webnovel

My Curse is Your Love

Bayangkan saja, Orpheus sudah berumur 24 tahun. Ia tidak pernah bertemu lagi manusia, bekerja apalagi bercinta. Bukan sebab dia tidak suka. Tetapi, memang di tempat dia tinggal tidak ada. Ya, Dia tinggal di sebuah hutan belantara, di bawah kaki gunung, dan sendirian. Ia mengasingkan diri dari orang-orang karena kutukan yang diberikan ibu tirinya. Orpheus sangat membencinya sejak atau sebelum dia dikutuk olehnya. Sekarang, Orpheus menderita sebuah penyakit, yang disebut sebagai Auge. Penyakit itu menyiksa apa pun yang ia tatap, menghancurkan dan merusaknya. Dalam konteks 'apa yang dia pikirkan'. Setelah 10 tahun dalam kesendirian. Tiba-tiba hadir seorang gadis berusia 19 tahun yang ia dapati tidur di ranjangnya. Namanya Kyandra, memiliki aliran darah kecantikan yang mampu membuat ibu dan adik tiri Orpheus—Locan dapat abadi. Ternyata, merekalah yang mengundang Kyandra datang, untuk diambil darahnya, sebab, ibu dan adik tiri Orpheus adalah seorang Vampir. Kyandra meminta tolong Orpheus untuk membantunya kembali ke kota asalnya. Namun, Orpheus baru mendapati kenyataan dari ibu tirinya, "Kau akan membantunya kembali?! Bodoh! Kau tidak akan menemukan wanita lain di sini. Kutukan yang aku berikan itu, hanya dapat sembuh, bila kau mampu berhubungan badan 5 kali dan berciuman 5 kali dengan wanita yang mencintaimu." "–Semua itu untuk menebus 10 tahun hidupmu yang sendirian. Dengan konsekuensi, kau harus mampu melakukannya dalam waktu 10 minggu, atau kutukannya akan jadi abadi. Dan kau tahu? Hari itu sudah dimulai sejak, kau bertemu dengan Kyandra!" papar Jemisha—Ibu tiri Orpheus. CAME ON READ! AND SEE WHAT THEY WILL TO DO!!

Asya_Ns · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

Her Coming || 03

Kregh!

Tes!

Satu tetes air itu telah menyentuh tenggorokan Kyandra, bersamaan dengan patahnya tulang tangan yang mengacungkan daun itu pada bibir Kyandra.

Pria berbadan gemuk itu mengerang kesakitan.

Kregh!

Suara yang sama. Kedua kaki pria yang memblock badan Kyandra pun ikut patah, tersungkur. Mereka mengerang kesakitan.

Kyandra terjatuh di tanah. Air dari tanaman tadi, ia rasa sudah menguasai kesadarannya. Pandangannya semakin kabur. Hanya sesosok tubuh jangkung, dengan wajah tampan yang ia lihat terakhir kali.

"Aku tidak percaya ini. Hutanku mulai ramai, dan akan menjadi kota, sekarang!" ucap pria itu, yang tak lain adalah Orpheus.

Ia tidak benar-benar mematahkan tangan dan kaki kedua penjahat itu. Ia masih ingin berolahraga, dan bermain-main, setelah hampir 10 tahun, kehidupnya tampak membosankan.

Kedua pria itu bangkit.

"Siapa kau! Bagaimana kau juga bisa ada di sini?!" hardik salah Pria berbadan gemuk.

Orpheus hanya diam. Ia menatap ranting yang membuatnya jatuh tepat di hadapan pria itu.

Orpheus kembali tersenyum sinis.

"Ya! Kami tidak akan berurusan denganmu! Kami hanya inginkan gadis ini!" tawar pria berambut gondrong, seakan ia mulai gentar terhadap mata dan tubuh Orpheus.

Pria berbadan gemuk berlari, mendekati tubuh Kyandra.

Brugh!

Sebuah tendangan melesat, tepat pada mukanya.

"Jangan coba-coba menyentuhnya!"

Orpheus mendengus, "Jika aku mau, aku tidak perlu repot-repot mengangkat kakiku demi penjahat lemah seperti kalian!" gumamnya sombong.

