webnovel

BAB 29

Stretcher didorong dengan cepat oleh dua orang yang memakai pakaian putih.

Stretcher itu di masukkan ke sebuah ruangan yang cukup luas.

Semua keluarga Ayisa mengikuti arah kemana para perawat itu membawa Ayisa.

Mereka memasuki ruangan tersebut.

Masih sedikit cemas juga sedikit rasa legah.

"Sus! Anak saya bagaimana? kenapa dia belum sadar juga?" tanya Ani.

"Maaf Bu! tadi sempat pasien di suntik bius saat lukanya itu di jahit!" jawab perawat itu.

"Dijahit??!!" terkejut Anjeer.

"iya mbak karena kulit keningnya robek, dan itu harus di jahit agar tidak banyak darah yang keluar berlebihan dan juga bisa menyebabkan pasien kekurangan darah ataupun bisa juga menyebabkan kematian!" ucap perawat itu.

"kalau begitu kita permisi!"

Ayisa masih terbaring lemah tubuhnya masih bersahabat dengan obat bius yang di suntikkan kedalam tubuhnya.

"Bu! saya dan anak-anak juga mau permisi! karena kami harus kembali ke sekolah!" ucap Annisa.

"iya! terimakasih banyak sudah mau membawa Ayisa kesini!" ucap Ani.

"Terimakasih banyak ya Bu! Nak terimakasih juga" ucap Yuni pada Anjeer dan Fika juga pada Annisa.

Mereka berjalan Pergi keluar dari kamar pasien.

Tak lama setelah perginya mereka Ilyas pun datang dengan membawa sebuah stateskop yang di gantungkan di lehernya.

"Assalamualaikum" ucap Ilyas.

"waalaikumsalam" jawab Ani dan Yuni hampir bersamaan.

Ilyas tak henti menatap wajah Ayisa yang kini mulai memerah yang sedari tadi terlihat pucat karena cukup banyak darah yang mengalir dari keningnya.

"Ayi sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya! jadi jangan terlalu khawatir!" ucap Ilyas sembari menempel ujung stateskop di dada Ayisa untuk memeriksa detak jantungnya.

"Syukur Alhamdulillah kalau begitu!" ucap Yuni.

Ilyas menatap kedua paruh baya itu dengan perasaan berat hati.

Dia menghela nafas berat."sebaiknya kalian pulang saja! biar aku yang menjaga Ayi di sini!" ucapnya sembari mengelus pucuk kepala Ayisa.

Ani menatap Ilyas yang kini bertingkah tak sewajarnya."maksud kamu! kamu mengusir kita!" ucap Ani.

"tidak begitu Umi!". jeda beberapa detik."tapi Umi tau sendiri kan Ayi itu saat sakit dia tidak suka ada orang disekitarnya! Aku harap Umi mau mengerti!" ucap Ilyas mengingatkan.

Emosi Ayisa semakin naik level saat dia sedang sakit apalagi jika saat dia masuk rumah sakit dan disekitarnya dia melihat ada seseorang bahkan siapa pun itu, akan membuat emosinya meledak.

Ani menangis jika mengingat saat-saat jika Ayisa sedang sakit, Dia akan lebih mudah marah jika melihat ada satu orang pun di dekatnya.

Intinya Ayisa benci melihat ada orang jika saat dia sedang sakit.

Yuni merangkul pundak adik iparnya itu dan membawanya pergi dan pulang kerumah.

***

Ayisa terbangun matanya dengan perlahan dibukanya.

"aduh! kok sakit banget ya?" tanyanya sembari mencekram kepalanya.

Dia melihat kesegala arah dan tak mendapati satu orang pun.

ciiieek...

Knop pintu kamar pasien terbuka dengan pelan.

Ayisa mencoba menyandarkan tubuhnya di kepala stretcher.

"kamu udah sadar!" ucap Ilyas.

"Abang ngapain disini!!" bentak Ayisa.

Sudah diduganya jika dia masuk Ayisa pasti akan marah besar.

"kamu lagi sakit! jadi harus banyak istirahat! lebih baik kamu tidur aja lagi!!" titah Ilyas pelan.

Ayisa mengerutkan keningnya."Aku pengen sendiri! mending kamu keluar aja!" titah Ayisa.

Ilyas sangat mengerti situasi yang dialami oleh Ayisa saat ini.

"aku disini bukan hanya sebagai suami kamu! tapi juga seorang dokter!". Jeda beberapa detik."jadi sudah tugasku untuk merawat kamu sampai sembuh!" ucap Ilyas.

"mending kamu pergi dari sini!!" titah Ayisa membentak.

"memangnya kamu nggak takut sendirian disini?". Jeda beberapa detik."disini itu kalau malam-malam tepatnya jam 12 malam itu biasa ada orang yang suka manggil-manggil Lo!" ucap Ilyas menakuti Ayisa.

Ayisa sedikit terlihat ketakutan tapai egonya lebih besar dari ketakutannya.

"aku nggak peduli!! aku juga nggak takut! mending sekarang kamu pergi!" ucap Ayisa tegas.

jujur itu sangat membuat hati kecil Ilyas terluka. Bagaimana tidak Ayisa tak lagi memanggilnya Abang tapi Aku, kamu.

Dengan perasaan berat hati Ilyas berjalan keluar dan pergi menjauh dari Ayisa.

"Lily!" panggil Ilyas.

Seorang perawat kemudian mendekati Ilyas.

"Yes Doctor!?" ucap Lily.

Lily adalah seorang perawat juga asisten Ilyas yang harus mendampingi setiap pekerjaan yang dilakukan oleh Ilyas.

Lily merupakan seorang wanita yang centil cerewet tak hanya cantik dia juga seorang yang humoris, baik, dan sigayanya hampir sama dengan Ilyas.

Dan mereka sangat cocok dalam segi sifat juga sikap. Mereka juga sudah seperti saudara dan sangat dekat.

"Tolong kamu jaga pasien kamar no 2B!" titah Ilyas.

"ok sip! Doctor!" ucap Lily sembari mengangkat tangannya hormat pada Ilyas.

Lily berjalan menuju kamar tempat Ayisa dirawat.

"Lily tunggu!'

Langkah Lily terhenti ketika suara Ilyas memanggilnya.

Dia membalikkan tubuhnya melihat ilyas yang berjalan kearahnya.

"kamu jangan kesana sekarang!" ucap Ilyas.

"kenapa?" tanya Lily singkat.

"pasien yang disana mood nya lagi tidak baik! dan kamu harus tau kalau dia lagi badmood dia itu seperti singa!"jeda beberapa detik."auukrmm!" ucapnya menakuti Lily.

Lily menatap heran Ilyas yang bertingkat garing, melucu tapi tak berhasil membuatnya tertawa.

"ooh! ok Doctor!" ucapnya.

"saya mau pergi menemui dr. Irwan! kamu kerjakan saat pekerjaan kamu! tapi ingat jangan lupa tugas kamu sama pasien kamar 2B!" ucap Ilyas.

"ashiaap pak Doctor!" ucap Lily sembari menghormat pada Ilyas.

Ilyas tersenyum tipis melihat tingkah konyol Lily yang mengingatkannya pada Ayisa.