webnovel

CEO -15-

Pemandangan pantai sangat indah. Langit biru, pasir putih, anak kecil berlarian kesana kemari dan kemudian membuat istana pasir.

Seojoon alias David mengingat-ingat masa kecilnya yang dihabiskan di panti asuhan yang letaknya tak jauih dari pesisir pantai disini. Ia pernah tersenyum, pernah tertawa riang, pernah terjatuh di kubangan pasir, dan juga pernah berjibaku dengan asinnya air laut.

Seojoon tak pernah terpikir saat remaja jika ia akan berubah sedemikian rupa, dari anak remaja biasa yang mempunyai hobi berenang dan membaca buku yang cita-citanya ingin berternak ayam karena kebetulan di panti asuhan punya peternakan ayam dan David atau Sojoon membantu merawat ayam-ayam tersebut, namun sekarang Seojoon telah menjadi pengusaha di bidang manufakturing yang berhasil dengan segala keambiusannnya mencapai segala keinginannya dengan cara apapun.

Segala kegelisahan di hidupnya bermula dari hari dimana Ibunya memilih meninggalkannya. Ia sakit hati, bahkan merasa tidak ada harapan hidup lagi. Ibu Seojoon bekerja sebagai pencari donator panti asuhan tersebut sebelumnya. Ia sering datang ke perusahaan-perusahaan untuk mencari sumbangan, sampai suatu hari ia bertemu dengan Heo Yeonghoon saat ia berada di perusahaan Samkyung untuk mencari donasi.

Kini Seojoon kembali ke panti asuhan tersebut karena ingin bertemu dengan Ibu panti yang dulu merawatnya, Shin Mikyung.

Mikyung berada di samping Seojoon. Ia memegang bahu putra pantinya tersebut. "Seojoon… Ibu tak menyangka kau sekarang telah menjadi orang sukses Nak!"

"Ini juga berkat Ibu Mikyung. Saya tak mungkin menjadi begini jika bukan berkat Ibu yang mendidik dan merawat saya."

"Nak, Ibu hanya bisa merawat dan mendidikmu dengan dana dan pengetahuan Ibu seadanya, namun orang tua barumulah yang memberikan pendidikan mahal, fasilitas yang lengkap, serta bisa mewarisimu harta mereka."

Seojoon alias David mengernyitkan dahi. Ia berpikir sejenak. "Sejujurnya saya sama sekali tidak ingin ada yang tahu mengenai masa lalu saya Bu. Saya telah menghapus diri saya sebagai Seojoon. Sejak Bu Hana dan Pak Mico memberikan saya kehidupan baru, saya meminta mereka untuk menghapus data masa lalu saya. "

Sontak Mikyung terkejut. "Nak, kau serius?"

"Serius Bu. Tapi saya tentu tidak akan pernah melupakan jasa baik Ibu seumur hidup saya tapi saya mohon Bu, bantu saya."

Mikyung merasa jika apa yang dilakukan Seojoon sangatlah tidak wajar. Ia melihat perubahan yang sangat drastic dari kepribadian Seojoon.

"Bu… saya ingin menjadi donatur dengan jumlah besar untuk anak-anak panti disini, saya janji akan mengirim uang 3 bulan sekali secara rahasia. Tapi tolong hapus dan buang data-data masa lalu saya. Jangan sampai ada orang yang tahu jika saya adalah penghuni panti asuhan disini."

Mikyung sangat terkejut. "Nak, sebegitu bencinyakah kamu dengan masa lalumu?"

Seojoon menggenggam tangan Mikyung. "Bu, Seojoon tahu jika Saya mungkin telah jadi anak durhaka dengan membenci orang tua saya sendiri dan tak membiarkan... Ibuku hidup tenang."

Mikyung terkejut. "Astaga nak, apa yang kau lakukan pada Miri?"

"Saya telah berdosa Bu... Saya ingin balas dendam kepada dia... Dengan.."

"Dengan cara apa nak?"

"Ibu tenang saja, saya tidak akan sampai membunuh Ibu kandung saya sendiri."

"Nak... Kau... Apa yang kau inginkan? Apa untungnya balas dendam?"

"Sejak Seojoon dilahirkan, tidak ada yang menginginkan kehadiran Sojoon. Tapi Ibu benar-benar tulus dan sayang dengan Seojoon." Air muka Seojoon sangat Nampak. Rasa kesedihan terpancar dari raut wajahnya. "Seojoon berharap Ibu kandung Seojoon bukan wanita itu."

"Tapi dia bertanggung jawab padamu dengan memberikanmu untuk dirawat disini."

"Ibu tenang saja, saya tahu sejauh apa saya akan bertindak. Saya masih punya moral."

