"Khusyu' bukan berarti lupa segala-galanya. Seperti didefenisikan Imam Ibnu Rajab, khusyuk berarti kelembutan, ketenangan, ketundukan, dan kerendahan diri dalam hati manusia kepada Allah SWT. Intinya, seorang hamba menyadari bahwa ia tengah berkomunikasi dengan Allah. Ketahuilah, di akhirat nanti, kenikmatan terbesar seorang hamba ketika menemui Rabb mereka di surga. Bagaimanakah kiranya, ketika mereka bisa merasakan itu di dunia?" tanya Kang Hafizh.
"Tentu dirasa akan sangat istimewa bagi yang mampu untuk mendapatkannya Kang," sahut Hanif.
"Betul sekali Nif ... dan ini adalagi kisah sahabat nabi yang terkenal kekhusyukan nya dalam sholat."
"Siapa lagi itu Kang Hafizh?" sahut Hanif bertanya.
"Abbad bin Bisyr namanya, jadi pada suatu malam ketika Rasulullah Saw sedang melaksanakan shalat tahajud di rumah Aisyah yang berdempetan dengan masjid. Terdengar oleh beliau suara Abbad bin Bisyr membaca Al-Qur'an dengan suara yang merdu.
"Ya Aisyah, suara Abbad bin Bisyrkah itu?" tanya Rasulullah.
"Betul, ya Rasulullah!" jawab Aisyah.
Rasulullah berdoa, "Ya Allah, ampunilah dia!"
"Abbad bin Bisyr turut berperang bersama Rasulullah Saw dalam tiap peperangan yang beliau pimpin. Dalam peperangan-peperangan itu dia bertugas sebagai pembawa Al-Qur'an. Ketika Rasulullah kembali dari Perang Dzatur Riqa', beliau beristirahat dengan seluruh pasukan Muslim di lereng sebuah bukit. Setibanya di tempat perhentian di atas bukit Rasulullah bertanya, "Siapa yang bertugas jaga malam ini?"
Abbad bin Bisyr dan Ammar bin Yasir berdiri, "Kami, ya Rasulullah!" kata keduanya serentak. Rasulullah telah menjadikan keduanya bersaudara ketika kaum Muhajirin baru tiba di Madinah.
Ketika keduanya keluar ke pos penjagaan, Abbad bertanya kepada Ammar, "Siapa di antara kita yang berjaga terlebih dahulu?"
"Aku yang tidur lebih dahulu," jawab Ammar yang bersiap-siap untuk berbaring tidak jauh dari tempat penjagaan.
Dalam suasana malam yang tenang dan hening, Abbad shalat malam dan larut dalam manisnya ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacanya. Dalam shalat itu ia membaca surat Al-Kahfi dengan suara memilukan bagi siapa saja yang mendengarnya.
Ketika Abbad tenggelam dalam mahabbah dengan Rabb-nya, seorang laki-laki datang dengan tergesa-gesa dan melihat seorang hamba Allah sedang beribadah. Lelaki itu yakin bahwa Rasulullah ada di tempat itu dan orang yang sedang shalat itu adalah pengawal yang bertugas jaga.
Orang itu menyiapkan anak panah dan memanah Abbad dengan tepat mengenai tubuhnya. Abbad mencabut anak panah yang bersarang di tubuhnya sambil meneruskan bacaan dan tenggelam dalam shalat. Orang itu memanah lagi dan mengenai Abbad dengan jitu. Abbad kembali mencabut anak panah lalu meneruskan ibadahnya. Kemudian orang itu memanah lagi. Abbad mencabut lagi anak panah dari tubuhnya seperti dua anak panah terdahulu.
Giliran jaga bagi Ammar bin Yasir pun tiba. Abbad merangkak ke dekat saudaranya yang tidur, lalu membangunkannya seraya berkata, "Bangunlah! Aku terluka parah dan lemas."
Sementara itu, melihat mereka berdua, si pemanah buru-buru melarikan diri. Ammar menoleh ke arah Abbad dan melihat darah bercucuran dari tiga luka di tubuhnya. "Subhanallah! Mengapa engkau tidak membangunkan aku ketika panah pertama mengenaimu?" tanyanya keheranan.
"Aku sedang membaca Al-Qur'an dalam shalat. Aku tidak ingin memutuskan bacaanku sebelum selesai. Demi Allah, kalaulah tidak karena takut akan menyia-nyiakan tugas jaga yang dibebankan Rasulullah, menjaga pos perkemahan kaum Muslimin, biarlah tubuhku putus daripada memutuskan bacaan dalam shalat," jawab Abbad.
"Demi Allah, andai saja aku tidak mengkhawatirkan lembah ini sebagaimana telah diperintahkan Rasulullah, aku tidak akan menyelesaikan shalatku sebelum membaca Surat al-Kahfi seluruhnya," lanjutnya. Abbad bin Bisyr gugur dalam perang Yamamah, sebuah peperangan untuk memberantas kaum murtad dan menghilangkan kekacauan yang ditimbulkan Musailamah al-Kadzab pada masa Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq."
