webnovel

MY CEO IS MY SIMP

Setelah bekerja selama beberapa tahun, Claretta, seorang pegawai kantor CBL News Jakarta, mendapatkan kesempatan untuk menempati posisi sebagai asisten eksekutif di kantor utama CBL News di New York City. Sebelum Claretta resmi bekerja di New York, dia diundang untuk wawancara tahap akhir serta pelatihan di Los Angeles. Di sana dia bertemu dengan Cecillia yang memperkenalkannya pada suatu aplikasi untuk menghubungkan antara Sugar Daddy dengan Sugar Baby berdasarkan kontrak. Awalnya, Claretta tidak mengindahkan semua perkataan Cecilia. Namun, Claretta mulai menggunakan aplikasi tersebut untuk membunuh waktu. Dengan sekali swipe, Claretta langsung match dengan seorang Sugar Daddy bernama Shiloh Sulivan. Kebetulan karena Claretta tidak mengenal siapapun di Los Angeles selain Cecilia dan Sinta, teman kantor yang tidak terlalu dekat dengannya, dia memutuskan untuk berkomunikasi dengan match-nya. Claretta sering menghabiskan waktu bersama Shiloh sehingga mulai merasa nyaman terlepas dari status sugar daddy dan sugar baby yang disandang oleh mereka. Tanpa sepengetahuan Claretta, Shiloh yang berperan sebagai Sugar Daddy-nya merupakan CEO di CBL News New York tempatnya bekerja. Claretta yang sudah terlanjur nyaman dengan Shiloh kini dihadapkan dengan suatu pilihan antara pekerjaan yang dia idamkan atau hubungan antara Sugar Daddy dan Sugar Baby yang dijalaninya. Mampukah dia mendapatkan semuanya atau harus ada sesuatu yang dikorbankan? Note : Cerita ini akan dipindahkan ke webnovel versi Bahasa Inggris

Laurent95 · Urban
Not enough ratings
9 Chs

Bab V

Bab V

"Wah, ada bathtub!"ucapku riang.

Aku selalu senang dengan bathtub. Pikiranku dipenuhi dengan iklan-iklan di tv atau di instagram di mana kita bisa berendam dengan air hangat dengan busa yang melimpah. Tidak lupa meletakan lilin aroma terapi dan kelopak bunga mawar di dalam bathtub. Akhirnya karena tergoda dengan bathtub, aku memutuskan untuk segera mandi. Kubuka keran air hangat dan mengisi bathub dengan air tersebut. Sambil menunggu air penuh, aku menuju sudut kamar dan membuka koper. Aku mengambil sabun cair, shampoo, kondisioner, handuk dan baju ganti serta kembali ke bathtub. Aku menuangkan sabun ke dalam bathtub dan mengaduknya sambil membaringkan diri. Kututup kedua mataku.

"Astaga, aku ketiduran!"Aku panik dan langsung membuka tutup bathtub. Untuk menghemat waktu, aku segera menuju ruang shower dan membasuh diri. Kemudian, aku mengambil handuk dan segera mengenakan pakaian.

"Rasanya segar sekali tapi sekarang jam berapa?"ucapku seraya mengambil telepon genggam yang terletak di atas meja. Waktu menunjukan pukul 17:00 dan sudah waktunya makan malam. Selain itu, terdapat banyak notifikasi misscall dan pesan dari Sekretaris Joe.

"Eh, ada banyak notifikasi dari Sekretaris Joe. Ada apa ya?" gumamku sambil membuka pesan yang dikirimkan oleh Sekretaris Joe.

[Claretta, sudah mau mendekati jam makan malam. Mari kita bertemu di meja bertemu di meja resepsionis bersama dengan Sinta jam 5 sore]

Selesai membaca pesan dari Sekretaris Joe, aku memutuskan untuk langsung pergi. Kucari kunci kamar dan menuju pintu.

Cklek!

Pintu terkunci otomatis setelah aku menutup pintu kamar secara perlahan.

*

"Akhirnya kamu datang juga. Ayo, kita ke kantin dan makan!"ucap Sekretaris Joe.

Aku melihat Sekretaris Joe berdiri dekat meja resepsionis sedangkan Sinta sedang duduk di sofa tidak jauh dari tempat resepsionis berada. Seperti biasa, Sekretaris Joe kembali sedang menelepon beberapa menit dan kemudian menutup telepon kembali.

"Pak, apakah kantin yang bapak maksud jauh dari sini?"tanyaku.

"Tidak terlalu jauh," jawab Sekretaris Joe.

"Apa masih berada di gedung ini," sahut Sinta.

"Betul, Sinta. Dia masih ada di gedung ini."

"Wah, keren!" ucapku sambil terkagum-kagum.

*

Setelah kira-kira tiga puluh menit berjalan, kami sampai di area ruangan yang sangat besar. Ada jajaran makanan ala prasmanan, etalese kaca berisi berbagai macam makanan yang dapat kukenali maupun tidak dapat kukenali , chef serta para staff dapur yang bekerja. Di setiap etalese terdapat kertas berwarna putih yang bertuliskan jenis makanan itu berasal seperti Asia, Eropa, Afrika, Meksiko dan Amerika.

"Wanginya!"ucapku riang.

