webnovel
#ROMANTIS
#KELUARGA
#PERJUANGAN

My Father, My Hero

Ini adalah kisah seorang gadis bernama Larasati. Yang rela gagal menikah 3 kali dalam hidupnya, hanya demi Ayahnya. Calon suami Larasati tidak ingin membawa Ayah Larasati yang hidup sendirian di rumah tua setelah menikah nanti. Bagaimana Larasati tega meninggalkan ayahnya seorang diri, yang sudah merawat dia sendirian dari umur 2 tahun setelah ibunya pergi entah ke mana. Dia lebih rela gagal menikah dengan pria yang ia cintai daripada harus melihat ayahnya hidup sebatang kara. Karena bagi Larasati tidak ada seseorang yang akan menyayangi lebih dari ayahnya, apalagi seseorang yang baru mengenal kita, walaupun ia sangat mencintainya. Larasati, gadis berwajah ayu, yang hanya tinggal bersama dengan bapaknya sejak dia berusia 2 tahun. Karena terdesak ekonomi, ibunya pergi meninggalkan Larsati yang masih berusia 2 tahun dengan bapaknya. Entah ke mana ibunya pergi, ayah Larasati tidak tahu menahu. Menghidupi anaknya sejak usia 2 tahun, Pak Dirman, sosok bapak yang berjuang mati-matian demi anak semata wayangnya yang ia rawat sejak kepergian ibunya yang entah ke mana. Pak Dirman hanya bekerja serabutan, kadang beliau narik becak, ikut kuli proyek bangunan dan sebagai pesuruh tetangga di sekitarnya. Hingga Larasati menjadi seorang Sarjana. Ya, dengan mengayuh becak dari pagi hingga malam, Pak Dirman bisa mewujudkan cita-cita anaknya menjadi seorang sarjana. Itu semua tidak mudah, jalan yang mereka lalui sangat curam dan berbatu. Laras rela kuliah sambil bekerja di cafe hanya untuk membantu biaya kuliah dan biaya kehidupannya bersama bapaknya. Jika libur kuliah dia juga menjadi buruh cuci setrika pakaian di perumahan. Dari SMP Laras sudah bekerja menjadi buruh cuci setrika di perumahan. Itu semua ia lalui agar ayahnya yang sudah rentan dan sudah tua, berhenti menarik becak atau ikut kuli proyek bangunan. Tiga kali gagal menikah, tak gentar untuk Larasati membahagiakan bapaknya. Hingga dia rela di pecat oleh bosnya karena menolak menikah dengannya. Bagaimana tidak menolak, dia hanya mencintai Laras dan tidak menyayangi bapaknya yang sudah berjuang untuk Laras dari dia kecil. Laras lebih memilih kehilangan orang yang ia cintai dan pekerjaannya, daripada dia harus meninggalkan bapaknya hidup sendiri di rumah tua yang ia tempati hingga saat ini. Laras memang masih mencintai Rizal, mantan calon suami sekaligus bos nya dulu. Rizal memang sangat baik dengan dirinya dan Pak Dirman. Namun, yang Laras sayangkan, Rizal memutuskan kalau menikah nanti jangan membawa Pak Dirman ke rumah baru Rizal yang akan di tempati mereka setelah menikah. Laras harus memilih, jika tidak bisa meninggalkan bapaknya sendirian, Rizal akan membatalkan pernikahannya. Pernikahan yang sudah ia rencanakan sematang mungkin akhirnya harus gagal karena Laras memilih untuk tetap berada di samping bapaknya. Itu adalah yang ke-3 kalinya Laras gagal menikah, karena calon suaminya tidak mau membawa bapaknya saat setelah menikah, atau tinggal di rumah Laras bersama bapaknya. Hingga Laras menemukan sosok laki-laki lagi, setelah kurang lebih 1 tahun dia berusaha melupakan Rizal, calon suaminya dulu, yang masih di cintainya. Dokter Andra, dia adalah sosok laki-laki yang menyayangi Laras dan Pak Dirman. Hingga Akhirnya, Dokter Andra melamar Laras, dan berusaha melupakan mendiang calon istrinya. Laras dan Andra, mencoba melupakan masa lalunya. Namun, mereka menghargai satu sama lain perasaan masing-masing. Andra yang tahu alasan Laras gagal menikah karena calon suaminya tidak mau membawa Pak Dirman hidup bersama. Akhirnya, dengan dorongan kedua orang tua Andra. Andra merenovasi rumah tua Laras dan Pak Dirman untuk tinggal bersama setelah menikah. Namun, ada-ada saja cobaan yang datang disaat mereka akan mengikat janji sucinya. Rizal datang dengan segala penyesalan dan ingin kembali pada Laras. Di sisi lain, ibunya Laras adalah istri dari adik ibunya Andra.

