webnovel

CEO -14-

Di rumah sakit sudah ada Aera dan Yeonhee di kamar rawat Charice. Dinding rumah sakit bercat hijau, dihiasi bunga di beberapa tempat. Kamar itu merupakan kamar VIP sehingga sudah memiliki fasilitas yang lengkap seperti dapur yang dilengkapi kulkas dan kompor listrik, kamar mandi yang ada water heaternya, dan sebagainya.

Aera menyuapi Charice dengan sup yang disediakan rumah sakit sebagai makan siang Charice. Sementara Yeonhee sibuk di depan laptopnya.

Aera mengambilkan minum untuk Charice. Charice meminumnya.

"Keuman Eomma. Nan paebulloyo (Sudah Ma. Aku sudah kenyang)," pinta Charice.

"Ayo satu suap lagi," bujuk Aera.

Charice menurut.

Yeonhee mengambil sebuah apel di dalam kulkas. Ia bersandar di dinding dapur kamar rawat adiknya sembari menggigit apel yang dipegangnya.

"Dek, lain kali jangan diulangi ya… Kau hanya membuang-buang tenaga dan membuat khawatir orang saja dengan tindakan konyolmu."

"Yeon, itu kan demi kamu…" Aera membela Charice.

"Eomma tak usah lah membenarkan. Ini juga Appa yang pertama nekat." Yeonhee kesal.

"Ini demi kamu Yeon, Ayahmu ingin menunjukan foto Ibumu saat terakhir dia akan melahirkanmu tepat di ulang tahunmu yang ketigapuluh besok." Aera menjelaskan.

"Apa pentingnya foto itu Eomma? Aku sudah punya Aera Eomma sebagai pengganti ibu kandungku," ujar Yeonhee ketus.

Charice memandangi kakaknya. "Eonni... seharusnya besok jadi hari yang paling bahagia buat Eonni... tapi gara-gara aku jadinya acaranya gagal."

Yeonhee memasang wajah jutek."Iya emang, gara-gara kamu."

Wajah Charice menunjukan raut penyesalan.

Tiba-tiba Yeonhee mendekati ranjang Charice dan memeluk adiknya. "Char, lain kali jangan diulangi lagi ya... Untung ada Pak David kalo enggak Eonni ngga tahu harus nyari samsak hidup dimana lagi kalo sampe terjadi sesuatu hal sama kamu?!"

Charice balik memeluk kakaknya. "Iya Enggak Eon... Nanti kasian Eonni nggak punya adek yang cantik lagi..."

Aera bingung ingin berkata apa melihat tingkah kedua anak gadisnya, ia tersenyum sendiri melihat keakraban keduanya.

***

Raymond dan Jessica membawa sekeranjang buah dan makanan berjalan di bangsal rumah sakit. Mereka pun sampai di kamar rawat inap yang ingin dikunjungi.

Di kasur dalam kamar tersebut, Charice sedang terbaring sendiri di atas tempat tidur, tangannya terbalut infus dan tangan yang satunya menggonta-ganti chanel TV menggunakan remot.

"Cher!" sapa Raymond.

Sontak Charice buru-buru duduk mengetahui ada orang yang menjenguknya. Mengetahui yang mengunjunginya Raymond, Charice kaget, dia memberi salam balik, agak menundukan kepalanya. "Bapak!"

Jessica menaruh barang bawaanya di dapur kamar. Sementara Raymond melihat-lihat dekor kamar rawat inap tersebut.

"Mewah ya kamar rumah sakitnya?! Kau pasti betah disini ya Char?" Raymond mencoba bergurau.

"Iya dong Pak betah, seenggaknya kalau mau apa-apa selalu diturutin," jawab Charice.

"Jangan lama-lama ah sakitnya, nanti siapa yang ngasih berita on top information? Siapa yang mau meliput bencana-bencana di daerah-daerah?!"

"Saya kerjanya banyak Pak?! Bapa tega mau tetep memberi saya nilai E?"

Raymond tersenyum penuh arti. "Nggak tega kalo ngelihat penderitaan kamu yang seperti ini."

"Saya harus sakit terus nih biar Bapak tahu saya selama ini beneran kerja?"

"Saya nggak pernah bilang kamu gabut !"

Jessica menyambar. "Char, kamu jangan banyak bergerak dulu..."

"I... iya Eon..." ujar Charice sedikit kaku dan ragu.

"Dimana kakak dan orang tuamu Char? Mereka tidak ada satu pun yang menjagamu?" tanya Jessica penasaran.

"Eomma sedang pulang karena seharian ini dia yang menjagaku, Appa sedang ada urusan di luar, malam ini adalah jadwalnya Yeonhee Eonni menjagaku, tapi dia baru akan datang nanti jam 9 karena masih di kantor sekarang."

Jessica melihat ke arah jam dinding, waktu menunjukan pukul 7 lewat 10 menit. "Itu arTinya sampai jam 9 kau hanya akan sendiri disini?"

Charice menganguk.

