webnovel

Ternyata sudah 3 tahun

Hiruk pikuk kota Jakarta tidak membuat pria itu berhenti menjadi raja jalanan. Sebuah sepeda motor yang besar berwarna hitam menjadi sebuah andalannya.

"Teet teet teeeeet." Bunyi klakson motor terdengar begitu kencang di belakang, sehingga membuat Zio yang sedang mengemudikan kendaraannya mengurangi kecepatan dengan begitu pelan.

"Ada apa?" Dia berteriak kepada sang sahabat.

"Makan bro laper," jawab Tito dengan teriakan yang sama kencangnya.

"Nanti di cafe sebelah sana saja," kata Zio dengan suara yang lantang pula, lalu Tito pun mengangguk, mereka berdua saling memacu kendaraan, untuk menuju ke sebuah kafe di seberang kampus mereka.

Tunggu, sekarang Zio bukan anak 17 tahun lagi. Tetapi dia adalah seorang mahasiswa semester 2 di sebuah universitas terkenal di kota Jakarta.

"Kita berhenti di sini saja, kamu ingin membuatku mati apa? Aku sudah tidak tahan menahan lapar." Tito terlihat marah pada Zio. Karena sedari tadi hanya mengemudikan kendaraannya tanpa menghiraukan perut sahabatnya yang kelaparan.

"Dasar kamu tuh, tidak makan satu jam saja kamu sudah mengamuk seperti itu, bagaimana kalau kamu jadi orang miskin dan kelaparan selama beberapa hari?" Zio terkekeh lalu mereka pun memarkirkan kedua motor keren mereka di sebuah parkir VIP.

Lalu mereka pun langsung masuk ke dalam Cafe tersebut, tiba-tiba saja dari kejauhan Zio melihat seorang gadis yang sudah lama tidak dia lihat temui.

Bayangannya pun melayang entah kemana. Dia mengingat kembali masa dimana dia bertemu dengan gadis yang bernama Alea.

"Apa itu Alea?" kata Zio di dasar hatinya, sambil menatap wanita itu dengan mata yang terpicing.

"Kamu kenapa Zio, terus-menerus melamun, cepet pesan makanannya,  aku sudah kelaparan seperti ini," kata Tito sambil melihat daftar menu makanan di cafe tersebut.

"Tito, kamu lihat apakah itu, Alea?" ucap Zio sambil terus memperhatikan satu orang gadis yang kini sedang sibuk dengan laptopnya.

"Ya ampun Zio, itu bukan Alea, masa kamu tidak bisa mengenali Alea sih? Tiga tahun ini kamu jadi hilang ingatan apa, setiap gadis yang kamu lihat kamu sebut Alea." Tito terkekeh dengan sikap sahabatnya.

"Ternyata sudah tiga tahun berlalu ya?" Zio menundukkan wajahnya, dia kembali mengingat wanita yang sempat dia kejar waktu itu.

"Kamu tahu nggak, sekarang dia di mana?" tanya Tito sambil meneguk minuman yang baru saja datang di bawa oleh pelayan.

"Setelah kelulusan SMA entahlah aku tidak melihat dia lagi," kata Zio dengan suara yang rendah.

"Ya sudah lupakan. Kamu jadi kan kencan sama gadis itu?" tanya Tito kepada Zio.

"Siapa?"

"Nara, gadis imut anak ekonomi," sahut Tito.

"Oh ... iya kita mau cek in nanti malam, aku harap dia masih virgin, agar aku bisa puas nanti malam," ucap Zio dengan suara rendah. Lalu meneguk minumannya.

"Anak jaman sekarang jarang yang perawan ha ha ha." Pria itu terkekeh menertawakan sang sahabat.

"Iya memang sudah jarang, dulu yang masih perawan hanya Alea. Gadis itu pergi membuang aku, sial. Aku menyesal ketemu dia." Dia memukul meja dengan sangat kencang, dan pria itu membuat orang yang ada di sana terkejut, air dalam gelas yang ada di meja pun tumpah.

"Tenang-tenang. Kenapa harus mengamuk dan merusak meja seperti ini. Lihatlah gelasnya sampai tumpah seperti itu, untung tidak pecah," kata Tito sambil memegang gelasnya agar tidak tumpah seperti gelas milik Zio.

