webnovel

Dilarang Bersuara

'tidak ada yang boleh mengganggu tidur mahalnya,' ini adalah prinsip yang tidak di izinka siapa pun dalam lingkaran kehidupan melanggarnya. Baik di dalam penthouse nya yang megah atau di tempat kerjanya.

Bram sering kali mengalami gangguan tidur, dia membutuhkan waktu panjang untuk sekedar menutup mata. Maka dari itu suara asing di pantrinya merupakan bagian dari gangguan yang bisa di kategorikan sebagai golongan level tinggi.

Parahnya lagi pria tersebut kini menemukan dirinya sudah merosot dari tempat duduknya dan terjatuh di atas selasar lantai.

Tidur di kursi pada ruang perpustakaan yang sering ia gunakan untuk mencari inspirasi sebagai CEO di dunia hiburan atau entertaiment yang serba cepat termasuk sekedar menikmati buku kumal peninggalan sang ibu adalah kenikmatan tersendiri bagi Bram, sayangnya kini kenikmatannya telah hancur.

Bram mendorong kursi yang menghalangi bangkitnya ia dari duduk. Kursi tersebut hampir jatuh tatkala ia mengambil keputusan untuk berdiri, dan sejalan kemudian berupaya merapikan dirinya yang berantakan sebab tidur dengan hem kerja tanpa sempat berganti pakaian. Pria ini menarik ujung ham putihnya sejenak selanjutnya ia menaikkan lengan hamnya sampai siku.

Matanya mengembara menatap jam dinding, "Gila! siapa yang mengacau di pagi buta," ini pukul lima dan Bram bukan orang yang bangun se-pagi ini.

Aktivitasnya di mulai jam tujuh. Mandi, sarapan sesuai menu yang di siapkan para pelayan-–yang 24 jam siap siaga membantu tiap-tiap penghuni gedung apartemen mewah ini–kemudian berangkat tepat di pukul 07.30. Maka dari itu dapat di bayangkan bagaimana pukul 05.00 adalah kemustahilan baginya.

.

Bertolak belakang dengan kejadian di ruang Pantry, Mimi berupaya secepat mungkin merapikan serpihan gelas kristal yang tidak sengaja dia senggol, mengais dengan tangan dan beberapa menggunakan tisu. Gadis tersebut hampir melempar untuk kedua kali bekas pecahan kaca di tangannya ketika suara bernada formal menyapanya, "Anda? apa yang Anda lakukan?!" gaya bicara penuh penekanan khas CEO Best.tv membuat Mimi spontan membeku dan kehilangan kata.

"a, u, em.. aa.." alih-alih bicara, gadis tersebut berakhir menundukkan wajahnya dalam-dalam sebagai wujud permintaan maaf.

"siapa yang menyuruhmu berada di Pantry se-pagi ini?" kembali suara penuh penekanan, getaran grogi yang tak terkendali berhasil menyerang Mimi.

"itu.. em, bu.. bu Sofia," lirih dan hampir tak bisa di dengar lawan bicaranya, Mimi tak sanggup menghadapi seseorang yang sebelum-sebelumnya sekedar dapat ia amati dari jarak jauh selama menjadi karyawan magang pada salah satu stasiun televisi swasta.

"Oh' Sofia lagi pelakunya?" dia yang berbicara berdehem rendah. Mimi bisa melihat kontur wajahnya yang mengeras berjalan lambat menuju sisi dalam Pantry, Mimi memutar tubuhnya dan mundur beberapa langkah ketika ternyata yang CEO itu inginkan adalah air mineral di dalam kulkas.

"dia juga yang menyuruhmu mengotori pantryku?" matanya yang tajam melirik sejenak potongan daging dan rempah-rempah yang berserakan salah satu sisi pada Pantry mengilat tersebut.

Mimi sudah membuka mulutnya untuk menjawab, kenyataannya ia kalah cepat dengan nada perintah Bram, "Rapikan kembali semuanya dan buang yang tidak perlu, aku tidak mau melihat meja atau apa pun di rumahku berantakan,"

"tapi bu Sofia meminta saya-" Bram sudah meninggalkan pintu kulkas ketika ia mendapati gadis inferior tersebut berupaya membuat alasan.

"ini rumahku atau rumah Sofia?" ujar CEO membalik tubuhnya dan sekali lagi manik mata abu-abu berhasil membuat mimi menundukkan pandangannya. "karena ini rumahku ikuti perintahku!" tegas Bram. Pria ini berjalan memutari meja Pantry.