"Kasihan juga, kalau ada apa-apa bagaimana?"

"Nggakpapa kok Eon, aku udah biasa ditinggal sendiri, Uisanim bilang dalam waktu 2 hari ke depan aku sudah boleh pulag kok!" ujar Charice.

Jessica hanya memanggutkan kepalanya. "Chagiya, aku sepertinya ingin mocca ice coffee yang ada di sebrang rumah sakit," pinta Jessica.

"Baiklah aku akan turun untuk membelinya. Kau tunggu disini ya!" ujar Raymond tanpa ragu berjalan keluar ruangan.

Akhirnya tinggalah Jessica dan Charice berdua di kamar rawat inap Charice.

"Char..."

"Iya kenapa Eon?"

"Kau jadian dengan Pak David?"

Charice tersentak. Ia bertanya-tanya bagaimana Jessica tahu jika ia berpacaran dengan David. "Eh, Eonni tahu dari mana? Ngegosipin aku ya sama Pak Raymond?"

"Keugae... Saya kan kebetulan satu alumni kuliah dengan Pak David. Tapi dia kakak kelas saya dulu."

"Eonni deket sama Pak David?" tanya Charice penasaran.

"Tidak, biasa saja," jawab Jessica. "Tapi... setidaknya saya tahu bagaimana David karena dia cukup terkenal di kampus dulu," sambungnya.

"A... Arasso!" Charice hanya bisa mengiyakan apa yang Jessica katakan, namunn dalam pikirannya ia tahu jika ada sesuatu antara David dan Jessica. Ia ingat betul malam kejadian itu jika Jessica lah orang yang diminta datang oleh David ke rumah sakit.

Charice sendiri belum berani bertanya mengenai apa hubungan Jessica dan David kepada David karena belum bertemu waktu yang tepat.

"Oh iya Char," Wajah Jessica tampak tegang. Ekspresi wajahnya kini benar-benar serius. "Asal kamu tahu Char, David itu cukup berbahaya. Kau tidak akan pernah tahu apa yang berada di belakangnya…"

Charice menunggu-nunggu moment seperti ini, akhirnya Jessica buka suara sendiri tanpa harus dipancing olehnya. "Eonni tahu dari mana? Pak David baik dan sayang sama aku bahkan yang nolongin aku itu Pak David. Eonni sejauh mana mengenal Pak David? Tadi kan bilangnya Cuma kenal biasa, kok bisa-bisanya bilang Pak David berbahaya?!"

"Char, tanpa saya harus kenal Pak David lebih dekat, saya bisa menebak jika dia sangat berbahaya. Saya beneran memberitahu kamu hal ini karena saya nggak mau sampai hal buruk menimpamu."

Charice menghela nafas. "Begini ya Eonni, saya kan reporter ni yah, saya selama ini biasa mencari fakta dan hampir selalu mengesampingkan dugaan-dugaan yang sama sekali tidak ada buktinya, bagaimana saya bisa percaya sama Eonni, jika Eonni saja berbicara tanpa bukti atau menceritakan suatu fakta?!"

Jessica terdiam sesaat. "Kalau saya kasih bukti memang kau akan memutuskan Pak David?" tantangnya.

Charice memincingkan matanya. "Loh kok aku harus memutuskan Pak David? Itu urusan aku lah jika memang terbukti dia berbahaya, itu resiko aku yang sekarang jadi pacarnya setidaknya dia baik kepada ku dan keluargaku!"

Jessica tersenyum sinis. "Kau ternyata tak senaif yang kukira ya, kamu tau nggak sih, aku tuh mikirnya kamu gadis yang polos dan selalu ada di pihak yang tertindas. Ternyata oh ternyata kamu punya pikiran sepicik ini."

"Maaf ya, Eon. Saya piciknya dimana ya?"

"Kalau ada sesuatu menimpamu saya yakin itu adalah imbas hubunganmu dengan David!" Jessica berbicara dengan percaya diri 100 persen.

"Ok kalo gitu Eon, kita liat aja seberapa berbahaya Pak David! Dan aku yakin kok, Eonni punya suatu hubungan dengan Pak David?!"

"Hubungan? Saya tidak ada hubungannya sama sekali dengan orang itu?!"

Tiba-tiba terdengar suara orang masuk.

Raymond sudah tiba kembali dari coffe shop di sebrang rumah sakit. "Chagiya!"

Obrolan antara Charice dan Jessica pun terputus sampai disini.

Raymond memberikan es kopi mocca yang diinginkan kekasihnya.

"Komawo chagiya!" Jessica mengambil es kopi yang disodorkan Raymond. Ia pun memberikan ciuman di pipi kepada kekasihnya tersebut.

"Mwoe (apanya terimakasih)?!" ujar Raymond. Ia balik memanjakan Jessica dengan membantu Jessica membersihkan mulut Jessica yang terkena es kopi yang baru diseruputnya.

Charice dalam hatinya. Apa-apaan ini, pacaran nggak tahu tempat. Pak Raymond alay banget sih pacarannya.

***

Next chapter