webnovel

Panggilan dari kepolisian

Letih dan lelah Zoltan menyudahi permainan liarnya. Tidak menyangka keinginannya tidak dapat terbendung pada perempuan yang baru saja ia kenal. Zoltan tidak seperti itu sebelumnya apalagi sampai minta tambah berulang kali dalam satu malam.

Enola Swettz sendiri tidak berdaya di pangkuan Zoltan. Tubuh dan matanya lelah hingga dia mudah tertidur dalam pangkuan lelaki dewasa itu. Perlahan Zoltan membaringkan Enola di atas king size, menyelimuti tubuh polos itu sampai dada. Sejenak wajah manis yang terlelap itu ditatap lekat.

"Tidurnya seperti bayi," ucap Zoltan tersenyum kecil hingga memperlihatkan lesung Pipit dikedua pipinya

...

Pagi pun datang menyapa, tubuh polos dibalik selimut putih masih tidak bergerak walaupun matahari hampir meninggi. Saat jiwanya bersemayam di alam mimpi, tiba-tiba saja ia tersentak kaget, nyaringnya dering pemanggil berasal dari benda pipih di atas nakas samping tempat tidur.

Jari-jari lentik itu bergerak menggapai nakas sampai benda yang menimbulkan bunyi berisik bisa ia dapatkan.

"Um ... Halo." Matanya enggan terbuka, hingga pemanggil yang dimaksud memekik sampai gendang telinga.

"Hei! Enola Swettz! Sudah sadar sekarang?" teriak Katrine lewat telepon.

Enola tersentak kaget. Matanya yang tadi menutup repleks melebar sempurna.

"Tunggu! Sekarang aku ada dimana?" Alih-alih membalas teriakan sahabatnya Enola lebih shok karena tidak mengenal tempatnya. Tatapannya mengitari kamar mewah itu.

"Kau sudah hilang akal Enola?  Bisa-bisanya tidak memberi kabar setelah sukses. Kau mau melupakan aku hah?" Katrine terus nyerocos tanpa jeda, tidak tahu menahu kesusahan apa yang sudah dilalui Enola semalam.

"Bukan itu masalahnya sekarang. Aku tutup teleponnya dulu!" Tidak menunggu persetujuan Katrine, Enola mengakhiri panggilan secara sepihak, dia harus mengumpulkan kesadaran alih-alih menjawab pertanyaan Katrine yang tiada habisnya.

Enola terdiam sejenak mengingat kejadian semalam. Tentu saja  ingat-ingat lupa, adegan dewasa itu berputar di atas kepalanya bagai benang kusut.

"Astaga mengapa aku seperti ini!" jerit Enola. Meremas rambut sebagai bentuk penyesalan.

Sebentar membuka selimut yang menutupi tubuh polosnya itu. Dia berdecak melihat miliknya yang tidak terbalut sehelai benang pun.

"Jadi benar aku bukan virgin lagi? Jadi pria itu dan aku sudah melakukan hubungan suami istri? Oh ... Tuhan, kenapa harus dia?"

Rekasi Enola berubah-ubah, kadang menyesal, kesal, geli dan bahagia  membandingkan ucapan sahabatnya dengan kejadian semalam. Mimpinya jadi nyonya kaya sebentar lagi. Saat dirinya  melirik ke samping selembar kertas berwarna pink tertempel di atas nakas.

Beberapa kata dari Zoltan untuk Enola di atas kertas pink itu. Zoltan berterima kasih sekaligus meminta pada Enola untuk menghubunginya lagi setelah bangun. Bukan hanya isi pesan yang di terima. Ternyata zoltan sengaja meninggalkan Black Card-nya untuk Enola.

"Kamu bisa memakai kartu ini untuk berobat dan membeli pakaian. Jangan lupa hubungi aku!" Itulah pesan terakhir dari Zoltan.

Enola hanya dapat menatap Black Card yang tiba-tiba saja ada di tangannya. Kartu hitam yang hanya dimiliki orang tajir. Seperti mimpi saja mendapatkannya setelah bangun tidur.

"Haruskah aku gesek kartunya, tetapi ...?" ucap Enola mengambang. Banyak sekali pemikiran menolak keras kartu hitam tersebut. Sisi lain memintanya memakai karena Enola sudah melakukan yang terbaik.

Lelah menimang keputusan akhirnya gadis itu duduk di tepi ranjang. Sesekali menghela napas panjang. Perlahan kaki pendeknya menyentuh lantai saat itulah dia memekik kesakitan.

"Ah ... Sakit! Perih banget. Jadi ini epek sampingnya?" Enola duduk lagi. Perlahan tatapannya turun mencari sumber sakit. Dia kaget melihat miliknya bengkak akibat kejadian semalam. Sangat mengejutkan lagi setelah melihat bercak merah di atas kain sprei.