Aku mencium berbagai macam aroma makanan sehingga membuat air liurku mengalir. Tidak perlu menghela nafas dalam, semua aroma bercampur aduk menjadi satu. Sebenarnya bukan hanya aroma saja yang berpadu tetapi orang-orang yang kelaparan juga berpadu menjadi satu. Siap memilih, mengambil makanan dan meletakkan di piring mereka. Bagaikan semut mengerumuni gula, manusia pun berperilaku serupa. Setelah puas melihat-lihat berbagai makanan, aku, Sinta dan Sekretaris Joe mencari tempat duduk kosong.

"Kalian udah memutuskan untuk makan apa?"tanya Sekretaris Joe sambil memandang aku dan Sinta.

Kami duduk di suatu meja kecil dengan empat bangku. Sekretaris Joe duduk bersama Sinta sedangkan aku duduk sendiri di depan mereka.

"Hmm … steak enak, nih!"jawab Sinta.

Oke … Sinta Steak, kalau Claretta?"tanya Sekretaris Joe. Dia menyilangkan tangannya di atas meja sambil memandangku seakan menunggu jawabanku.

Aku menaruh lengan kiri di atas meja dan lengan kanan di pipi. Aku menggerakan bibirku ke kanan dan kiri sambil berpikir. Aku sebenarnya ingin steak seperti Sinta tetapi aku punya tradisi untuk tidak memakan makanan yang sama ketika makan bersama.

"Kalau Sekretaris Joe mau makan apa?"

Aku malah balik bertanya. Aku tidak mau ketika aku memesan makanan ternyata Sekretaris Joe memesan makanan yang sama. Untung saja Sekretaris Joe bukan orang yang ribet soal makanan sepertiku dan langsung menjawab ketika aku bertanya makanan apa yang dia ingin makan.

"Pasta aja, deh!"jawab Sekretaris Joe cepat.

"Oh, pasta … Ternyata selera Sekretaris Joe Italia sekali."pujiku sambil meletakan kedua tanganku dan membuka mulut terkagum-kagum.

"Bahkan, selera pakaiannya ala Italia sekali. Fashionable banget!"lanjutku.

"Ah … bisa aja nih Claretta. Ini cuma pakaian formal yang memang seharusnya seorang sekretaris kenakan,"ucapnya sambil tersipu.

"Tapi bener,loh! Aku kagum sama style Sekretaris Joe. Masih muda, stylist trus gak mau dipanggil Bapak, Maunya Sekretaris Joe."

Sekretaris hanya tertawa kecil mendengar pujianku. Dia masih tersipu malu. Kemudian dia beranjak dari tempat duduknya.

Kemudian sekretaris Joe berdiri. Beranjak dari tempat duduknya

"Aku mau pesan makanan buat kita dulu," pamitnya.

"Oke" ucapku dengan Sinta secara bersamaan.

Selagi menunggu pesanan makanan dan Sekretaris Joe datang, aku dan Sinta duduk hanya berdua.

"Sin ..."ucapku sambil berbisik

Kulihat Sinta melakukan video call dengan seseorang. Sehingga aku tidak bisa berbicara dengannya. Daripada melamun dan kesambet. Akhirnya aku memilih untuk memainkan telepon genggam dan membuka aplikasi Sudabay. Aku ingin sekali melihat pesan apa yang dikirim oleh S.S

[Hai, Claretta. Terima kasih sudah jadi matchku]

Aku melihat pesan yang dikirimkan oleh S.S. Dari pesan tersebut, aku memiliki kesan bahwa dia adalah orang yang terlihat sopan. Dia juga tidak seperti kebanyakan cowok di aplikasi datting sites yang hanya mengetik "Hai" doang. Jadi, untuk menghargai kesopanan dia. Aku memutuskan untuk membalas pesan S.S.

[Hai, S.S. Terima kasih kembali. Btw, nama asli kamu S.S]

"One Hit!"gumamku.

Aku memang orang yang tidak suka basa-basi. Biasanya orang akan menanyakan kabar terlebih dahulu setelah kata "Hai". Namun, kurasa to the point juga tidak masalah.

[Hahaha. Tentu saja tidak. Ini nama inisialku saja]

Ternyata perkiraanku benar

Dia menggunakan nama inisial. Kemudian aku memancingnya lebih lagi.

[Kenapa pakai nama inisial?]

Kuliat S.S hanya membaca pesanku saja. Sontak aku merasa kesal.

"Apa-apaan ini cowok? Sok-sokan private segala," gerutuku.

Untuk pelampiasan, aku mengarahkan

Kursor dan melakukan swipe. Aku melakukan banyak swipe tanpa melihat muka maupun bio mereka. Aku berharap bahwa mereka tidak zonk. Aku pun berhenti melakukan swipe dan

Melihat fitur chat. Kali aja tidak ada new match atau pesan yang masuk. Ternyata, tidak ada pesan sama sekali.

"Ah, untunglah. Aku sempat takut kalau ada match yang zonk," ucapku lega.

Kemudian, aku melihat chat terakhirku dengan S.S masih belum ada pesan masuk dari S.S. Aku melihat tanda titik-titik. Titik-titik dalam aplikasi Sudabay adalah tanda mengetik. Aku melihat S.S mengetik, kemudian titik-titik itu menghilang sebagai tanda dia selesai mengetik. Namun, tidak ada pesan yang masuk satu kata pun. Lalu, aku melihat dia mengetik kembali dan akhirnya aku melihat pesan yang masuk darinya.