"Hyaa!!..." Mereka melemparkan sebuah batu besar pada tubuh Orpheus. Matanya seperti harimau, dengan sigap menghancurkan, dan menjadikannya berkeping-keping.

"Masih mau melawan?!"

Pertanyaannya membuat sebuah pohon besar di samping mereka tiba-tiba bergetar.

Orpheus berkali-kali hanya menyeringai. Menyudutkan satu sudut bibirnya yang menawan.

Ranting dari pohon itu berjatuhan, hingga akarnya semakin bergetar hebat.

Tidak perlu waktu lama bagi Orpheus. Sekejap. Pohon besar itu tumbang, dan menindih kedua penjahat itu. Mereka menjerit kesakitan! Sangat sakit, sebab malaikat lah yang datang untuk membawa nyawa keduanya.

"Wah… ternyata seru juga dapat memiliki lawan di dunia ini. Gadis menyebalkan." Orpheus mendekati Kyandra, "–kau yang akan menjadi lawanku selanjutnya. Bagaimana?" Orpheus meletakkan tangannya dibawah tubuh Kyandra. Ia mengangkatnya perlahan dari tanah. Rambut Kyandra menjuntai ke bawah.

Orpheus kembali berjalan pulang. Dalam perjalanan, beberapa kali ia menatap wajah Kyandra dengan lekat.

Orpheus yang angkuh itu tanpa sadar berpikir hal lain.

"Apa jenis manusia yang lain, ada yang secantik dia. Setahuku semua wanita sama saja, seperti ibuku yang keparat itu." Ia terus berjalan, membopong tubuh Kyandra yang lemas, mengikuti kemanapun Orpheus menggerakkannya.

Kyandra tampak sedikit berbeda dari saat sedang datangnya. Ia lebih memesona sekarang, apalagi postur tubuhnya yang molek mulai sangat terlihat oleh rok-nya yang tidak lagi utuh.

Ingin rasanya Orpheus membuang saja wanita itu ke sungai, agar pikirannya tidak bertindak demikian.

"Ya! Diakan seorang penyihir! Penyihir macam apa? Lemah! Menghadapi dua orang seperti itu saja tidak bisa!" desah Orpheus yang hampir sampai di rumahnya.

Ia membaringkan tubuh Kyandra ke kasurnya yang seperti awan mengambang itu. Orpheus merasa, dia benar-benar menjadi pria bodoh sekarang.

Tadi dia yang mengusirnya paksa dari rumah dan kasurnya. Dan sekarang? APA INI?! Bagaimana bisa dia malah menggendongnya sejauh perjalanan, dan mengembalikannya kembali ke ranjangnya!.

"Aku tidak bodoh! Ya, tentu saja. Gadis inilah yang gila!" Orpheus meninggalkannya, ia menuju bagian lain kamarnya yang terdapat bertumpuk buku dalam perpustakaaan mini nya.

Untuk pertama kali dalam hidupnya. Seorang Orpheus sekarang harus rela tidur pada kursi kayu yang kasar dan keras. Demi seorang gadis yang tidak jelas, dan tidak dia tidak kenal.

"Berada dimana pun. Wanita hanya dapat menyusahkan! Dan yang lebih payah, lelaki suka di susahkan! Damn!" Orpheus menyandarkan tubuhnya, menutup wajahnya dengan buku, dan ikut tertidur pulas.

Hari telah beranjak malam, ia akan menunggu pagi tiba. Lebih mengesalkan lagi, ini juga untuk kali pertama ia tidak memikirkan akan makan apa besok. Padahal, ia sudah tidak memiliki pasokan makanan apa pun.

✧༺♡༻✧

Malam adalah surga bagi para makhluk gelap. Ini adalah waktu terbaik mereka untuk menikmati kehidupan bersama rembulan.

Mereka akan keluar, untuk mencari makan, memenuhi gairah hidup mereka, dan bertahan hidup.

Sebuah mansion luar biasa agung, berdiri ajeg di pertengahan hutan yang lain.

Mansion itu tampak kusang, ada banyak jaring laba-laba menggelayutinya. Namun, jangan pertanyakan bagian dalamnya. Sangat indah! Dan sangat luar biasa.