Hany_Honey · Teen
Not enough ratings
2 Chs
#ROMANTIS
#KELUARGA
#PERJUANGAN

Bab 1

Hari ini adalah hari Minggu, seperti janji Laras, dia ingin membelikan perlengkapan alat-alat sol sepatu untuk bapaknya. Laras pergi ke toko yang menjual alat-alat untuk sol sepatu yang berada di dekat pasar tradisional. Dia menaiki angkutan, dia harus berjalan sekitar 3-5 menit untuk ke jalan raya sebelum naik angkutan.

Keadaan ekonomi Laras sudah cukup membaik setelah mendapatkan pekerjaan baru. Beruntung atasan di tempat kerja baru sangat baik. Teman-temannya juga sangat baik dengan Laras.

Laras masuk ke dalam toko tersebut, dan membeli alat-alat yang ia butuhkan, setelah selesai membeli peralatan sol untuk bapaknya, Laras berjalan ke arah pasar tradisional untuk membeli kebutuhan dapur yang sudah tinggal sedikit. Dia menyusuri trotoar dan berjalan dengan santai menuju ke pasar tradisional yang dekat dari toko tadi. Laras berjalan sambil melamun, dia memikirkan begitu kejamnya perlakuan ibunya yang pergi meninggalkan dia saat dia masih sangat membutuhkan sosok ibu. Demi agar bisa hidup nyaman, ibunya Laras dengan tega pergi meninggalkan Laras dan bapaknya.

Larasa sedikit menyeka air matanya, mengingat masa-masa pahit dalam hidupnya. Saat bapaknya harus ke sana ke mari mencari hutang untuk biaya rumah sakit dirinya. Ya, saat kelas 5 SD Laras terkena demam berdarah, yang mengharuskan dia di rawat di rumah sakit. Laras hanya memiliki bapak yang tangguh dan menyayanginya. Beliau harus pontang-panting mencari pinjaman untuk biaya rumah sakitnya. Hingga ada orang yang sangat baik sekali, yang membantu pengobatan Laras hingga sembuh. Entah siapa orang itu, kata Pak Dirman, dia adalah pemilik Rumah Sakit di mana dulu Laras di rawat waktu sakit.

Laras menyebrangi jalan dengan melamun hingga tak sadar ada mobil yang melaju sangat kencang.

"Ciiiitttttt," mobil itu mengerem mendadak di depan Laras.

Laras terserempet sedikit oleh mobil itu, pengemudi mobil itu segera turun dari dalam mobil, dan menolong Laras yang jatuh tersungkur di depan mobil.

"Mba, maaf, mba tidak apa-apa?" tanya pria yang tadi mengemudikan mobil dengan cepat.

"Ah…tidak apa-apa, mas. Maaf saya juga melamun jalannya," ucap Laras yang juga mengaku bersalah.

"Yakin tidak apa-apa? Kita ke rumah sakit, ya?"

"Ah…tidak usah, mas, hanya lecet sedikit, nanti juga sembuh di kasih obat merah saja," kata Laras.

"Yakin, mba?"tanya pria itu.

"Iya, mas, yakin tidak apa-apa," jawabnya.

Laras mencoba bangun dan pria itu membantu Laras untuk bangun. Namun, kaki kiri Laras terkilir, sehingga tidak bisa jalan dengan stabil.

"Awww…" ringis Laras.

"Kan benar, kaki mba cedera, ayo masuk ke mobil, saya akan urut dan saya tepikan dulu mobilnya," ajak pria itu sambil mengemasi barang-barang milik Laras.

Laras terpaksa menuruti ajakan pria itu, dia masuk ke dalam mobil dan pria itu menepikan mobilnya. Pria itu mengambil minyak urut yang ada di kotak obat dalam mobilnya dan mengurut kaki Laras.

"Maaf mba, ini akan sedikit sakit,"ucap pria itu.

Benar kata pria itu, Laras merasakan sakit sekali saat urat kakinya di betulkan kembali oleh pria itu, hingga Laras memekik kesakitan.

