webnovel

Manisku

"Mr. Devil - Season II"

Author by Natalie Ernison

~~~

Ahhk.. lepaskan! aku baru saja tiba, mengapa langsung begini... ujar Jaes kesal terhadap perilaku semena-mena Cullen.

"Aku sudah hampir habis kesabaran, hampir saja aku membakar seluruh gedung ini.."

Gila! tidakkah kau tahu, berapa banyak nyawa akan mati, jika kau melakukan itu!

"Biarkan saja anggap saja itu peringatan untukmu sayang.." Cullen mengendus-endus leher Jaes.

Kumohon biarkan aku mandi, dan berganti pakaian... lirih Jaes, betapa menyebalkannya pria ini, pikirnya.

Huhh... Cullen mendengus dan mencengkram tengah pinggul Jaes.

Ahk... Jaes tentu saja melenguh akibat cengkraman itu.

"Cepatlah mandi, karena aku sudah tak tahan.." Cullen pun melepaskan Jaes, dan ia terus mengikuti langkah Jaes.

Apa yang kau lakukan! jangan mengikutiku!! Jaes mencoba untuk memberi peringatan, dan Cullen hanya terkekeh geli.

Sracchhh.... Jaes menyalakan shower, dan mulai membersihkan diri.

Tubuhnya sangat gemetar dan juga lemas. Ia sangat ketakutan akan kehadiran Cullen.

"Hei! mengapa begitu lama sayang!" ujar Cullen dari balik pintu, terdengar bunyi ganggang pintu yang sedang berusaha untuk terbuka.

Kuperingatkan jangan macam-macam!! heii!! tukas Jaes dengan nada meninggi.

Bhuakk.... pintu pun terbuka, dan kini tersisa tirai yang terbuat dari plastic sebagai penyekat antara toilet dan letak buthub milik Jaes.

Sosok Cullen terlihat sedang berdiri di depan tirai itu, dan hanya mengenakan kolor.

Sialnya, Jaes kini tak mengenakan apa pun/ tepanjang, karena ia sedang mandi.

Pergi!!! jangan macam-macam!! Jaes mulai panic, dan handuknya berada di depan tirai.

"Kau sengaja berlama-lama, sehingga aku bisa mandi bersamamu.." ujar Cullen sambil berdiri santai dan tangannya sudah terlihat di sisi tirai.

Jaes terburu-buru masuk ke dalam buthub lalu meringuk.

Jangan kemari, kumohon jangan!! Jaes meringuk.

Sreethhh.. Cullen akhirnya menyisikan tirai plastic tersebut. Seringai senyuman iblisnya pun terlihat begitu menakutkan bagi Jaes, dan matanya turun naik memandang seluruh tubuh polos Jaes.

Kau benar-benar bajingan!! bagaimana bisa kau berbuat begini pada wanita yang belum menikah!! Jaes mulai mengumpat kesal, ia sangat marah, karena baru kali ini ada pria yang berani merendahkannya seperti ini.

"Aku tidak sabar.." Cullen melangkah mendekati Jaes.

Jangan!! ahk... Jaes semakin memperat dekapannya pada tubuhnya sendiri, dan berusaha menutupi tubuh sensitifnya.

"Begini lebih gampang untuk bermain sayang.." Cullen meraih kedua tangan Jaes dan menguncinya di atas kepala Jaes.

Bajingan!! binatang!! kau sangat hina!! Jaes terus terisak pilu.

Mmmmm hmmm... Cullen melumat bibir merah merekah milik Jaes, dan di bawah guyuran air dari shower semakin menambah rasa asyik bagi Cullen untuk semakin mengerjai Jaes.

Perlahan Cullen mengangkat tubuh polos tak berbusana Jaes, dan keduanya saling berdiri, dan kembali bercumbu di bawah guyuran air.

Ahkk... binatang!! kau hina... Jaes terus terisak hingga terbatuk-batuk.

"Sayang, aku suka cara begini... kau memang sangat pintar membuatku semakin bergairah..."

Ahk... hakkk... Jaes semakin melenguh saat tangan jahil Cullen meraba dan meremas seluruh area sensitifnya. Cullen terus saja mengecup seluruh tubuh Jaes, tentu saja banyak tanda-tanda kepemilikan /kissmark tertinggal di area tubuh Jaes.

Tangan Cullen benar-benar jahil, dan terus saja membuat Jaes mendesah sambil berbasah-basahan.

Cullen terus saja mencumbu Jaes, tubuh keduanya kini sama-sama basah.

Mata Cullen menggelap saat ia mulai memandangi tubuh polos Jaes, glekkk Cullem menelan salivanya.

Lepaskan... lirih Jaes, namun Cullen enggan menghiraukan permintaan Jaes..

Ahkk.. Hahh.. Ahhhh... Jaes mendesah semakin keras, saat Cullen menggesek-gesekan pahanya tepat ditengah selangkangan Jaes. Gesek dan terus menggesek, dan sambil memainkan jarinya di sana.

Ahhkk... jangan... Jaes melenguh saat Cullen mulai...