Enola gadis remaja yang baru berusia 18 tahun itu merasakan sakit setelah melepaskan mahkota kesucian. Seperti orang katakan, sakitnya tidak bisa dilupakan.

~~~

Zoltan berada di kantor seperti biasa melakukan yang terbaik untuk perusahaannya.  Secangkir kopi panas tengah ia nikmati bersama pemandangan indah dari balik kaca besar yang memperlihatkan isi kota New York. Tentu saja ia menikmati keindahan itu tidak sendirian, Alex sebagai executive director melakukan hal sama seperti atasannya. Mereka dua Sabahat yang tak terpisahkan, selain itu  mereka  bekerja satu perusahaan hanya saja jabatan Zoltan lebih tinggi dari Alex karena Zoltan pemilik saham terbesar, tentu saja dia pemilik perusahaan itu.

Alex terheran karena sejak tadi memerhatikan  Zoltan tengah senyum-senyum sendiri. Senyum yang belum pernah ia tunjukan pada siapapun.

"Wajahmu nampak berseri, dan senyum itu baru aku lihat pertama kalinya. Mungkinkah  terjadi sesuatu antara kau dan Quinn?" terka Alex tepat.

Sebelum menjawab pertanyaan Alex, Zoltan menyeruput  kopi kentalnya lagi dengan kidmat.

"Tentu saja sudah terjadi sesuatu. Kau tidak akan bisa membayangkan kebahagiaan yang aku rasakan saat ini." Zoltan menarik bibirnya.

"Eit, jangan salah. Aku tahu apa yang kau rasakan. Biar aku tebak. Apa kau sudah melakukan itu semalam bersama Quinn? Benarkah begitu?"

Zoltan tersenyum kecil bersama anggukannya. "Kau memang sahabatku yang terbaik. Wanita itu ternyata masih virgin. Aku sangat terkejut saat melakukannya."

"Wow, rupanya kau mendapatkan tangkapan luar biasa. Jarang sekali wanita polos yang masih virgin di jaman gila ini. Tetapi kau bisa mudah mendapatkannya." Alex mengulurkan tangan pada Zoltan.

"Selamat kawan. Aku harap wanita itu terbaik dari yang terbaik sehingga kau tidak bersusah payah melakukan kontrak kencan."

"Terima kasih. Tap--" ucap Zoltan terpotong saat bunyi nada pemanggil nyaring di balik saku jas-nya.

Zoltan menjawab panggilan dari Neneknya yang meminta pulang setelah bekerja. Semalam Zoltan tidak pulang ke rumah. Nyonya Herbert cemas dan merindukannya. Selain itu Jose Mayers tak henti bertanya kabar mengenai  lamaran Zoltan.

Menutup panggilan itu setelah menenangkan hati sang nenek. Kali ini Zoltan terlihat lega tidak seperti sebelumnya.

"Kau akan menikahinya?" ucap Alex tiba-tiba membahas pernikahan.

"Tentu saja akan aku lakukan itu. Tetapi aku ingin meminta pendapatnya, karena mungkin dia akan menolak sebab kami berdua belum mengenal satu sama lain," papar Zoltan memikirkan sudut pandang Enola. Baginya Enola wanita dewasa yang banyak pertimbangan. Tetapi apa benar begitu? Nyatanya Enola hanya lah remaja polos yang memikirkan masa sekarang.

"Jika Quinn hamil bagaimana? Kau harus menikahinya." Alex terus memberikan pertanyaan yang sukses membuat hati Zoltan berdebar.

Belum sempat dia menjawab, seseorang masuk setelah mengetuk pintu. perempuan cantik mengenakan rok sepan di atas lutut muncul di balik pintu. Cecilia--sekretaris andalan Zoltan memberikan selembar amplop panjang.

Amplop tersebut bukan undangan pesta, atau undangan perayaan pernikahan, melainkan panggilan dari pihak kepolisian.

Alex menggeser tubuhnya ke samping Zoltan penasaran melihat isi amplop tersebut.

"Panggilan dari kepolisian?" Alex membaca tulisan di dalamnya. Sangat mengejutkan surat itu  ditunjukan untuk Zoltan.

"Kau sudah melakukan kesalahan apa? Mengapa orang ini menuntutmu?" Alex tidak habis pikir. Kali pertama ada orang yang menuntut seorang dimples prince.

"Konyol sekali. Beraninya dia menuntutku." Zoltan menyeringai sebab mengingat pelaku tuntutan itu.

Dua hari yang lalu Zoltan pernah menangkap basah Guazel saat melakukan hubungan intim dengan pria lain. Disitulah Zoltan murka dan memukul pria selingkuhan Guazel hingga babak belur.

Roan selingkuhan Guazel tidak terima karena Zoltan hampir menghabisinya. Roan memberanikan diri membuat tuntutan pada Zoltan yang sudah melakukan kekerasan padanya.

"Dia pikir siapa? Beraninya mengusikku." Harga diri Zoltan terluka, mereka yang selingkuh, mereka pula yang menuntut. Sangat menggelikan.

"Biar aku yang membereskannya," tawar Alex, tidak ingin  Zoltan berjuang sendiri.

"Tidak perlu. Aku bisa mengatasi tikus ini sendiri. Dan kau, cukup  panggil lima pengacara kita! Aku akan membuat dia menyesal seumur hidup." Jika Zoltan sudah bertekad, maka tidak ada yang tidak mungkin. Bersiaplah Roan menerima serangan balik dari Zoltan sang developer terkaya.