Jennie dan Irene kini tengah berada di perjalanan pulang sekarang , namun di tengah jalan tiba-tiba Gita memberikan sebuah pesan kepada Irene bahwa ia telah mendapat kan informasi tentang keberadaan Krystal terakhir kali di mana. di situ juga Gita memberikan Lokasi Krystal terakhir kali.
Irene yg mendapat kan pesan itu langsung buru-buru memberitahu Jennie di mana lokasi yg di beritahu Gita dalam pesan tersebut
"Jangan terlalu ngebut Jen , inget. ini di jakarta , di mana banyak kendaraan umum berlalu lalang " Irene memperingati Jennie agar hati-hati dalam menyetir
"Kau tenang saja , tugas mu hanya duduk diam di samping ku dan mengarahkan petunjuk arah" sahut Jennie ketus dengan pandangan lurus ke depan
"Aku tau itu , maaf " ucap Irene dengan merotasi kan mata nya ke arah lain , dan setelah nya hanya keheningan yg terjadi di dalam mobil tersebut.
**********
Jarwo akhirnya terpaksa menyutuji keinginan anak nya untuk pulang ke rumah malam ini sebelum akhirnya besok melalui hari yg sangat panjang , di mana anak bungsu nya itu akan melakukan Kemoterapi pertama nya.
"Lisa , jangan lari-lari nak" teriak Jarwo saat mobil yg di kendarai oleh Pak Hasan telah berhenti tepat di depan kediaman mereka , anak bungsu nya itu langsung keluar lebih dulu dengan berlari masuk ke dalam Mension dengan sedikit tergesa-gesa.
"Non Lisa memang seperti itu Tuan , kalau di Sekolah nya juga kadang suka lari-larian saat saya datang menjemput nya" ucap Pak Hasan tersenyum ketika mengingat kembali kelakuan Lisa yg kadang seperti anak kecil saat ia datang menjemput nya
"Benarkah ? , ah.. kurasa aku harus lebih mengawasi anak nakal itu. benar begitu kan San "Jarwo melemparkan canda'an yg di sambut baik oleh Pak Hasan selaku supir sekaligus teman bagi Jarwo , bahkan Jarwo sudah menganggap Hasan seperti saudara nya sendiri.
Praanngggg
Suara benda jatuh itu membuat kedua pria berumur itu langsung buru-buru masuk kedalam rumah , dan dapat mereka lihat bahwa Lisa jatuh ke lantai dengan banyak pecahan beling berserakan di mana-mana.
Seorang wanita asing di depan putri nya membuat Jarwo mengkerutkan dahi nya bingung , karna seingat dia tak ada tamu ataupun saudara nya yg menginap di rumah nya. lalu siapa wanita ini?
"Hey , kau tidak punya mata ya. lihat lah , baju ku jadi basah sekarang " bentak wanita asing itu membuat Jarwo geram dan melangkah maju mendekati putri nya untuk membantu nya berdiri kembali
"Siapa kau berani sekali membentak putri ku " balas Jarwo membentak wanita asing itu
"A aku Krystal , menantu di rumah ini " ucap wanita asing itu tak lain dan tak bukan adalah Krystal mulai ketakutan ketika baru menyadari siapa pria tua di hadapan nya ini
"Menantu? " Jarwo bergumam sendiri bingung dengan ucapan Krystal barusan
"Iya Pah , dia adalah Krystal Amalia. istri ku sekaligus menantu di rumah ini" sahut Vero yg baru saja kembali , mulai mendekati Ayah nya untuk memberikan penjelasan terkait istri nya di rumah ini.
