webnovel

My Beautiful Pregnant Maid

Menjadi wanita terhormat dan terpandang ternyata tidak menjamin kebahagiaan seorang wanita. Hal itulah yang dirasakan oleh Phoebe Rae, menikah dengan pria kaya raya membuat statusnya sebagai gadis biasa berubah drastis. Terdengar bagus bukan? Namun tidak bagi Phoebe Rae, pernikahan itu adalah awal mula mimpi buruk dalam hidupnya. Di saat dia sedang mengandung anak pertamanya, suaminya berselingkuh. Meminta pisah? Tentu saja, namun tidak semudah itu. John Ricardo selaku suami Phoebe Rae tak ingin mencerikannya, dan pria itu juga tidak ingin meninggalkan selingkuhannya. Alangkah egois bukan? Semua hal itu membuat hatinya sangat hancur, tidak tahan dengan perlakuan suaminya, dia nekat meninggalkan rumah, kabur menuju ke kota lain bersama dengan adiknya yang juga merupakan satu-satunya keluarganya yang tersisa. Rela melakukan pekerjaan apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Phoeboe Rae menjadi seorang pembantu rumah tangga di rumah seorang dokter muda. Masalahnya tidak berhenti sampai di situ. Sebab, ternyata sang majikan adalah kekasih dari selingkuhan suaminya. Menjadi pembantu rumah tangga dalam kondisi sedang mengandung membuatnya tidak bisa menyembunyikan kehamilannya dari sang majikan. Apa yang akan terjadi sslanjutnya? Apakah John akan mencari keberadaan Phoebe? Bagaimana hubungan sang dokter dengan Phoebe setelah mengetahui kehamilannya? Jawabannya hanya ada dalam cerita ini. story by me art by pinterest

Nonik_Farellidzy · Urban
Not enough ratings
278 Chs

Travis mengetahui kehamilan Phoebe

Alicia baru saja selesai mencuci piring dan merasa ingin. Gadis itu berjalan keluar dari dapur hingga melintasi ruang makan dan tiba di ruang tengah, matanya langsung terbelalak saat melihat Phoebe tergeletak di dekat tangga dalam keadaan tak sadarkan diri.

"Ya Tuhan, Phoebe!"

Alicia langsung menghampiri Phoebe dan mencoba untuk membangunkannya dengan memangku kepalanya kemudian menepuk-nepuk pipinya dengan pelan, namun tidak berhasil sama sekali. Dia pun segera berdiri kemudian berlari keluar rumah, melihat security yang sedang minum kopi di pos keamanan.

"Jacob, Phoebe pingsan. bantu aku untuk bawa ke kamar!" teriak Alicia karena jarak teras dan pos keamanan cukup jauh sekitar 20 meter.

Security bernama Jacob yang memakai setelan berwarna hitam itu pun beranjak dari kursi, kemudian berlari menghampiri Alicia langsung masuk ke rumah. Mereka kembali menghampiri Phoebe yang belum sadarkan diri kemudian membawanya ke kamar.

Setibanya di kamar, Alicia menatap Phoebe yang dipotong oleh Jacob kemudian dibaringkan ke atas ranjang. Dia benar-benar merasa cemas mengenai keadaan kesehatan sahabatnya itu mengingat beberapa hari yang lalu juga sempat pingsan.

"Sebaiknya aku hubungi Dr Travis supaya dia segera pulang untuk memeriksa Phoebe," gumam Alicia kemudian mencoba menghubungi Travis.

Alicia mondar mandir sambil mencoba menghubungi Travis namun tidak ada jawaban samasekali. Dia pun mendekati Phoebe sementara Jacob sudah keluar.

"Ya Tuhan, badannya panas, dia mendadak demam!" ucapnya kembali panik.

Tin ... tin ....

Alicia mendengar suara klakson berbunyi. Dia pun bergegas menuju keluar kamar, lanjut berlari-lari kecil menuju keluar rumah hingga tiba di teras. Gadis itu menghela napas lega saat melihat majikannya keluar dari mobil, lalu datang menghampirinya.

"Alicia," gumam Travis dengan mengerutkan keningnya karena Alicia menghampirinya dengan tatapan khawatir.

"Dr. Travis, tolong bantu Phoebe!" seru Alicia.

"Kenapa? Apa yang terjadi padanya?" Travis bertanya-tanya dengan keheranan.

"Dia pingsan dan sampai sekarang belum bangun," jawab Alicia.

Tanpa basa-basi lagi, Travis bergegas menuju masuk ke rumah dengan langkah tergesa-gesa diikuti oleh Alicia. Entah kenapa, pria itu merasa begitu cemas dan membayangkan wajah cantik Phoebe yang sudah mencuri perhatiannya sejak pertama bertemu.

Tiba di kamar, Travis langsung melihat kondisi Phoebe dan memeriksa denyut nadinya ataupun suhu tubuhnya secara manual. Pria itu terdiam dengan tatapan serius, menatap maid cantik itu tampak pucat dan kurus, bahkan dia menyadari bahwa tubuhnya memiliki ciri-ciri seperti orang yang sedang hamil muda.

"Dr. Travis, sebenarnya beberapa hari yang lalu dia juga pingsan, tapi saya tidak beritahu anda karena dia mencegah," ucap Alicia yang berdiri di dekat ranjang.

"Saya akan periksa dia di kamar, sebaiknya kamu siapkan minuman hangat dan makanan untuknya supaya saat bangun, dia langsung makan," seru Travis sambil membopong Phoebe apa bridal style, kemudian berjalan menuju keluar kamar.