****

Cullen Kyleer seorang pria yang sangat misterius, bahkan hingga saat ini pun ia selalu menjadi sosok yang sangat misterius. Berawal dari pertemuan tak terduga antara dirinya dan Jasmeen, kini telah membawa kisah baru dalam kehidupan Jasmeen Aimee.

Sedari dulu Jasmeen selalu cuek dengan kehidupan percintaannya, terlebih lagi saat gagalnya kisah percintaan dirinya bersama Remost. Hal tersebut membuat Jasmeen seakan tak ingin percaya cinta lagi. Terlalu letih baginya untuk memulai lembaran baru.

Semenjak pertemuannya dan semua perbuatan yang Cullen perbuat untuknya, telah membuat kisah baru dalam hidupnya. Kehidupannya dulu yang hanya dipenuhi dengan bekerja, dan terus bekerja demi penghidupan. Kini berubah drastic, justru terkadang ia berpikir bagaimana caranya agar Cullen tak lagi mengusik kehidupannya.

Entah mengapa Cullen sangat suka mengerjainya, dan bahkan beranggapan bahwa Jasmeen kini telah menjadi milik kepunyaannya, dan tentu saja hal itu tanpa persetujuan dari Jasmeen. Bagi Cullen tak penting adanya persetujuan dari lawan pihak.

“Café xxx”

Prok prok prok… suara tepukan tangan.

“Amazing Jasmeen… hanya dalam hitungan hari, populiaritas novelmu semakin melejit pesat!!” ujar Zeros sang editor cerewetnya.

Ahhh iya bos… bagaimana dengan bonusku?

“Slow saja Jasmeen, aku bukanlah pria yang suka ingkar janji, apalagi ini masalah pekerjaan. Rupanya kau masih saja perhitungan seperti biasanya..” tukas Zeros sambil mengeluarkan sebuah cek tunai.

“Ini bonusmu…” Zeros menyodorkan selembar cek tunai.

Bos, sepertinya aku harus bekerja, karena jika hanya menulis novel, maka aku akan selalu terperangkap didalam kemiskinanku. Tukas Jaes sambil melipat lembaran cek tunai tadi, dengan wajah sendunya.

“Yah… tidak masalah, apa kau sudah memiliki target tempat bekerja?”

Aku sedang berusaha mencari pekerjaan yang bisa menjadi pegangan hidupku..

“Lalu apakah sudah ada rekomendasi?”

Hmm… iya sudah mulai ada, dan aku sebagai editor di suatu perusahaan majalah surat kabar dan lainnya yang berhubungan dengan berita.

“Ohh good… aku sangat mendukungmu, dan sesuai dengan bakatmu, kau lebih cocok bekerja dengan fokus. Tetapi jangan sampai melupakan sosialisasimu..” Zeros menepuk bahu Jaes dengan senyuman tulusnya.

Iya bos… kuharap bos tidak mengejar-ngejarku dan menuntut deadline..

“Hahaha… tentu saja aku akan terus mengejarmu, jika kau melupakan bisnis kita..”

Oke oke bos… thank you.. Jaes terkekeh, karena editor cerewetnya selalu membuatnya tertekan dengan segala macam deadline naskahnya.

“Jasmeen, mengapa kau bisa menulis cerita sesadis ini? apakah kau sekarang lebih suka dengan hal-hal yang berbau kekerasan. hmmm..” Zeros memandanginya dengan tatapan yang penuh tanya, bahkan menaikan alisnya sebagai tanda penasaran.

Bukankah sejak awal aku adalah penulis cerita gore, apakah bos sudah pura-pura lupa! tukas Jaes memberi pembelaan diri, karena ia tak ingin satu pun yang tahu tentang dirinya dan Cullen.

“Baiklah, aku percaya padamu.. dan good luck..” Zeros akhirnya menyerah untuk bertanya, karena Jaes pun tak ingin memberinya kesempatan untuk bertanya lebih banyak.

>>

Huhhh… menghela nepas dengan kasar.

“Apakah ini gedungnya..”batin Jaes saat tiba di alamat yang telah menjadi targetnya untuk memulai pekerjaan barunya.

Setelah menunggu antrian pelamar kerja dan kini saatnya baginya untuk memulai wawancara khusus.

“Jasmeen Aimee, sarjana sastra, dan pengalaman kerja.. hmmm… jadi kau sudah mulai mempelajari bagian editor sejak sekolah?” tukas seorang yang menerima lamaran kerjanya.

Iya pak, hanya itulah pengalaman saya…

“Baik, kau diterima, dan mulai besok langsung bekerja sesuai sop yang tertera..” ujar seorang pria yang menerima lamaran Jaes sambil memberikan beberapa lembaran sop selama bekerja.

***

“Mall xxx”

Jaes terlihat sibuk memilih dan memilah pakaian yang akan ia kenakan selama bekerja, dan karena besok adalah haripertama baginya. Celana bahan, jeans, denim dan sejenisnya. Baju kemeja berwarna soft gelap, kini sudah berhasil ia dapatkan. Berharap besok adalah hari yang sangat menyenangkan.

***