"Dari keluarga mana , kamu pilih wanita ini dari keluarga baik-baik bukan? " tanya Jarwo penuh selidik saat Vero sudah berada di sisi kiri nya
"Dia anak dari salah satu mantan koruptor di Jakarta , tapi keluarga nya baik kok Pah"
Plaaak
"Kau itu bodoh atau apa , sudah tau Ayah nya mantan koruptor. tapi masih memilih nya menjadi pendamping mu" bentak Jarwo setelah ia melayangkan sebuah tamparan keras untuk putra satu-satu nya itu
"Tapi Pah , itu kan hanya masa lalu Ayah nya. toh.. sekarang Ayah nya sudah berubah menjadi pribadi yg lebih baik lagi , jadi"
"Pokoknya Papa tidak mau wanita itu ada di rumah ini , terlebih lagi dia tadi baru saja mendorong Lisa hingga jatuh. aku tidak mau mengambil resiko dengan tetap mengizinkan nya berada di sini " potong Jarwo lebih dulu sebelum Vero menyelesaikan kata nya
"Baiklah jika itu keputusan Papa , aku akan keluar dari rumah ini. ayo Krys , kita pergi dari sini " ucap Vero dengan lantang mulai menarik tangan istri nya untuk segera pergi dari rumah neraka nya itu
"Kak Vero , aku mohon jangan pergi " cegah Lisa menghadang kepergian kakak nya yg ingin pergi dari rumah
"Maaf Lis , Kakak tidak bisa berada di sini lagi" ucap Vero lalu kembali melanjutkan jalan nya lagi dan saat Lisa ingin mengejar Kakak nya , Jarwo lebih dulu mencekal tangan putri nya itu untuk tidak pergi menyusul putra nya yg sudah pergi bersama pilihan hatinya.
"Pah , biarkan aku mengejar Kak Vero. Kalo Mama sampai tau masalah ini , aku yakin dia pasti akan marah dan menyalahkan ku kedepan nya " ucap Lisa penuh harap memohon agar Ayah nya itu mau melepaskan cekalan di tangan nya ini , namun justru yg ia dapat adalah sebuah gelengan kepala dari Ayah nya itu.
"Tidak sayang , kamu tetap di sini. inget loh besok kamu harus melakukan Kemoterapi , dan untuk masalah Mama dan Kakak mu. itu biar menjadi urusan Papa nanti"
"Tapi Pah"
"Masuk ke kamar mu sekarang , dan beristirahat"titah Jarwo tak bisa di ganggu gugat lagi sekarang , membuat Lisa mau tak mau menuruti kemauan Ayah nya dan berjalan ke lantai atas dengan menunduk lesu.
" Hasan"
"Iya Tuan " sahut Pak Hasan selalu supir dan tangan kanan Jarwo di rumah ini mulai mendekat kembali ke arah majikan nya , setelah sebelum nya ia sedikit menjauh dan membiarkan drama keluarga itu terjadi tanpa campur tangan nya.
"Jika Tania pulang nanti , tolong beritahu saya. saya akan berada di ruang kerja untuk menyelesaikan pekerjaan saya yg tadi sempat tertunda di kantor"
"Baik Tuan , akan saya beri tahu Tuan nanti"
"Bagus lah" ucap Jarwo lalu berjalan menaiki anak tangga menuju ruang kerja nya yg terletak paling sudut di lantai dua itu
Tapi sebelum itu ia menatap sendu pintu kamar putri nya terlebih dahulu , lalu kembali melanjutkan jalan nya.
***********
Mobil yg di kendarai Jennie dan Irene berhenti di tengah jalan , mereka berdua keluar dari mobil untuk melihat banyak nya kabel-kabel yg terhubung langsung dengan mesin mobil itu dengan bingung.
"Arrrggghhh... , bagaimana ini. mobil kita mogok Rene! mana jalan semakin sepi lagi , pasti tidak akan ada pengendara lain lagi yg melintasi daerah ini"Jennie mengerang frustasi tentang keadaan mereka yg terkena sial malam ini
" Ya.. mau bagaimana lagi Jen , kita pasrah saja tunggu di sini sampai pagi berharap besok ada orang yg melintas dan membantu kita "
"Menunggu kata mu ? , kau gila ya. aku tidak mungkin menunggu di sini sedangkan bisa saja orang yg kita cari telah pergi semakin menjauh "ucap Jennie mulai tersulut emosi tak terima perkataan Irene sebelum nya
" Jennie , tanang lah. aku tau kau ingin menyelesaikan ini dengan cepat , tapi situasi kita tak memungkinkan untuk tetap melanjutkan perjalanan Jen"
"Kalau begitu kau tetap lah di sini , biar aku sendiri yg akan melanjutkan perjalanan ini seorang diri " ucap Jennie datar lalu ia benar-benar membuktikan ucapan nya barusan denger berjalan menyusuri jalan yg gelap tanpa membawa apapun selain tubuh nya sendiri
"Astaga anak itu " erang Irene frustasi sendiri lalu ia kembali masuk ke dalam mobil mengambil tas dia dan Jennie , lalu mengunci mobil nya dari luar. dan ikut menyusul Jennie yg semakin jauh dari jangkauan nya.