayden lakukan.

Ini adalah sandiwara yang murahan dan Apple sama sekali tidak percaya kalau dirinya adalah bagian dari itu. Ck.

"Mobil itu sudah pergi," ucap Apple, sambil mengangguk ke arah mobil abu- abu yang telah beranjak pergi dari parkiran ini, tapi mereka masih dapat melihat mobil tersebut berjalan menjauh.

Dan tepat pada saat itu, sebuah mobil sedan berwarna hitam menepi dan pengendaranya keluar dari dalam mobil.

"Ayo," ucap Jayden sambil menarik tangan Apple dan membawanya masuk ke dalam mobil.

"Sebenarnya aku bisa pulang dengan salah satu anak buahmu dan tidak perlu ikut dalam pengejaran ini," ucap Apple ketika dia sudah berada di dalam mobil. "Aku tidak benar- benar ingin terlibat dalam masalahmu." Well, Apple sudah memiliki masalah sendiri yang harus dia tangani, jadi dia tidak merasa kalau dirinya memiliki waktu untuk mengambil masalah lain lagi.

"Sayang sekali, cantik, kau sudah terlibat sekarang, jadi pasang sabuk pengamanmu, karena malam ini kujamin akan sangat seru," ucap Jayden, dia mengerlingkan matanya pada Apple.

Apple memutar bola matanya dengan sangat dramatis karena dia kesal. "Ayo cepat selesaikan ini, aku ingin cepat pulang ke rumah." Dia lalu mengenakan sabuk pengamannya dan membiarkan Jayden mengendarai mobil ini, mengikuti mobil abu- abu yang berjarak sekitar dua mobil dari mereka, mengantri untuk keluar dari parkiran gedung ini.

===================

"Kenapa kau bisa ada di dalam bar itu?" tanya Jayden ketika mereka hanya terdiam saja, setelah membuntuti mobil abu- abu tadi selama kurang lebih sepuluh menit.

"Aku ada urusan," jawab Apple dengan singkat, seolah dia ingin mengakhiri obrolan yang bahkan belum dimulai tersebut.

"Urusan apa? Dengan kekasihmu yang kasar itu?" tanya Jayden, yang lalu berbelok ke arah kiri. Dari papan jalan, sepertinya mereka akan keluar dari kota A ini.

"Dia bukan kekasihku," cetus Apple dengan sinis. Dia tidak suka dikaitkan dengan pria itu lagi.

"Mantan kekasihmu kalau begitu." Jayden tertawa ketika mendengar Apple mendengus dengan sebal. "Jadi? Benar? Kau bertemu dengan dia?" tanyanya ingin tahu.

Entah kenapa Jayden menjadi ingin tahu mengenai pria yang pernah menampar Apple tersebut karena dia merasa sangat kesal kalau mengingat kejadian tersebut.

"Bukan urusanmu," gerutu Apple.

"Memang bukan urusanku, tapi setidaknya katakan sesuatu, aku akan mengantuk kalau kau hanya diam saja dan memberengut." Jayden berpura- pura menguap.

Untuk sesaat Apple tidak menanggapi pria itu, tapi kemudian dia mulai bercerita.

"Aku mengenalnya sejak lima tahun lalu, tapi baru memulai hubungan serius dengannya empat tahun lalu," ucap Apple.

"Dan berapa umurmu sekarang?" tanya Jayden dengan penasaran.

"Aku dua puluh tahun."

"Jadi kau bertemu dengannya saat kau berusia lima belas tahun dan menjalin hubungan serius dengannya saat berusia enam belas tahun, benar?" Jayden melirik ke arah Apple, yang memberikannya tatapan curiga, seolah dia merasa kalau ada sesuatu dibalik pertanyaan itu.

"Ya," jawab Apple singkat, masih menatap Jayden dengan waspada.

"Wow, luar biasa…" Jayden menyeringai. "Kau sudah memiliki hubungan serius sejak berusia enam belas tahun, aku bahkan tidak memiliki satu pun hubungan serius di usiaku yang telah menginjak dua puluh delapan tahun."

Adilnya, Jayden tidak pernah menganggap urusan apapun itu serius, kecuali menyangkut orang- orang yang dulu pernah menculiknya tersebut.

Apple mencibir. "Itu karena kau tidak pernah menganggap apapun secara serius."

Jayden menggeleng ketika mendengar itu, dia tertawa pelan. "Itu karena aku memiliki prioritas yang lebih penting."

"Seperti mencari tahu organisasi yang dulu pernah menculikmu itu?" Apple dapat melihat kalau Jayden sedikit mengerutkan keningnya, mearsa tidak nyaman dengan topik tersebut, tapi kemudian, ekspresi wajahnya kembali berubah dan dia memiliki ekspresi tenang yang biasa.

"Setidaknya itu lebih baik daripada memfokuskan perhatianku pada pria brengsek yang memukul perempuan," balas Jayden sambil mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh.

Dan walaupun Apple menatapnya dengan galak karena komentarnya itu, dia tetap harus mengakui kalau apa yang Jayden katakan itu benar.

"Lalu apa masalahmu dengan orang- orang di bar itu?" Jayden mengingat empat orang yang terus memperhatikan Apple dari kejauhan.

"Kau bisa mengatakan kalau Kyle terlibat suatu masalah dan aku sebagai kekasihnya dulu, ikut terkena imbasnya juga," jawab Apple dengan nada santai, walaupun dari apa yang terlihat, masalah yang dia hadapi sama sekali tidak seringan itu.

Ada sebuah jeda setelah Apple mengatakan hal tersebut sebelum akhirnya Jayden berkata padanya.

"Kau ingin aku membantumu?" tanya Jayden, matanya masih terfokus pada jalan di depannya dan juga mobil abu- abu yang dia ikuti, sementara orang- orangnya berada di belakang dirinya, setidaknya ada dua mobil yang mengikuti.

"Membantuku dengan cara apa?" tanya Apple, dia menatap sisi wajah Jayden, menunggu jawabannya.

"Aku bisa menyingkirkan mereka kalau kau mau," jawab Jayden dan dia serius dengan kata- katanya, karena dia tahu kalau dirinya mampu melakukan hal tersebut.

"Kau tidak bisa membunuh orang begitu saja," balas Apple, tapi dia tahu kalau Jayden serius dengan kata- katanya dan ini bukanlah pekerjaan kotor pertama baginya.

"Tentu saja bisa. Aku bisa menyingkirkannya seperti ini." Jayden lalu menjentikkan jarinya.

Dan untuk sesaat, Apple dapat merasakan rasa dingin merambat di punggungnya ketika melihat senyuman Jayden.