webnovel

Sheilla, Agra

Sheilla hendak mengantarkan file berisi rencana pernikahan Andrian dan juga Paramitha kepada Om Samuel, tiba-tiba terdengar keributan di ruangannya. Sheilla tertegun dan melirik ke arah seorang perempuan yang berada berdiri depan pintu ruangannya di ketahui sebagai sekretarisnya pak Samuel.

"Ada apa ?" tanyanya heran. Perempuan itu menghela nafas.

"Biasa !" jawabnya. Sheilla pun mengangguk mengerti, itu pasti pak Stefan yang berulah lagi. Dia kini tahu kenapa bosnya ingin karyawan baru. Tiba-tiba perempuan itu memberi kode Sheilla pun melakukan seolah tak melihat.

"Brak ... ! pintu di buka kasar. Seorang lelaki keluar dengan muka merah padam.

"Oke, kalau mau di pecat juga! I'dont care !" maki seorang lelaki, setelah itu bermunculan berbagai makian dari mulutnya sambil pergi. Semua menatap tak berkedip, sekretaris pak Samuel pun masuk di ikuti Sheilla. Di dalam bosnya itu masih mendumel kesal dan marah tapi tak separah lelaki tadi.

"Maaf, pak ..." cicit sekretarisnya tahu moodnya sedang tidak baik tapi tetap saja tugas adalah tugas. Pak Samuel melirik dan menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan meredakan amarahnya. Sekretarisnya mengambil minuman dan meletakannya di meja.

"Terima kasih ...!" ucapnya dan mengambil gelas dan meminumnya.

"Tahu, engga? lama-lama cape hati melihat kelakuan dia !" ujarnya kesal, tak lama dia pun memberitahu alasan pak Stefan marah-marah. Sheilla sempat tertegun ketika nama Safira di sebut oleh pak Samuel. Dia baru ingat perempuan itu baru datang tadi malam entah siapa, dan pagi ini sudah membuat heboh keluarganya setelah tahu siapa dia.

"Yang satu protes, karena banyak gaya! kan ini baru bergabung, kok harus ini itu !" pak Samuel meniru ucapan pak Stepan. Semua mengerti, kadang lelaki itu suka berlebihan dan ingin sempurna.

"Tentu saja si perempuan ini menolak! yang katanya seorang model profesional dari Amerika tepatnya dari New York! dan benar sih, gue sempat lihat filenya dia tergabung di sebuah agensi model ternama di sana !" ujarnya.

"Saya tahu om !" ujar Safira, dia menghela nafas. Sepertinya semua peristiwa besar yang di alami keluarganya, mereka yang berada di sini sudah tahu. Dari kawin larinya kedua orang tuanya sampai skandal kakek serta neneknya. Dan yang terakhir abangnya pun turut menorehkan berita besar yang terjadi di Palm. Co.

"Oh ya? siapa, say ?" tanya Pak Samuel kepo.

"Safira putri tante ... Anggia !" ucapnya pelan, tapi membuat yang ada di ruangan tertegun.

"Oooo .... !" hanya itu yang keluar dari mulut keduanya.

"Oke .. kita lupakan! Si Stefan orangnya memang suka begitu! dia ingin keluar dan aku katakan silahkan! dan gosipnya dia akan bergabung dengan perusahaannya pak Daniel Atmaja! dia akan menjadi fotografer untuk majalah fashion miliknya dengan mendapat gaji besar !" jelas pak Samuel, semua hanya diam.

"Jangan khawatir! kita masih mempunyai pak Harun dan si Agra temanmu itu Sheilla !" ujarnya sambil tersenyum untuk menghilangkan kesal dan memberi kode kepada sekretarisnya. Sheilla mengangguk dan menyerahkan file berisi hasil rapat yang tadi dilakukanya. Pak Samuel memeriksa dan memperhatikan detailnya. Sheilla duduk di depannya, sedang sekretarisnya menberikannya minuman.

"Oke, ini memang konsep dan keinginannya! kamu atur saja ya, say! tapi terus harus kirim beritanya ke aku !" ujarnya sambil tersenyum. Sheilla mengangguk dan pamitan pergi.

Di luar dia bertemu dengan Agra dan pak Harun, tapi tak lama pak Harun pamitan, setelah sebelumnya menyapa sebentar dan masuk ke ruangan pak Samuel, sedang Agra di luar dengan Safira.

"Itu apa ?" tanya Sheilla menatap benda di tangan Agra.