"Nak Seojoon, Ibu mau kau hidup dengan baik-baik. Kau harus bisa mengamalkan kebaikan dimanapun kau berada. Ingat nak, kebahagiaan itu adanya dilubuk hatimu yang paling dalam, bukan hanya dari penglihatan kasat mata semata. Materi mungkin akan membuatmu bahagia, tapi apa kau yakin mendapatkan kebahagiaan yang hakiki dengan segala materi ini?"

Seojoon berpikir. "Seojoon berusaha membalikan keadaan agar Seojoon bisa kembali ke jalan yang benar." Seojoon terdiam sesaat. "Namun… saya sudah terprosok ke jurang yang sangat dalam dan semakin dalam, sudah tidak mungkin lagi menjadi Seojoon yang dulu."

"Ibu tidak ingin menghalangi jalan mu, Nak. Jika itu maumu dan kau memang punya tujuan yang sangat penting Ibu akan menuruti maumu."

***

Akhirnya Charice bisa pulih dan kembali beraktivitas di kantor.

Semua rekan-rekannya senang akan kedatangan Charice dan menyambutnya.

Kwangsoo memberikan bunga kepada Charice. "Kepada Charice, saya persembahkan bunga ini yang belinya patungan dengan rekan-rekan yang lain atas rangka kesembuhan kamu dan kembalinya kamu bekerja."

Kwangsoo berlutut di hadapan Charice memberikan bunga tersebut.

Charice hanya bisa tercengang akan tingkah laku Kwangsoo. "Oppa…"

"Kwangsoo, Charice udah punya pacar sekarang jangan ngarep lagi ya… Sadar diri kamu sekarang!" Soheong menegur Kwangsoo sembari tertawa cekikikan. "Ngasih bunga tapi belinya patungan, modal dikit makanya jadi laki, pantes Charice nggak mau sama kamu!"

"Pak Seoheong, ini juga usaha!" Kwangsoo membantah atasannya.

"Usaha apaan?!!" balas Soheong.

Charice hanya tertawa geli akan tingkah teman-teman sejawatnya.

Akhirnya dia sudah ada di meja kerjanya. Charice pun mulai membuka komputernya. Di meja kerja Charice terdapat amplop coklat yang masih rapi yang ditunjukan untuknya.

Pengirimnya tidak bernama dan tidak ada alamat spesifik. Ia sama sekali tak curiga akan surat tersebut. Ia pun mulai membuka amplop surat coklat tersebut.

Ternyata isinya adalah…

Foto-foto kemesraan Jessica dan David.

Jika dilihat dari bentuk potongan rambut Jessica dan David, bisa dilihat jelas jika foto-foto tersebut adalah foto lama yang bisa jadi diambil 5-6 tahun yang lalu. Terlebih, foto-foto tersebut sangat memperlihatkan pemandangan alam di Amerika dan juga di tempat-tempat wisata di Amerika dimana pengunjungnya kebanyakan pasti orang beras Kaukasia.

Terlihat juga foto tersebut ada yang diambil di kampus mereka, Colorado university.

Foto-foto mereka hampir semuanya selalu saling merangkul dan berpelukan.

Charice langsung berpikir, menenangkan diri dan tidak menampilkan ekspresi berlebihan. Ia tidak ingin orang sekitarnya menaruh curiga.

Buru-buru Charice memasukan foto tersebut ke dalam amplop seperti sedia kala.

Dalam benak Charice. Benar dugaanku, mereka pernah berhubungan dan ini pasti foto-foto saat mereka masih kuliah dulu. Apa Pak Raymond tahu jika Jessica Eonni mantan pacar Pak David? Kenapa Jessica Eonni sangat panik jika ditanya apa hubungannya dengan Pak David? Apa dia benar-benar takut jika ketahuan dia pernah pacaran dengan Pak David? Lalu pertanyaan terbesarku, siapa yang mengirim foto-foto ini? Yang tahu aku berpacaran dengan Pak David adalah teman-teman kantorku. Masa iya teman-teman kantorku ada yang sekepo itu dengan Pak David? Siapa pelaku pengirim foto ini? Apa ada orang lain lagi yang tahu jika aku berpacaran dengan Pak David?

Pikiran Charice sudah tak terkontrol, ia tak bisa mengendalikan berapa banyak pertanyaan dalam pikirannya. Tingkat rasa penasarannya sudah sampai ubun-ubun.

Ia perlu seseorang untuk membantunya memecahkan kasus ini.

Dia membuka Hpnya lalu masuk ke aplikasi Katalknya. Dia men-scroll chat historynya dan menemukan satu nama yang dicarinya.

Dia mulai mengetik pesannya...

"Oppa... Kapan kau kembali dari Hongkong? Oppa tahu kan jika aku akan merindukanmu jika kau terlalu lama menghilang dariku? Kumohon... cepat pulang!"

***

Next chapter