webnovel

Melamar Pekerjaan

"Tio, bagaimana hasil meeting hari ini?” Richard mengetuk-ngetuk mejanya sambil menatap tajam asistennya.

Tio sama sekali tidak takut dengan mata tajam Richard. Ia sudah begitu memahami karakter bosnya sendiri. CEO Richard tidak pernah tersenyum bahkan di perusahaannya sendiri. Ia ingin menjaga wibawanya sebagai seorang CEO di perusahaannya. Wataknya yang keras dan pemarah, membuat tak satu karyawan pun, berani menatap wajahnya lama-lama.

Mereka masih sayang dengan pekerjaannya. Bukan tanpa alasan mereka begitu takut akan kemarahan Richard, karena apa pun bisa jadi masalah bila Richard mempermasalahkannya. Mereka lebih memilih menghindari bos moody dan pemarah macam Richard.

“Tadi sempat ada masalah dengan sekretaris Anna yang salah membawa dokumen saat meeting dengan rekan bisnis kita. Namun sudah saya selesaikan semuanya, Bos. Hasilnya cukup baik. Mereka akan mempertimbangkan kerja sama dengan perusahaan kita,” jawab Tio lugas dan tegas.

“Segera urus pemecatan sekretaris Anna dan buka lowongan sekretaris baru! Cari yg benar-benar pintar dan tidak ceroboh, Tio! Saya tidak suka sekretaris yang hanya modal cantik, tapi sangat bodoh dan ceroboh. Mengerti!" tegas Richard garang.

Tio membelalak tak percaya bosnya berkata demikian. ‘Pecat lagi, pecat lagi. Emang mudah apa merekrut karyawan?’ omel Tio dalam hati.

Tentu saja dalam hati. Mana berani Tio menyuarakan isi hatinya. Bisa kena tendang dia dari perusahaan ini. Selama bekerja dengan Richard, Tio tau betul sifat bosnya ini. Ia tidak mau dibantah. A tetap A, B tidak mungkin jadi C. Bila dia tak suka dengan stafnya, maka dengan mudah dia memecatnya. Semua kekacauan di kantor ini, dirinya lah yang harus menyelesaikannya. Tio menggaruk-garuk kepalanya, pusing akan sifat bosnya.

"Kenapa? Ga suka? Atau kamu juga mau ikutan dipecat,” Richard sudah menaikkan nada suaranya sambil melotot ke arah asistennya.

Tio buru-buru menjawab. “Jangan, Bos! Saya akan laksanakan perintah, Bos,” jawab Tio ketakutan. “Permisi, Bos! Saya segera urus ke bagian HRD sekarang.”

Tio pun buru-buru keluar dari ruangan presdir sebelum bosnya marah-marah lagi. Mana tugas sekretaris, dia yang akan handle beberapa hari ke depan, sampai dapat sekretaris baru. Tio mendengus lelah.

"Lembur-lembur dah malam ini ngerjain tugas sekretaris,” gerutu Tio sambil melangkahkan kakinya ke ruang HRD.

"Sarah, segera buka lowongan sekretaris sekarang! Secepatnya cari pengganti sekretaris Anna!" titah Tio singkat.

"Baik, Pak,” jawab Sarah, staf bagian HRD. ‘Rekrut lagi aja terus sampai mampus. Ga ada yang bakalan betah kalau modelan bos kayak gini. Udah minta perfect, orangnya pemarah, moody dan kejam lagi. Bulan ini aja udah 4 sekretaris yang dia pecat. Tuhan! Tabahkan hatiku ngadepin bos gila ini,' batin Sarah dalam hati.

***

Beberapa hari kemudian perekrutan sekretaris baru pun dibuka. Dalam dua hari sudah banyak yang melamar. Siapa yang tidak mau bekerja di W&R group. Gaji besar, perusahaan cabang dimana-mana, semua fasilitas disediakan dan dapat diakses dengan mudah. Kuncinya hanya smart dan patuh. Selagi dua hal itu terpenuhi dijamin kehidupan karyawan bakal sejahtera hingga pensiun.

Yang belum tau isi perusahaan, tentu saja berlomba-lomba ingin bekerja di perusahaan ini, tapi bagi yang sudah masuk akan mulai merasakan neraka. Kenapa? karena si bos orangnya moody, kasar dan kejam. Salah sekali saja, tidak akan ada peringatan, tapi akan langsung dipecat olehnya. Dia jarang bicara, tapi ketika ia tidak menyukai sesuatu, ia akan langsung marah-marah.

Vio sudah berada di W&R group sekarang. Ia memutuskan resign dari Hadinata group dan mulai melamar pekerjaan barunya di sini.

"Mudah-mudahan aku diterima di sini.” Vio berdoa dalam hati.

Semalam, Vio mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi penerimaan sekretaris baru di W&R group. Setelah putus dari Leo, Vio memutuskan untuk resign setelah bekerja 2 tahun di sana. Vio tidak sanggup bertemu Leo lagi kalau terus bekerja di sana.

Vio sekarang berada diantara puluhan pelamar lainnya, bersiap untuk sesi interview langsung dengan CEO perusahaan.