Tepat di kala mimi kembali mengais bahan-bahan masakan yang cukup sayang untuk ia buang. Pria dengan manik mata abu-abu terebut berujar : "Satu lagi! Aku tidak mau ada suara sekecil apa pun, sampai pukul tujuh, Ingat itu!" cara Bram menyuarakan pesan layaknya sedang mengatur pak. Guru galak yang siap menghukum muridnya yang nakal dan berisik.

Mimi menoleh sejenak dan mengangguk.

.

.

[Bu Sofia saya minta maaf,] ini adalah pesan Mimi pada manajer yang pagi ini dapat di pastikan memperoleh gelar sebagai perempuan suka memerintah serta pengatur ulung.

[kenapa?] alih-alih membalas chatting Mimi. sang manajer tersebut langsung membuat panggilan. Mimi perlu berlari ke kamar, tempat yang semalam ia gunakan untuk mengistirahatkan diri demi berbicara dengan Sofia.

Ia takut membuat suara. Tampaknya dia tidak mau melanggar perintah Bram padahal mustahil suara gadis itu mampu menembus dinding dan mengganggu tidur Bram. Pria itu berada di dalam kamarnya.

[em, CEO Bram tidak mau Pantry nya-] Mimi belum usai bicara dia sudah harus menghadapi pekikan jengkel perempuan di ujung panggilan antar telepon seluler tersebut.

[Jangan dengarkan Bram! Ikuti kata-kataku!]

[Tapi,]

[aduh.. Mimi! Namamu Mimi bukan?]

Mimi tidak membalas kalimat tanya tersebut dengan suara melainkan mengangguk-angguk cukup unik dan anehnya lawan bicara di ujung sana tampaknya bisa memahami komunikasi telepati tersebut.

[Mimi! Aku tidak mau tahu, buatkan soto pesananku, aku bakal datang secepatnya, setelah kamu selesai atau tidak akan ada baju ganti yang bisa kamu gunakan. Aku yakin kamu membutuhkannya untuk berangkat kerja]

Mimi dengan polosnya merunduk mengamati baju di tubuhnya. Sebuah piama dan baju lain di ruangan ini adalah baju dengan pengait seutas tali yang membuatnya tak nyaman seharian. Selain itu sekedar jaket denim yang entah siapa pemiliknya.

Melihat kemustahilan mendapatkan pakaian yang layak untuk beberapa jam ke depan, sebelum meninggalkan penthouse mewah ini lalu berangkat bekerja. Mimi bergumam lirih, [Saya usahakan bu]

[Baguus] Sofia terdengar bahagia. Entah apa isi otaknya.

[Tolong berjanjilah mengembalikan baju saya,] dengan nada bicaranya yang rendah dan pasrah, Mimi perlu memastikan dia mendapatkan balasan. Sejujurnya pada jiwanya yang terdalam, ia tengah berkecamuk.

Ia takut kalau-kalau nanti CEO Bram menemukan dirinya melanggar perintah. sebuah suara atau Pantry kotor. Akankah Mimi bakal kena marah. Atau jangan-jangan di berhentikan dari pekerjaannya? Cukup mengerikan untuk pegawai magang.

Di sisi lain, Mimi menyadari seluruh keluarganya terutama ayahnya demikian bahagia mengetahui mimi sudah mendapatkan pekerjaan terlebih sebagai pegawai perkantoran televisi swasta yang sehari-hari menghiasi layar kaca di rumah sederhana keluarga Mimi. Sedikit berlebihan. Tepat sekali.

Namun wajar, untuk gadis yang punya kehidupan sosial terbatas.

Mimi tidak pandai bergaul. Menemukan perkerjaan untuk seseorang yang memiliki lingkaran kehidupan tak seberapa merupakan anugerah tersendiri dan hal tersebut menjadi rasa bangga di hati ayahnya.

[Bajumu sudah aku masukan tong sampah,] Sofia sudah membuangnya.

[Apa??] mimi memekikkan tanda tanya. Sejalan kemudian mulutnya tertangkap tangan kanannya sendiri, menyadari dia tak diizinkan menciptakan suara bervolume tinggi.

[tenang saja akan kuganti bajumu dengan outfit terbaik. Puluhan kali lebih fashionable. [You know!] suara Sofia bersemangat, [ aku bakal menambahkan servis termutakhir, ala-ala mendandani kucing polos nan Jinak]

[Anda punya kucing polos dan jinak? Saya juga menyukai kucing] balasan kata dari mimi membuat Sofia yang detik ini sedang berguling cantik di atas super king bad yang empuk, spontan tertegun. Ia menemukan ke tidak paham-an terkait betapa janggalnya kalimat balasan Mimi.

