"Oh, jadi seorang Galang sekarang tidak suka melihat hal seperti ini? Kenapa? Bukankah ini makanan lo?" tanya Sandy yang merasa heran saat mendengar Galang yang mengatakan kalau dia tidak suka.
Sandy melangkahkan kaki mendekat ke arah Galang, menatap Galang dengan sebuah senyuman yang dia tambahkan, ekspresi terlihat seperti orang yang sedang ingin tahu akan banyak hal.
"Kenapa nih seorang Galang bela cewek cupu kayak dia? Ada hal apa atau jangan-jangan cewek cupu ini adalah cewek lo?" tanya Sandy yang tidak berhenti tersenyum.
Mendengar pertanyaan yang terakhir, sontak membuat Naura menjadi langsung fokus memperhatikan Galang. Ada sebuah perasaan tidak enak yang sekarang tengah Naura rasakan.
"Galang. Anak brandalan Bintang Medika, sekarang pacaran sama cewek cupu kayak dia? Apa kata anak-anak yang lainnya? Mata lo kenapa nih Lang?" tanya Sandy.
Bukh
"Gak usah banyak nebak!" larang Galang setelah dia mendaratkan pukulannya di sudut bibir Sandy.
Naura begitu terbengong. Kedua tangannya dia gunakan untuk menutup mulutnya yang melongo kaget saat melihat secara langsung bagaimana Galang memukul Sandy.
Sandy memegangi sudut bibirnya yang sekarang terasa nyeri dan mulai memerah mungkin akan mengeluarkan bercak darah, Galang tidak peduli akan hal itu.
"Kenapa marah nih? Masih pagi, ada apa sih? Ada apa?" tanya Sandy lagi.
"Gue udah bilang berhenti, kenapa lo gak nurut?" tanya Galang yang menatap datar Sandy dengan tatapan yang penuh dengan ketidaksukaan.
"Haruskah gue nurut sama lo?" tanya balik Sandy.
Suasana sudah mulai memanas sekarang, banyak yang sekarang memilih untuk memperhatikan mereka berdua.
Bagaimana tidak membuat mereka terdiam bingung kalau hal ini adalah hal yang langkah?
"Gak ada yang boleh membantah apa yang sudah gue ucapkan!" tekan Galang dengan tatapan yang semakin menajap saat menatap Sandy.
Tettt tett
Suara bel masuk terdengar dan hal ini sontak membuat mereka bubar, karena kalau mereka lebih memilih untuk terus di sini ada kemungkinan kalau mereka akan terkena marah oleh guru mereka, meski tidak sedikit yang masih diam di sini.
"Sayangnya masuk, gue lagi gak ingin bolos. Silakan bela cewek cupu lo ini," ledek Sandy yang kemudian melangkahkan kakinya.
Sandy memberikan kode kepada mereka yang ada di sini untuk bubar dan dengan seketika mereka bubar, mereka tidak penasaran dengan apa yang akan Galang lakukan dengan Naura, karena mereka menyangka kalau Galang akan mengabaikan Naura begitu saja.
Sepertinya alasan yang membuat Sandy lebih memilih untuk pergi, karena dirinya tidak ingin mencari gara-gara dengan Galang, terlebih semula dia sudah tahu kalau Galang sudah emosi.
Akan lebih baik kalau dirinya lebih memilih untuk pergi, dibandingkan harus terus-terusan berhadapan dengan Galang yang bukan sebuah hal yang tidak mungkin kalau nantinya mereka akan berkelahi.
Perlahan Galang mengedarkan pandangannya, sekarang memang sudah tidak ada orang, tapi kebetulan koridor ini tidak dekat dengan kelas, sehingga belum ada guru yang melewat, mungkin ada yang masih di Kantor.
Di satu sisi Naura masih memperhatikan 2 yoghurt yang tergeletak di seberang sana dalam jarak yang tak berjauhan.
