webnovel

Mutatio (Mutasi)

Terjadi teror mengerikan di kota Jakarta dimana telah terjadi pembunuhan-pembunuhan oleh mahluk liar berbulu yang semula diduga di lakukan seekor singa liar yang ternyata bukan. Ira wanita yang gemar dugem, tanpa sadar memiliki hubungan dengan si manusia serigala dan terinfeksi menjadi manusia serigala wanita. sementara disisi lain Detektif Heron kepala penyelidik kepolisian melacak keberadaan mahluk serigala itu, bersaing dengan Heron, Muri seorang wartawan juga berusaha menemukan siapa mahluk serigala jadi - jadian itu untuk di tulisnya di korannya sehingga ia bisa menjadi wartawan terkenal

didie_channel · Fantasy
Not enough ratings
32 Chs

Dia Dekat .. Sangat Dekat

dung ! dang ! dung ! dang ! grrrroooooorrrrr !!!! mahluk berbulu gelap, dengan kedua mata menyala itu berlari di atap gudang dan kemudian ... whoousssstttttt .... melompat turun ke bawah tinggi gudang itu hampir tiga meter lebih dan mahluk itu melompat begitu mudah dan mendarat diatas permukaan tanah yang langsung remuk diinjak oleh mahluk itu ...

Mahluk itu kemudian berlari kencang melompati pagar bata setinggi dua meter dan mendarat di kerumunan pohon bambu gelap yang langsung patah batang-batangnya ... klatak! klatak! klatak!

"Sepertinya dia sudah pergi?" Doddy berkata sambil mendongakan kepala melihat ke atap gudang.

"Ya, coba keluar dan cek sendiri sana." kata Pak Yudha sinis.

"Suara kakinya terdengar seperti berlari jauh diatap gudang tadi." kata Iskandar.

Baim yang duduk merapat ke tembok gudang dengan tangan gemetaran merogoh sakunya.

"Kau kenapa?" tanya Alamsyah yang duduk tidak jauh dari Baim.

"Korek .." kata Baim pelan.

"Korek?"

"Kau ada korek?"

"Buat apa?" Alamsyah memperhatikan tangan Baim yang gemetaran dengan hebat di balik saku celananya.

"Cepat .. pinjam korek." Baim mengeluarkan bungkus rokok dari saku celananya. Baim terlihat sangat perlu menenangkan syaraf-syarafnya yang terganggu akibat kejadian mengerikan yang baru saja mereka alami. Dan Baim baru terlihat tenang setelah ia menyalalan rokoknya, asap tipis menutupi wajahnya.

"Sepertinya mahluk itu sudah pergi." Gumam Pak Yudha sambil berjalan menatap atap gudang.

"Tadi juga saya bilang begitu." gumam Doddy pelan.

"Apa?"

"Ah, nnggakk pak ... sepertinya bapak bener, mahluk itu sudah pergi sudah tidak terdengar suaranya." jawab Doddy gugup.

"Tapi untuk memastikan harus ada yang pergi keluar." kata Pak Yudha sambil menatap kearah Doddy. Doddy langsung memalingkan wajahnya melihat ke arah atap gedung ...

Sementara itu di tempat yang berbeda di waktu yang sama

"Maaf aku harus menunggu putraku tidur dulu." kata wanita yang berjalan di samping si pria. Mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih yang sudah bukan lagi ABG, yang wanita bernama Cindy berusia 40 tahun, seorang janda satu anak, namun masih terlihat menarik dengan rambut panjang sampai ke bahu. sementara yang pria bernama Salman, berusia 46 tahun, seorang duda, dengan tampang tampak membosankan dengan tatapan mata sayu yang membuat wanita luluh.

"Ya, gak apa-apa."

"Kita mau kemana?"

"Kalau jalan-jalan ke taman dekat sini gimana?"

"Oke." Jawab Cindy kemudian berjalan lebih dulu di depan. Cindy mengenakan celana jins ketat saat itu yang masih terlihat cocok di tubuhnya yang terawat.

Jantung Salman terasa berdegub kencang saat ia berjalan di belakang mengikuti langkah-langkah kecil Cindy di depan.

"Katakan cita-citamu ke depan." Cindy dan Salman berbicara sambil berjalan santai di jalan sepi yang gelap. Mereka berdua memasuki jalan setapak yang ditumbuhi banyak pohon dengan bayang-bayang gelap.

"Cita-citaku?"

"Ya?"

"Aku hanya ingin hidup bahagia dengan putraku." jawab Cindy

"Kau tidak ingin putramu punya ayah?"