"Semua ini karena wanita itu, sudah tiga tahun berlalu tapi aku belum bisa melupakannya, brengsekk. Dasar ya, kalau saja aku sampai bertemu dengan dia, maka aku tidak akan membiarkan dia pergi, akan aku kurung dia di kamar dan aku buat perhitungan dengannya, aku akan membuat pelajaran," kata Zio dengan suara yang rendah, namun penuh penekanan, pria itu masih saja mengingat Alea padahal sudah tiga tahun berlalu.

"Tenang Sob. Kamu bisa menikmati banyak gadis, bukan cuma Alea yang ada di Dunia ini, bukankah setiap malam minggu kita bisa kencan dengan banyak perempuan, lupakan Alea. Di Dunia ini masih banyak bidadari yang tergila-gila kepadamu," sahut Tito menenangkan temannya.

"Oke, makanannya sudah datang. Ayo kita makan dan kita temuin gadis cantik," kata Zio sambil mencoba untuk menyantap makanannya, lalu Tito pun langsung membabat habis makanan yang dia pesan.

Setelah selesai makan, mereka berdua langsung mendatangi sebuah tempat, untuk mereka melakukan balapan liar, kebetulan hari ini adalah hari sabtu sore. Sabtu yang tepat untuk mereka berkumpul dengan teman-teman satu club yaitu club motor hitam.

Mereka melakukan balapan liar dan setelah itu mereka pesta perempuan. Zio langsung mengajak seorang gadis check in di sebuah hotel. Pria itu benar-benar menghabiskan malam minggunya dengan begadang bersama dengan seorang gadis. Sayangnya gadis itu tidak sesuai dengan ekspektasinya, ternyata Nara bukanlah gadis perawan.

Setelah menghabiskan malam dengan beberapa ronde kegiatan, Zio akhirnya terlelap pada jam 4 subuh, sampai kini Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi, namun Zio dan Nara masih berbalut selimut tanpa sehelai benang pun.

Dering ponsel pun bahkan tidak dia dengarkan, mereka sudah sangat lelah semalaman bersama menikmati suasana yang indah penuh dengan Romansa.

Telepon itu terus berdering tetapi lagi-lagi Zio tidak menerima panggilan telepon tersebut, karena dia sudah sangat lelap dan terbuai di alam mimpi.

"Zio, ponsel kamu berdering terus, berisik," ujar Nara dengan mata yang masih tertutup.

ZIO sama sekali tidak menyahut, pria itu masih terlelap dan seolah tidak mau bangun sama sekali.

"Zio aku terima ya panggilan telepon ini," kata Nara sambil mengambil ponsel Zio dan menerima panggilan telepon tersebut.

"Halo." Nara menjawab panggilan terlepon untuk Zio.

"Halo, ini siapa?" tanya seorang gadis di seberang sana.

"Aku Nara, kamu ada perlu apa."

"Hah Nara, oi mana cowo gue?" teriak seorang perempuan di seberang telepon.

"Siapa cowo lo?" Nara membuka matanya mendengar suara yang memekik.

"Zio lah, siapa lagi, mana Zio, kenapa ponselnya ada padamu?" tanya wanita itu.

"Jangan ngaku-ngaku, Zio itu cowo gue, gue Nara, gue sekarang ada di kamar sedang memeluk tubuhnya, jelas." Nara berkata dengan nada yang begitu tinggi.

"Kamu di mana, kalian di mana?" Wanita itu kembali berteriak.

"Hotel Queen. Terus kamu mau apa? Mau ke sini, oke datanglah ke kamar 201 dan lihat bahwa sekarang Zio sedang bersamaku, dan dia adalah kekasihku, bukan Kekasihmu," pekik Nara dengan kemarahannya. Nara pun menutup panggilan telepon tersebut. Sedangkan Zio masih terlelap di alam mimpi indahnya.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba saja terdengar bel yang ditekan beberapa kali. Dengan gontai Nara berjalan lalu membuka pintu kamarnya, dan benar saja, ada seorang gadis datang dengan kemarahan yang memuncak, kini sudah berdiri di pintu kamar hotel tersebut. Mata gadis itu terbelalak tatkala melihat Zio masih tertidur di atas kasur dengan dada yang terbuka.

Dan Roti sobek yang terlihat mempesona.

_______

Catatan Kecil Author :

Halo kak, jangan lupa ya beri batu kuasa kakak untuk Zio.

Salam sayang dariku Evangelin Harvey.

Next chapter