"Awwhh….,"pekik Laras.

"Sudah, mba. Sini aku obati juga luka mba yang ada di lutut dan siku." Pria itu membersihkan luka Laras dan mengobatinya. Setelah selesai, pria itu mengajak mengobrol dengan Laras.

"Mba mau ke mana tadi?"tanya pria itu.

"Mau ke pasar, sudah begini ya tidak jadi," jawab Laras.

"Terima kasih ya, mas, sudah menolong saya, kalau begitu saya pamit pulang." Laras membuka pintu mobil pria itu.

Saat akan keluar, pria itu memanggil Laras dan seketika Laras mengurungkan niatnya untuk keluar dari mobil pria itu.

"Mba, saya antar saja," ucap Pria itu.

"Mas, tidak usah, nanti saya jadi merepotkan mas," ucapLaras.

"Sudah tutup pintunya, saya antar mba pulang,"

"Emm…iya,"

Pria itu mengantar Laras pulang ke rumahnya. Awalnya mereka hanya salin diam, tapi pria itu memulai pembicaraan agar tidak sepi di mobil.

"Oh, ya, nama mba siapa?"tanya Pria itu.

"Emm…nama saya Larasati, mas," jawab Laras.

"Nama yang cantik, cocok dengan orangnya," ucap Pria itu

"Mas bisa saja, Kalau mas?" tanya Laras

"Saya Andra," jawabnya.

"Oh…mas Andra, salam kenal ya, mas. Maaf merepotkan Mas Andra," ucap Laras.

"Rumah kamu di mana?"tanya Andra.

"Itu depan nanti ada gang belok kiri," jawab Laras.

Monim Andra masuk ke dalam gang yang agak sempit tapi bisa di lalui mobil. Andra sampai di depan rumah tua. Ya, rumah Larasati. Rumah yang sudah tua, dihiasi oleh rindangnya dua pohon mangga, jadi merasa teduh sekali rumahnya.

"Ini rumahmu?"tanya Andra.

"Iya," jawab Laras.

Andra turun dari mobil dan membukakan pintu Laras, lalu memapah Laras menuju rumahnya. Pak Dirman terkejut melihat putri semata wayangnya berjalan dengan dipapah. Pak Dirman menyambutnya dan bertanya dengan panik apa yang terjadi pada putrinya.

"Ya Allah, Laras, kamu kenapa, nak? Kenapa kakimu?" tanya Pak Dirman dengan panik.

"Bapak, Laras tidak apa-apa, cuma terkilir tadi," jawab Laras.

"Ayo duduk sini! Bapak kan sudah bilang, jangan beli alat-alat sol sekarang," ucap Pak Dirman.

"Sudah, pak, bapak jangan khawatir,"

"Maaf pak, saya tidak sengaja menyerempet Laras, tadi saya ngebut bawa mobil," ucap Andra

"Dan Laras juga melamun pak, waktu menyabrang,"imbuh Laras.

"Sudah, yang penting kamu tidak apa-apa, nak. Oh ya, terima kasih, mas, sudah mau menolong putri saya," ucap Pak Dirman.

"Iya pak, sama-sama. Oh ya sebentar, saya ambilkan barang-barang bawaan kamu tadi." Andra mengambil barang yang di bawa Laras tadi. Serta mengambilkan obat penghilang rasa nyeri.

Andra adalah seorang dokter di rumah sakit milik papahnya. Papahnya seorang pengusaha dan memiliki dua ruamh sakit. Andra kembali ke teras rumah Laras, dia membawakan barang yang tadi Laras bawa, juga memberikan obat pereda rasa nyeri.

"Ini milik kamu, dan ini ada obat untuk menghilangkan rasa nyeri, karena habis jatuh pasti akan nyeri badannya."

"Terima kasih, mas,"

"Oh…ya, saya langsung pamit, ya. Saya ada operasi jam 1 nanti, jadi saya harus segera ke rumah sakit,"

"Apa anda seorang dokter?"tanya Pak Dirman.

"Iya, pak, saya dokter bedah di salah satu rumah sakit di kota ini," jawab Andra.

"Oh…jadi mas Andra dokter?"

"Iya, Laras," jawab Andra.

Andra memanggil Laras dengan namanya saja, karena Laras masih muda sekali, dan Andra 5 tahun lebih tua dari Laras. Andra pamit dengan Laras dan Pak Dirman untuk melanjutkan tugasnya di rumah sakit.