"Dia sudah punya ayah yang dulu." jawab Cindy sambil tersenyum, giginya terlihat kecil-kecil dan rata.

"Ya kau benar." jawab Salman sambil berjalan mendekat ke Cindy. "Maksudku ayah yang bisa setiap malam menceritakan dongeng setiap malam sebelum tidur."

"Hanya menceritakan dongeng untuk putraku saja?" Cindy berkata sambil menatap Salman, mereka berdua sudah berdiri sangat dekat di jalan sepi, gelap dan tampak dingin itu ..

"Dan juga kau ..."

mmmmmhhhhhhh ...

Mereka berdua berciuman, angin dingin bertiup pelan di malam yang sudah hampir mendekati pagi itu.

Salman memeluk tubuh Cindy erat dan menciuminya di jalan sepi yang di kiri kanannya ditumbuhi pohon-pohon tinggi. Tiba-tiba sesuatu yang lengket jatuh dari atas pohon tepat mengenai kepala Salman ..

"Hmmmm .." Salman ingin melihat benda hangat apa yang membasahi kepalanya namun Cindy tidak mau melepaskan ciumannya. Jadi Salman meraba kepalanya yang terasa hangat dengan jari-jari tangannya, sial mungkin itu tai burung dari atas pohon, burung gagak yang bertengger diatas ranting pohon mungkin, karena Salman merasakan cairan lengket dan hangat dari kepalanya yang kini terasa di jari-jari tangannya.

kratak ! kratak! kratak ! .. kali terdengar seperti ranting patah dari atas pohon ..

Hfffffffpppptttt ... Salman ingin melihat sumber suara tapi Cindy terus menciuminya dengan liar ..

srakk ! sraakk ! sraakk ! kali ini daun-daub kecil mulai berguguran ke atas kepala mereka.

"Hmmm ... tunggu." Salman memegangi bahu Cindy yang tampak tersenyum dengan wajah merah merona karena malu. Salman melihat banyak daun-daun pohon berjatuhan di kepala Cindy, Salman kemudian mendongakan kepalanya dan Arrregggggggggghhhhh !!! Salman berteriak kencang.

"Apa?" kata Cindy kemudian ikut mendongakan kepalanya dan melihat keatas ... Arrrggggggghhh !!

Grooaaaarrrrrrr !!!!

Mahluk berbulu hitam bermata kuning menyala dengan kedua taring panjang itu melompat dan menerkam keduanya ...

Bruuukkkkk !!!!!

Kaki kiri Salman dan kaki kanan Cindy patah tertimpa mahluk itu dari atas pohon.

"Arrrggggghhhhhh !!!!" keduanya berteriak sekuat tenaga ..

Groaarrrrrr!!!! cakar mahluk itu bergerak cepat, hanya dengan satu cakaran tepat di bagian kepala Cindy, wajah wanita malang itu langsung terkelupas dan kulit wajahnya terpental dan menempel di batang pohon yang gelap, seolah-olah pohon itu memiliki wajah wanita kini.

"Arrrrggggggghhhh !!!!..." Salman berteriak ketakutan melihat wajah Cindy yang terlepas dari kepalanya dan menempel di batang pohon oleh cakaran mahluk ganas itu. Mahluk itu berpaling pada Salman yang masih duduk diatas tanah dengan kaki patah, Mahluk itu membuka mulutnya lebar-lebar, Salman bisa melihat gigi-gigi kuning dan tajam dengan lubang tenggorokan mirip sumur gelap di dekat hutan yang sunyi ... kengerian dan terror merayapi seluruh tubuh Salman bagaikan aliran listrik merayap pada kabel ... arrgghhh ... grooaarrrr !! dengan satu gerakan cepat mahluk itu berhasil mengigit wajah Salman dan kemudian memakan wajah pria malang itu sementara ia meronta-ronta menahan sakit. Mahluk ganas berbulu hitam dengan sepasang mata yang menyala itu memakan wajah Salman sampai habis ...

"mama .... mama .. maamaa ..." teriak Hasan, putra Cindy yang masih berusia tiga tahun terbangun dari tidurnya di dalam kamar, Cindy ibunya selalu datang memeluknya jika ia terbangun dan bermimpi buruk, tapi kali ini tidak ada yang memeluknya saat ia ketakutan. Anak kecil itu tidak tahu kalau ia tinggal sendiri selamanya di rumah itu tanpa ibunya lagi ... hik ... hikk ... hikk ... anak kecil itu mulai menangis dan memeluk bantalnya ..