"Viola Rosalia."

Nama Vio telah dipanggil. Vio pun beranjak masuk ke dalam ruangan CEO Richard.

"Dia...!"

Richard terkejut namun tidak menampakkan raut wajah kagetnya. Poker facenya selalu datar sehingga orang susah menebak apa mood bos besar ini.

"Dia gadis cengeng dan bodoh yang kulihat di kafe waktu itu, kan? Ngapain dia melamar ke sini, sih?" Richard bertanya dalam hati.

"Perkenalkan dirimu!" Richard memerintah Vio dengan sorot mata yang tegas dan tajam. Siapa pun akan terintimidasi dengan tatapan tajam sang CEO. Tak salah kalau pelamar yang keluar dari ruangan ini, mukanya pucat pasi semua.

"Selamat siang, nama saya Viola Rosa..."

Belum sempat melanjutkan perkenalannya, Richard sudah memerintah hal lain pada Viola.

"In English!" perintah Richard garang.

‘Sabar-sabar,' kata Vio dalam hati.

Sambil tersenyum Viola mulai memperkenalkan dirinya dalam bahasa Inggris dengan lancar dan fasih.

"Thank you for inviting me to have interview today. My name is Viola Rosalia. I am 24 years old. I've been working as secretary for about 2 years at Hadinata group...”

Sesaat, Richard terkesima melihat pembawaan Vio dalam sesi wawancara ini. Namun, ia kembali fokus untuk mencecar Vio dengan pertanyaan sulit lainnya. Bahkan pertanyaan tak masuk akal seperti: apakah kamu bisa masak, hobi berdandan, hobi berpakaian seksi? Apa kamu tipe penggoda? Pertanyaan absurd yang mungkin hanya di perusahaan ini, ditanyakan langsung oleh CEO pada pelamarnya.

"Baiklah, anda lolos, Nona. Namun, jangan bersenang hati dulu! Saya akan menguji anda selama seminggu. Jika dalam seminggu anda bisa menjalaninya dengan baik, baru saya akan terima anda menjadi sekretaris saya. Mengerti!" tegas CEO Richard.

"Mengerti, Pak," jawab Viola sopan.

Dalam hati Vio bersorak riang karena diberi kesempatan bekerja di perusahaan besar seperti ini. Walaupun Vio sempat merasa heran dengan pertanyaan aneh dari CEO Richard, tapi Vio bisa menjawab semua pertanyaan dengan tenang. Vio berjanji akan profesional menjalani tugasnya.

"Besok, mulailah bekerja! Tugas untuk besok, tanyakan saja ke Asisten Tio!" titah Richard tegas sambil melangkah pergi meninggalkan ruangan interview.

"Fuihhh, lega rasanya. Jantung ini mau copot rasanya melihat CEO Richard. Ganteng sih, tapi ampun! Mulutnya tajam dan galak sekali. Mudah-mudahan aku betah kerja sama dia," gumam Vio meninggalkan ruangan lalu mengikuti Tio untuk mempersiapkan tugasnya besok.

"Tio, berikan job desk pada Viola beserta tata tertib yang harus dia penuhi ketika bekerja bersamaku!"

"Baik, Bos,” jawab Tio.

"Mudah-mudahan Nona Viola betah kerja sama bos. Capek merekrut sekretaris mulu,” omel Tio pelan.

‘Semoga dia tidak ceroboh dan melakukan hal bodoh di perusahaanku,' batin Richard dalam hati.

Sebenarnya Richard sedikit kagum dengan jawaban-jawaban Viola dalam sesi interview tadi. Selama ini ketika wawancara, para pelamar biasanya akan sangat mudah terintimidasi dengan pertanyaan yang diajukannya. Tak heran para peserta interview ada yang pucat, ada yang gagap dalam menjawab pertanyaan darinya.

Ada juga yang terang-terangan berusaha menggodanya selama wawancara berlangsung yaitu dengan berpakaian ketat, mengedipkan mata, menjilat atau menggigit bibirnya berulang-ulang agar dirinya tergoda. Richard sangat benci tipe pelamar seperti itu. Tanpa banyak kata diusirnya keluar peserta genit itu dari ruangannya.

Namun, Viola berbeda. Aura kecantikan dan kepercayaan dirinya memancar ke mana-mana. Vio tidak tampak terintimidasi dan gugup selama sesi interview tadi. Viola begitu luwes menjelaskan dan menjawab pertanyaan darinya. Tidak ada sorot mata ketakutan dan menggoda di matanya. Sesaat Richard terkesima melihatnya.

Sementara sesampainya di rumah, Viola mengeram kesal.

"Apa-apaan ini? Emang aku cewek apaan dikiranya suka menggoda. Dilarang menatap presdir lebih dari 5 detik, dilarang tersenyum pada presdir, dilarang berpakaian seksi, rok harus di bawah lutut, pakaian harus tebal tidak boleh transparan. Dasar bos sinting!" omel Vio setelah membaca tata tertib selama training seminggu di perusahaan W&R group.

Bersambung...