"Oh, kamera! tadi pak Harun mengajak ke ruangan dokumentasi dan menunjukan kantor serta beberapa kamera di sana! dia memintaku memilih kamera untuk pekerjaan kita !" jelas Agra memperlihatkan kamera foto dan juga bisa membuat video kepada Sheila.

"Oh, lalu kamu sudah tahu ya ?" tanya Sheilla.

"Maksudnya ?" tanya Agra heran.

"Tentang pak Stefan !" jawabnya. Agra mengangguk mengerti dan dia menjelaskan semua yang terjadi.

"Oh, oke !" ujar Sheilla.

"Oh, iya Shel ... eh maaf mba, bu! setelah ini apa ya ?" tanya Agra ragu, sambil menggaruk kepala salah tingkah. Sheilla tersenyum geli.

"Mba aja, boleh loh! tapi hanya di kantor saja ya! di luar kita tetap berteman !" jawab Sheilla, Agra mengangguk sambil tersenyum.

"Oke, kita akan pergi! lo ikut gue Ga !" ajaknya.

"Oke, bos !" serunya tersenyum, bukannya mengejek tapi memang itulah kenyataannya ... dia bosnya sekarang. Sheilla pergi menuju keruangannya di ikuti oleh Agra. Sesampainya di sana dia tertegun, ruangan kerja Sheilla tampak bagus dan elegan, memang tidak besar tapi komplit. Ada ruang tamu berupa sofa, meja kerja, lemari serta kulkas kecil. Di sampingnya ada jendela lebar menghadap jalanan di depan gedung yang berada di lantai 8 ini.

"Wow ... bagus sekali !" pujinya. Sheilla tersenyum dan mempersilahkan Agra duduk dan menawari minuman.

"Apa aja deh !" jawabnya, dan Sheilla membuka kulkas dan memberikan sebotol minuman segar kepada Agra.

"Tunggu ya, sebentar !" ujarnya dan keluar ruangan, sedang Agra mengangguk kemudian membuka botol minuman dan berdiri di depan jendela, dia menarik nafas, tak menyangka kini dia bisa bekerja dan beruntung bertemu dengan teman- temannya terutama Sheilla.

"Sedang ngapain ?" tanya Sheilla yang sudah masuk kembali ke ruangannya lagi, begitu melihat Agra berdiri di jendela kaca.

"Engga, aku masih tak percaya bisa bekerja disini !" jawabnya malu.

"Oh, syukurlah! lo kan mempunyai kemampuan Ga, jadi bisa lo tunjukin ke semua orang! bahwa lo bisa bukan hanya di anggap 'ngekor' kita! asal lo tahu, semua juga kerja kok, kaya aku sekarang !" ujar Sheilla. Agra menatap Sheilla.

"Serius ?" Agra tertegun, Sheilla mengangguk sambil membereskan sesuatu dan kemudian mengambil tasnya.

"Iya betul! yuk pergi !" ajaknya, Agra pun hanya mengikutinya pergi.

"Contoh, Sena bekerja di perusahaan butik ibunya! mereka mempunyai perusahaan Garmen dari kain sampai baju! yang memasok ke berbagai departemen store dan juga di ekspor ke luar negeri! serta memegang lisensi beberapa merek brand terkenal pakaian dari lelaki sampai perempuan !" jelas Sheila sambil berjalan dan kemudian keduanya masuk ke lift.

"Oh pantes, dia tahu Fashion !" ujar Agra, Sheilla mengangguk.

"Dewi, yang suka makan itu! ternyata keluarganya pemilik berbagai restoran fast food di Indonesia! termasuk jaringan supermarket !" lanjut Sheilla ketika di dalam lift, dan keluar langsung ke parkir mobil basement.

"Wow ...!" seru Agra kagum. Sheilla tetap melanjutkan ceritanya yang lainnya, kini sambil menyetir dan menuju jalanan untuk pergi ke suatu tempat.

"Mereka begitu, termasuk gue! karena kita memang pewaris perusahaan keluarga selanjutnya! dan sudah di perkenalkan sejak sekolah! dan kuliah ini mulai masuk lebih dalam !" ujarnya. Agra hanya mengangguk saja.

"Kita akan kemana ?" tanya Agra penasaran.

"Hotel The Star! untuk melihat lokasi acara, ruangannya sebesar apa! nanti untuk menakar tamu atau makanan dan segala tetek bengek lainnya! agar acaranya lancar dan terkoordinasi dengan baik! kelihatan gampang, tapi pas hari H nya udah deh pusing! gue udah mengalami berbagai insiden ketika acara Wedding sebelumnya! memang engga parah banget sih! tapi suka bikin kesel dan senewen! ini juga termasuk pelayanan, kalau bagus! kita akan mendapat kepercayaan !" curhat Sheilla, Agra hanya mengangguk baru mengerti, ternyata pekerjaan apa pun ada resikonya.