"Jadi memang idealnya, setiap umat Islam pasti ingin tetap menjaga kekhusyukannya dalam salat. Sayangnya, ada saja hal di pikiran kita yang justru menganggu kekhusyukan setelah mengucapkan niat salat," ungkap Kang Hafizh.
"Emmm ... gini aku itu sebenarnya sudah berusaha untuk bisa konsentrasi dan Alhamdulillah belum berhasil juga kecuali sedikit .. dan biasanya ya pas saat takbir permulaan itu tok, karena begitu selesai ngucapin "Alloohu Akbar" maka khusyuk nya pun juga langsung bar juga .. itu gimana Kang?" lanjut tanya Hanif.
"Hehehe ... kalau kaya gitu sih bukan cuma kamu saja Nif," balas Kang Hafizh sambil senyum-senyum.
"Jadi Kang Hafizh masih seperti itu juga?" sahut tanya Hanif nampak agak sedikit terkejut.
"Ssst ...! Jangan keras-keras ..." timpal Kang Hafizh dan mereka pun langsung tertawa bareng, dan kemudian Kang Hafizh pun langsung berkata.
"Pikiran manusia memang mudah untuk teralihkan, belum lagi ditambah dengan gangguan dari setan. Gangguan-gangguan yang dapat membuat fokus kita terganggu dalam salat, antara lain ketika mendengar orang tertawa, melihat orang mengenakan pakaian mencolok saat kita berjemaah, hingga memikirkan masalah, baik disaat kita berada di kamar maupun di sawah dan lainnya, terdapat satu gangguan lainnya yang pasti pernah dialami oleh hampir setiap umat Muslim, yakni terlintas pikiran jorok atau tidak senonoh saat salat. Lantas, apakah kondisi tersebut membatalkan salat? Lalu, bagaimana hukumnya?" tanya Kang Hafizh.
"Wah ... bener banget tuh Kang, bahkan tidak jarang saat aku sedang sholat itu punyaku malah tegang, dan kerasnya minta ampun, haduh ... parah banget pokoknya Kang," ujar Hanif mengeluhkan kondisinya.
"Dan itu biasanya terjadi di saat sholat subuh," sahut Kang Hafizh.
"Lho kok tahu?!" timpal Hanif agak kaget.
"Ya tahulah ... Kang Hafizh gitu lho!"
"Ealah ... ya wes lanjut ...!" sahut Hanif sambil manggut-manggut.
"Jadi gini Nif pada intinya selama kita ini masih hidup setan tidak akan pernah berhenti untuk menggoda, tidak perduli siapapun kita, mau kiyai, ustad, apalagi cuma Hanif dan Hafizh hehe ..." tawa mereka kembali pecah.
"Yang perlu dipahami adalah .. bahwa terdapat pikiran-pikiran yang muncul secara ilmiah, tetapi juga ada yang muncul karena diupayakan oleh seseorang. Apabila pikiran-pikiran tersebut terlintas secara spontan, kemudian seseorang tersebut berupaya untuk segera menghentikannya, maka tidak masalah. Sebaliknya, jika pikiran yang datang itu tidak dihentikan, bahkan terus dibayangkan dalam angan-angan, maka hukumnya makruh (tak dianjurkan). Kendati demikian, perbuatan tersebut tidak sampai membatalkan salat, seperti yang dijelaskan oleh Imam An-Nawawi sebagai berikut:
"Disunahkan dalam salat khusyuk, khudlu' (rendah diri) dan merenungkan bacaan, dzikir, dan segala hal yang berhubungan dengan salat dan sunah menjauhi pikiran-pikiran yang tidak berhubungan dengan salat. Jika seseorang memikirkan pada hal selain salat dan terus-menerus melakukannya, maka salatnya tidak dihukumi batal. Hanya hal tersebut dihukumi makruh, baik memikirkan perkara yang mubah atau haram, seperti (memikirkan tentang) minum khamr." (Syekh Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmu' ala Syarh al-Muhadzab, Juz 4, Hal. 102). Dalil lainnya yang menjadi pijakan para ulama dalam merumuskan tidak batalnya salat seseorang ketika memikirkan pikiran jorok atau lainnya adalah sebagai berikut:
"Sesungguhnya Allah mengampuni pada umatnya atas hal yang terbersit dalam dirinya selama ia tidak melakukannya atau mengucapkannya." (HR. Muslim).
Selain dari diri sendiri, ternyata setan juga turut andil dalam membuat seseorang memikirkan hal tidak senonoh atau pikiran lainnya yang tidak berhubungan dengan salat. Godaan itu berasal dari setan yang dikenal dengan nama Setan Khinzib. Setan ini biasa menggoda orang-orang yang sedang menunaikan salat untuk menganggu kekhusyukan salat umat Islam.