Alicia terdiam tidak memperdulikan perintah Travis. Dia mengikuti dokter yang terlihat begitu memperhatikan Phoebe, bahkan membopongnya padahal bisa saja memeriksanya di kasur itu, tanpa harus membawa ke ruang pemeriksaan. Dan satu lagi, dia juga curiga jikalau Phoebe sering pingsan karena sedang hamil, kemungkinan menang hamil karena punya suami, bahkan baru pulang dari honeymoon beberapa bulan.

____

Setibanya di ruang kerjanya atau bisa disebut ruang periksa karena tersedia kasur dan peralatan medis yang lengkap, Travis membaringkan Phoebe di atas ranjang berukuran medium size, lalu mulai mengambil stetoskop untuk memeriksanya.

Dengan sangat teliti, Travis memeriksa Phoebe, lalu memberanikan dirinya untuk menaikkan bajunya untuk memeriksa perutnya. Pria itu tidak canggung samasekali karena sudah terbiasa memeriksa perut pasien hamil, dan entah kenapa dia merasa bahwa maid cantik ini memiliki tanda-tanda kehamilan, membuatnya segera mempersiapkan peralatan USG.

Ceklek ...

Alicia memasuki ruangan, berjalan pelan menghampiri Phoebe yang masih pingsan sementara Travis menyalakan peralatan USG tiga dimensi.

"Dr. Travis, apa yang akan anda lakukan?" tanya Alicia dengan heran.

Travis tidak menjawab. Dia membisu dengan ekspresi wajah yang begitu serius menyalakan monitor yang terhubung pada benda yang yang akan digunakan untuk memeriksa perut Phoebe. Pria itu menuangkan sedikit gel berwarna bening ke perut sang maid, lalu mulai menggeser-geser alat yang terhubung pada monitor sementara tatapannya tertuju pada layar monitor yang terletak di atas meja dekat ranjang.

"Dr. Travis, apa ada masalah dengan perutnya?" tanya Alicia.

Travis terdiam dengan tatapan datar, melihat ke arah monitor yang memperlihatkan adanya titik kecil di dalam rahim Phoebe. Dia yakin tau bahwa titik kecil itu adalah janin, karena dari fisik maid itupun terlihat seperti sedang dalam masa trimester pertama, apalagi maid itu adalah wanita yang menikah, punya suami ... Wajar saja jika dia hamil. Tapi, pria itu merasa kesal, merasa bersalah pada dirinya sendiri karena sudah membuat wanita yang sedang hamil muda malah bekerja sebagai maid, membersihkan rumahnya yang besar, padahal dia tau bahwa masa trimester awal sangatlah berat dan harus digunakan untuk istirahat total.

"Dr ..."

"Alicia, apa kamu sudah tau tentang kondisi bahwa dia sedang hamil?" tanya Travis. 

Seketika Alicia melongo, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Dok. Saya samasekali tidak tau."

"Ya Tuhan ...." Travis menghela napas, kemudian terdiam sambil menyandarkan punggungnya pada bahu kursi sementara tatapannya tertuju pada wajah Phoebe. Melihatnya terkulai lemas membuatnya terus menerus merasa bersalah, kesal, namun juga bertanya-tanya apakah maid itu sengaja menyembunyikan kehamilannya atau memang belum mengetahui kehamilan itu. 

"Tapi beberapa hari yang lalu saya sempat curiga," ucap Alicia dengan tatapan sedih, khawatir jika Phoebe akan dipecat dan akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Ada rasa ingin memberitahu tentang fakta bahwa suami Phoebe telah selingkuh dengan Rachel, namun dia sungguh tidak berani karena itu seperti akan memperburuk keadaan. 

"Dan sejak awal di sini dia bilang dia butuh minum vitamin. Mungkin dia merasa hamil dan butuh vitamin, atau memang dia biasa minum vitamin?" Travis bertanya-tanya sambil mengingat gelagat Phoebe saat dia pernah akan memeriksanya namun malah marah dengan alasan privasi. Dia jadi sedih, merasa yakin bahwa maid itu membohonginya, merasa kecewa namun juga khawatir dan merasa bersalah karena memperkerjakan wanita hamil. 

"Tapi ... Wajar saja dia hamil karena dia punya suami," ucap Alicia dengan gugup. 

Travis terdiam, membayangkan Phoebe akan dijemput oleh suaminya karena tidak boleh bekerja lagi karena sedang hamil, lalu dia akan merasa kembali kesepian apalagi Rachel pergi. Entah kenapa, ada rasa tidak rela jika maid itu harus pergi, ada rasa ingin menahannya. 

"Dr. Travis, berapa usia kehamilannya?" tanya Alicia. 

"Kemungkinan tiga bulan," jawab Travis, tersadar dari lamunannya. "Sebaiknya kamu segera buatkan teh dan makanan hangat untuknya. Sup atau apapun yang tidak membuatnya mual. Siapkan buah juga."

"Eh ... Iya."

Alicia segera meninggalkan ruangan dengan perasaan campur aduk, berpikir apakah dia harus memberitahu Matheo tentang hal ini, membayangkan apa yang akan terjadi setelah Phoebe sadar. Huh, dia benar-benar tidak bisa konsentrasi, takut kalau Phoebe akan dipecat, tapi juga heran karena Travis malah memintanya menyiapkan makanan hangat untuknya, seolah tidak mempermasalahkan kehamilannya.