[Sudah-sudah masak sana, kamu itu.. huh! hidup di mana sih selama ini?] mendesah sejenak selebihnya di matikan begitu saja. Sofia bangkit dari kasur empuknya.

"dasar gadis naif!" sergahnya.

"tunggu! dia naif atau memang benar-benar kurang pandai?" perempuan ini memicingkan matanya dalam-dalam, detik berikutnya bibirnya yang mengilat akibat serum yang ia gunakan semalam–sebelum tidur–tengah membentuk garis lurus yang perlahan-lahan menyajikan ujung runcing.

Sofia tersenyum misterius, ia bahkan mengibaskan rambutnya yang panjang berserakan ke belakang punggung, demi menandai telah ia temukan sesuatu yang istimewa. isi kepalanya di penuhi ide brilian.

***

Berjalan dengan hati-hati Mimi bahkan tidak mengharapkan suara langkah kakinya terdengar. Menyuci menggunakan air dengan debit sekecil-kecilnya, sampai-sampai gadis inferior tersebut perlu menghela nafas dalam-dalam, Sangat berhati-hati supaya jentikannya kala menyalakan blue gas tidak menimbulkan suara.

Kekonyolan yang hakiki, tentunya mengakibatkan Mimi kelelahan bukan main, semua itu demi semangkuk soto dan nasi putih hangat yang detik ini telah berhasil ia sajikan.

Baru saja dia mulai mencuci bekas-bekas dari kesibukannya, Mimi bisa mendengar suara pintu utama di buka dan benturan sepatu hak tinggi menyatu dengan lantai terdengar. Ternyata yang datang adalah bu Sofia. Perempuan itu membawa satu setel baju yang terlapisi mika transparan tepat di tangan kanannya.

Baju tersebut menjulur dari dua buah hanger yang tergenggam telapak tangan sang bu manajer. Sofia mengangkatnya tinggi-tinggi. Mengarah pada Mimi. "Hai grils!" dia memekik tepat ketika Mimi menoleh padanya, "aku akan mendandanimu.. secantik-cantiknya my Kitty," ekspresinya –entah mengapa seolah tengah geregetan.

"Keajaiban jari-jari profesionalku Bakal membuatmu bersinar," tangan kirinya bergerak menari di udara. "Percayalah!"

Mimi berusaha tersenyum, sekedar bagian dari keramahan. Sejujurnya Sofia terlihat terlalu bersemangat dan itu membuat Mimi merasakan kengerian tersendiri.

"Habis gelap terbitlah terang lalala laaaa..." berputar-putar sembari melontarkan Slogan yang cukup janggal. Sofia bernyanyi acak dan berupaya semerdu ia bisa. Perempuan tersebut bahkan mengangkat kedua tangannya naik ke atas.

Sofia sudah layak di sandingkan dengan pemeran utama dalam opera klasik. Female yang sedang bernyanyi di nada sopran[1]. Masalahnya perempuan r lentik dan di penuhi manik-manik tersebut sekedar memiliki rentang suara Mezzo Sopran (karakter suara standar). Jadi tidak heran berakhir terbatuk-batuk.

Mimi perlu menggigit bibirnya sendiri dengan tujuan menghilangkan rasa kengerian yang berangsur-angsur berubah menjadi perasaan super geli. Sofia nyatanya punya pembawaan cukup unik di balik gaya busananya yang konsisten terkategorikan sebagai perempuan elegan.

Selama ini setahu Mimi, manajer Sofia adalah perempuan kedua yang di segani di tempat kerja.

"Kenapa kalian gaduh sekali!!" seseorang keluar dari kamarnya. Dia terlihat jengkel bahkan berdecap pinggang. mengintimidasi.

.

.

[1] Sopran adalah suara tertinggi dalam klasifikasi vokal di dalam budaya musik klasik barat. Istilah ini berasal dari bahasa Italia 'sopra' yang berarti melampaui dan juga bahasa Latin 'supra' yang berarti super. Dalam masa kini, istilah sopran hanya digunakan untuk penyanyi wanita yang memiliki jarak suara sopran. Dalam paduan suara, standar jarak suara sopran adalah yaitu dari C4 hingga satu setengah oktaf keatas mencapai G5/A5.

.

.

_________________

INFO PENTING:

Tidak selamanya di Up di sini ^^

segera di baca sebelum saya hapus

Heppy Reading

Next chapter