Memperhatikan yoghurt tersebut ternyata membuat Naura lupa kalau baru saja bel masuk sudah berbunyi, karena masih ada perasaan kesal dalam dirinya.
"Udah biarkan." Galang berucap setelah dia beberapa saat memperhatikan Naura yang seolah tidak ikhlas saat tahu yoghurt-nya menjadi sia-sia seperti itu.
"Yoghurt aku," ucap Naura dengan nada yang terdengar rendah.
Galang menjadi fokus memperhatikan Naura yang sekarang tengah terlihat seperti anak kecil yang begitu menyayangkan makanan kesayangannya terbuang begitu saja.
"Terus mau apa?" tanya Galang datar.
Naura menggelengkan kepalanya. "Gak tahu, tapi yoghurt aku ..." lirih Naura yang benar-benar terlihat tidak rela.
Di sini Galang malah menjadi kebingungan dengan apa yang harus dia lakukan sekarang, karena tidak mungkin dia membiarkan Naura mengambil yoghurt tersebut.
"Udah bel, masuk sana."
Galang mencoba untuk mengingatkan Naura kalau waktu pembelajaran sudah dimulai, karena dia tahu kalau Naura begitu suka belajar, berbeda dengan dirinya.
"Tapi ... yoghurt aku?"
Sampai saat ini yang ada di pikiran Naura masih yoghurt tersebut, dia bahkan sampai sekarang belum mengalihkan pandangannya, meski di samping ada Galang.
"Nanti gue beliin," ucap Galang dengan begitu enteng.
Tidak disangka, ternyata Naura dengan seketika langsung melirik ke arah di mana Galang berada. Naura menjadi fokus menatap Galang setelah sedari tadi dia fokus memperhatikan yoghurt.
Hal ini membuat Galang kebingungan sambil mengernyitkan keningnya.
"Bener ya, nanti beliin aku yoghurt?" tanya Naura yang ingin mendengar sebuah kepastian.
Semula Galang kaget kenapa Naura menatapnya, ternyata Naura hanya ingin memastikan kalau apa yang sudah dia ucapkan itu benar.
Galang menganggukkan kepalanya. "Sekarang ke Kelas," ucap Galang. Di sini dia tidak mau membiarkan Naura terus-terusan berada di tempat ini.
Dengan begitu enteng Naura mengangguk dan kemudian melangkahkan kaki bersama dengan Galang di sampingnya.
Naura melirik ke arah di mana Galang berada. "Makasih ya, aku tunggu yoghurt-nya." Naura mengukirkan senyumannya yang terlihat begitu ceria.
Ternyata hati Naura yang bisa dengan mudah bersedih sebab hal tersebut, bisa juga dengan cepat dibuat kembali ke semula, asalkan oleh hal serta orang yang tepat.
"Iya."
Hati Naura sekarang sudah membaik dari sebelumnya. Saat mengingat kejadian tadi, Naura malah merasa bahagia karena ternyata Galang mau membela dirinya.
Di satu sisi ada Galang yang merasa kebingungan kenapa suasana hati Naura bisa dengan cepat kembali berbunga-bunga, padahal sebelumnya terlihat seperti orang yang sangat sedih.
Ada sebuah hal yang mendadak teringat di pikiran Naura sebelum sampai ke kelas. "Eh Kak," panggil Naura.
Galang melirik ke arah Naura dan mengernyitkan keningnya pertanda ada apa.
"Kamu tadi tumben mau belain aku di tempat umum kayak gitu, kenapa?" tanya Naura yang merasa penasaran dengan alasan di balik galang yang ingin membela dirinya.
Naura juga tahu siapa Sandy, bahkan sebelumnya Naura tidak pernah mengira kalau akan ada orang yang menolongnya, karena pasti banyak orang yang akan memilih untuk diam, ternyata malah di luar dugaan.
Orang yang menolongnya malah Galang, tapi dia masih tanda tanya dengan alasan kenapa Galang mau menolongnya?