"Jadi ini tuh akan menjadi pengalam gue! bila suatu hari nanti memimpin perusahaan! gue minimal sudah tahu bagaimana cara mengelola atau memanajemen karyawan !" lanjutnya.

"Seperti kita, terlihat hidupnya enak dan mudah serta tinggal kerja! karena ortu yang kaya raya! kita hanya terima jadi, padahal tak seperti itu! tapi memang tidak semuanya, ada kok yang hanya bersenang-senang dan hura-hura tak perduli! yang penting dapet duit dan warisan! tapi itu tuh tak ada abadi alias suatu hari akan habis juga! dan nanti anak cucu kita tak akan dapet apa-apa, kasihan kan ?" tanyanya, Agra hanya mengangguk saja tidak berkata apa pun, dan dia mengerti kok, berusaha itu bukan hanya untuk orang kaya, dia dari keluarga biasa saja punya pandangan seperti itu, yang membedakan gaya hidupnya saja.

Tak lama keduanya tiba di sebuah hotel mewah milik keluarga Paramitha yang memang juga kaya raya, Sheilla yang tahu pun menjelaskan siapa klien mereka, sewaktu di perjalanan. Agra sempat terkejut, ketika Sheilla menceritakan skandal besar yang terjadi di keluarganya itu.

"Kok, bisa seperti itu ?" tanya Agra heran.

"Karena nyokap di jodohkan sama kakek gue! dan sebenarnya itu biasa di kalangan para konglomerat kita! biasanya itu disebut pernikahan bisnis !" jawab Sheilla, Agra tertegun.

"Permikahan bisnis ?" Sheilla mengangguk.

"Penyatuan dua keluarga untuk lebih memperluas bisnis keluarga !" jawabnya.

"Wow ... aku tak menyangka! ternyata kehidupan orang kaya itu rumit! seperti di sinetron saja! sedang di orang seperti aku di sebutnya perjodohan, karena anak perempuan atau lelakinya tak kunjung menikah di usianya sudah matang! biasanya oleh tetangga atau saudara pasti di sindir! kok belum kawin !" ujar Agra tertawa, Sheilla hanya tersenyum saja.

"Begitulah !" jawab Sheilla.

"Tapi sekarang, engga lagi begitu kok! orang tua gue dan kakek serta nenek sekarang menyerahkan kepada para cucunya untuk mencari calonnya masing-masing sesuai keinginan, tentu dengan kriteria dari mereka juga !" lanjut Sheilla. Agra hanya terdiam.

"Kamu ... sudah ... punya pacar ?" tanyanya hati-hati. Sheilla tertegun dan menggeleng.

"Belum kepikiran untuk itu Ga !" jawabnya.

"Memang kenapa ?" tanya Sheilla heran. Agra seketika menjadi gugup.

"Eh ... enggak, cuman nanya doang kok! soalnya, banyak cowok mendekati kamu !" ujar Agra mukanya memerah.

"Siapa juga, yang ngedeketin! engga ada ah, perasaan kamu aja kali !" jawab Sheilla tersenyum.

"Oh, iya juga ya !" Agra tertawa, dan menghela nafas kemudian terdiam kembali.

"Sudah ah, yuk turun! oh iya, bawa kamera! nanti gue ingin dokumentasikan tempatnya !" pinta Sheilla, Agra mengangguk dan mengambil kamera dan mengalungkan di leher, seperti wartawan saja. Keduanya turun dan masuk ke lobby hotel.

Agra tertegun baru kali ini dia menginjakan kakinya seumur hidupnya di sebuah hotel mewah, dia menatap sekelilingnya dengan takjub. Bahkan tadi di perjalanan pun sempat seperti itu, ketika melihat gedung-gedung pencakar langit ibu kota. Seumur-umur, walau tinggal tak jauh dari Jakarta, tak pernah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Baru kuliah ini saja, dan itu pun di wilayah lain, belum ke pusat kotanya.

"Ga, kamu ngapain ?" tanya Sheilla heran, melihat sikap Agra yang terlihat aneh. Agra terkejut.

"Anu .., Shel! seumur-umur baru kali ini masuk hotel yang gini! he .. he ... kaya beneran kampungan sekali ya ?" ujarnya. Sheilla hanya tersenyum.