Lampu gantung, pasak besar, dan tingkat menjulang, menuju ke masing-masing ruangan kamar.

Didalam salah satu kamar itu terdapat dua orang yang sedang mengaduk-aduk darah pada sebuah bejana.

Darah itu mengepal, lantas perlahan menghilang.

"Locan kita berhasil!" seru seorang perempuan dewasa, dengan gaun hitam menjuntai, ia tampak sangat girang.

"Berhasil? Apa, Ma?!" tanya anaknya yang bernama Locan itu.

"Usaha kita selama bertahun-tahun akhirnya membawakan hasil! Lihatlah! Darah dalam bejana ini telah menghilang? Kau tahu kemana perginya?! Darah segar ini akan masuk ke dalam tubuh seorang gadis," jelas wanita bernama Jemisha itu.

"Gadis?"

"Ya, gadis itu adalah langkah kesucian kita, sumber keabadian. Ketika kita meminum darahnya, kita tidak akan tua, dan kita akan menjadi bangsa vampir yang kembali resmi. Kita juga tidak perlu mencari pasokan darah lagi, kita akan bawa gadis itu kemari! Dan menjadikannya sumber minuman kita setiap hari!" jelas Jemisha.

Locan memutar lidahnya. Ia seakan tidak tahan akan apa yang dijelaskan ibunya barusan. Selama ini mereka hanya bangsa vampir rendahan, yang terbuang dan tak teranggap.

Ya! Semua itu adalah ulah ibunya. Sebab, ia telah melanggar peraturan bangsa vampir dengan menikahi manusia yang seharusnya menjadi mangsanya.

"Jangan sampai kita berbuat kesalahan lagi kali ini."

"Tapi, Ma? Kita telah terkurung di hutan ini selama ratusan tahun! Bagaimana kita dapat keluar untuk mencari darah dari seorang gadis yang mereka hidup di kota?!" tanya Locan dengan tubuhnya yang terlihat sangat berisi itu.

"Apa yang kau takutkan? Dialah yang akan datang kemari! Ya! Dan Gadis itu telah datang, kita akan segera menjadi abadi dan kembali dalam takhta kita. Kaum para vampir yang terhormat," jelas Jemisha memainkan rambutnya yang ikal.

"Datang? Maksud Mama? Dia ada di hutan ini?" Mata Lodan membulat, ia benar-benar tidak percaya.

Locan sangat ingin menghisap darah dari sosok bernama manusia itu. Apakah rasanya seperti soda pada minuman yang memabukkan? Atau lebih dari itu?

"Ya! Dan kau yang harus mencarinya? Apa kau sanggup?!"

"Jadi Mama memperbolehkanku keluar dari mansion ini?!" seru Locan.

"Ya!" Jemisha berlari kilat. Mendekati tubuh anaknya itu.

"Dengan satu syarat! Walau kau menemukan manusia lain! Siapa pun. Di dalam hutan ini, jangan pernah kau ganggu dia! Kau hanya boleh mencari wanita itu! Kau paham?!"

"Tapi, Ma?!"

"Apa kau tidak dengar?! Ini pertama kali bagimu keluar. Engkau mama bebaskan! Jika kau sampai tidak mau menuruti apa yang mana katakan! Persiapkan saja, kau akan kembali mama keram dalam garis–"

"Ya, ya, ya! Aku akan menuruti mama! Mama tidak perlu terlalu mengancam begitu padaku. Aku ini putra mama!" Locan menderu geram. Ibunya selalu saja bersikap demikian.

"Mama tidak perduli! Dan satu lagi! Kau harus bawa gadis itu kemari! Tidak menikmatinya di jalan! Meski otakmu mendidih, dan tenggorokanmu tersayat karena aroma darahnya! Jangan sampai kau menghisapnya sebelum sampai di rumah ini?! Apa kau mengerti Locan?!" pekik Jemisha.

"Tentu saja, Ma. Bangsa vampir tidak pernah tidak siap. Apalagi untuk hal sepele seperti ini… Ouh kasian, gadis yang malang!"

Kedua ibu dan anak itu tersenyum girang. Raut mukanya menggambarkan kekejaman yang nyata.