"Nanti kita juga, bakalan nginep di hotel kok Ga! 3 hari sebelum hari H nya! untuk persiapan lebih sempurna! kita bakalan banyak bergadang disini !" jawab Sheilla tertawa.

"Serius ?" tanya Agra tak percaya. Sheilla mengangguk kepala.

"Iya dong, semuanya kan termasuk biaya akomodasi para karyawan! memang tidak semua sih, hanya yang inti doang! seperti contohnya bagian operasional sama bagian dokumentasi! jadi tugas lo, bukan sekedar berfoto ria! tapi harus di atur juga semuanya !" jelas Sheilla.

"Oh, begitu !" Agra mengangguk baru mengerti cara kerja di Wedding organizer tuh seperti ini.

Keduanya menuju resepsionis hotel, tak lama seorang perempuan datang dan dia adalah manajer utama hotel. Dan dia pun mengajak ke Ballroom hotel, rupanya akan ada dua resepsi yang akan di lakukan di sini. Akad nikah akan di selenggaran di sebuah restoran exklusif di lantai paling atas gedung hotel ini. Dengan kapasitas bisa menampung 300 orang. Ketiganya memasuki lift menuju lantai 20 hotel ini. Ketika sampai keduanya tertegun. Karena banyak jendela besar, kalau malam bisa melihat pemandangan indah dari sini.

Sheilla meminta Agra memfoto ruangan ini dari berbagai sudut. Dari pembicaraan dengan manajer hotel, untuk makanan di sini, disediakan oleh pihak hotel sendiri. Sheilla mengangguk, dia pun meminta list menu makanan yang di pesan dan seberapa banyak. Setelah itu dia memperlihatkan konsep untuk akad nikah kepada manajer hotel dan meminta seminggunya sudah di kosongkan restoran ini, dan dia mengerti.

"Sudah ?" tanya Sheilla, Agra mengangguk dan memperlihatkan slide hasil foto yang diambil dari kameranya. Sheilla mengangguk puas. Setelah itu ke ruangan utama pesta pernikahan di lantai 3 hotel. Dengan kapasitas besar 3 ribu undangan tamu bisa di tampung. Kembali Agra memfoto semuanya, walau tempat itu sebenarnya kosong. Tapi tidak dimata Sheilla tempat itu akan di ubah menjadi pelaminan, ruang makan, dekorasi dan lainnya.

Setelah beres. Keduanya pamitan dan ketika keluar, hari menjelang sore. Tak terasa memang.

"Kita makan dulu ya? kamu pasti lapar kan ?" tanya Sheilla, Agra hanya mengangguk. Perempuan itu pun mengajak Agra ke tempat lainnya, jalanan ibu kota mulai padat, karena memang jam waktunya pulang atau mungkin pergi ke tempat lainnya. Untungnya besok kuliah tak ada tugas apa pun, jadi sedikit santai. Tak lama keduanya sampai di kompleks bisnis Palm co.

Agra tertegun, melihat luas dan megahnya gedung disini, dari apartemen, mall, hotel dan gedung perkantoran.

"Yuk, turun !" ajak Sheilla, Agra mengangguk.

"Kenapa kesini? ini perusahaan keluargamu kan ?" tanya Agra, Sheilla mengangguk.

"Disini lebih enak dan nyaman! selain itu, gue punya kartu discount khusus untuk apa saja di sini! jadi ... lebih murah dari tempat lain !" sambil memperlihatkan kartu discount seperti kartu kredit.

"Tinggal gesek, beres !" Sheilla tersenyum. Agra hanya mengangguk saja, dan kembali mengekor, sebenarnya dalam hatinya malu, seharusnya dia membayar makanan. Tapi untuk saat ini uang gajinya belum lah dapat, baru bulan depan. Karena ini kan baru hari pertama kerja. Jadi terpaksa ...

"Mau makan apa ?" tanya Sheilla ketika sudah di dalam mall, dan di lantai paling atas di bagian foodcourt, di sana berbagai restoran dan juga bioskop pun ada.

"Terserah, yang traktir deh! aku ikut saja !" jawabnya malu, Sheilla tersenyum.

"Udah, jangan malu! nanti juga kalau kamu gajian! jangan lupa traktir kami makan !" goda Sheilla seperti tahu apa yang di pikirkannya.

"Iya, pastilah !" jawab Agra tertawa, sambil garuk kepala tambah bingung. Mau makan dimana? soalnya gaji pertamanya tidak besar. Ah sudahlah tidak usah di pikirkan....

Bersambung ....