....
Gale melewati Mimin yang mendekat dari arah resepsionis.
"Gale mau kemana?" Tanya Mimin, Derek mengangkat pundaknya.
"Tidak tahu, ada urusan penting sebentar katanya"
Keduanya perlahan masuk ke dalam kamar,
"Aneh, biasanya nempel terus" ujar Mimin, dengan lembut ia menaikkan selimut Verss, merapihkan rambutnya yang berantakan di dahinya.
"Heh wajah Verss yang sangat polos saat ia tidur, kenapa akhir-akhir ini sering terjadi masalah tak terduga yah? Menjadi terkenal sangat sulit yah Verss"
Derek duduk di ujung ranjang Verss, melirik kaki Verss yang dibalut perban.
"Heh kakinya yang mulus, menurut dokter tidak akan meninggalkan bekas khan?"
"Menurut dokter beruntung mengenai celananya dulu, dan Gale juga memberikan pertolongan pertama jadi tidak terlalu parah, heh, aku tidak bisa membayangkan kalau cairan itu, mengenai wajah Verss, ems, anak malang" Mimin sampai meneteskan air matanya, dibuka kacamatanya dan menghapus air mata yang tertahan di bawah.
"Emm, entah kenapa Verss jadi begini, padahal dulu tidak begini" ujar Derek.
Di ruang tunggu, siaran televisi di ruang tunggu menarik perhatian beberapa orang di ruangan.
"Hari ini pukul enam sore di lobby gedung radio nasional baru saja terjadi insiden yang mencelakai artis ternama Verss Yanng dan beberapa fansnya, Verss terlihat dilarikan ke rumah sakit oleh staffnya sementara fans yang ikut cedera hingga kini berjumlah enam orang, masing-masing menderita luka bakar tingkat dua hingga tiga, kabar terbaru oleh kontributor di rumah sakit korban dalam kondisi baik-baik saja tapi Verss sendiri dikabarkan belum sadarkan diri hingga berita ini diturunkan.."
Tampak seorang wartawan mewawancarai beberapa gadis muda fans Verss di lokasi.
"Ini gila, kami cinta pada idola kami mana mungkin melakukan hal yang bisa mencelakainya, siapapun itu kalau bertemu denganku sudah pasti akan kami habisi mereka"
Layar kembali pada pembawa berita.
"Berita selanjutnya, hari ini akan dilaksanakan proses kremasi atas almarhum Eric Karmen yang meninggal akibat sakit Minggu lalu, jenazah pengusaha sukses yang meninggalkan banyak anak cucu itu akhirnya bisa kembali dari rumah sakit di Amerika Serikat setelah proses administrasi yang rumit dan panjang, menurut pembicara keluarga rencana keluarga besar akan melarung abu pada esok pagi di laut sebelah Utara di belakang hotel besar milik keluarga..."
...
Di sebuah rumah duka kalangan atas di tengah kota.
Gale terlihat memasuki salah satu ruangan paling besar, banyak bunga rampai yang menumpuk sepanjang lorong hingga hampir menutupi jalan, beberapa petugas tampak merapihkannya.
Sosok Gale yang tinggi tegap menarik perhatian banyak pengunjung rumah duka saat ia langsung masuk ke dalam dan lurus menuju tempat yang ia tuju.
Tangannya masih memegang jas hitam miliknya yang sudah rusak tersiram air keras, ia berhenti tepat di depan meja milik keluarga besar berkumpul.
"Brukk" melempar jasnya tepat di atas tengah-tengah meja hingga makanan yang ada di atas berserakan.
"Woow" semua terkejut dan melirik siapa orang lancang yang berani membuat masalah.
"Kurang ajar!"
Pria sebaya bertubuh agak gempal, wajah bulat dengan kulit putih bening, sepertinya ia kepala keluarganya karena ia melihat Gale dengan tajam, satu lagi pria di sampingnya berteriak memanggil keamanan.
"Keamanan! Ke mana saja mereka!"
Gale melihat orang-orang itu satu persatu, dua pria dan dua wanita yang terlihat sudah agak berumur, mungkin sekitar empat hingga lima puluhan, lalu beberapa anak muda di dekat mereka, itu mungkin anak-anak mereka.
Dalam sekejab petugas keamanan sudah mendekat mengerumuni Gale.
Gale menyeringai.
"He, tidak bisa mengatasi seorang anak muda dan kalian orang-orang tua menggunakan cara selicik ini? Aku sudah muak dengan tindakan kalian! Sampai kapan kalian mau melepaskan anak itu sendiri!" Suara Gale menggelegar, semua mata melihat ke arahnya, Gale mengepalkan tangannya, tidak ingat ia masih ingin melindungi Verss ia mungkin sudah melampiaskan emosinya di sana.
Pria yang bertubuh gempal menyeringai,.
"He cucu haram itu maksudnya? Anak yang pura-pura tidak tahu apa-apa itu?"
Gale memukul meja dengan tangannya keras.
"Brukkk!"
"Kalian yang haram!! Kalian yang tidak pantas menjadi keluarganya, entah kenapa ia begitu malang bisa lahir di antara serigala seperti kalian! Yang bahkan tidak berpikir untuk melepaskan darah daging kalian sendiri!" Suara Gale membuat seisi ruangan menoleh dengan penasaran, pihak keluarga saling melirik, pria itu bisa membuat kekacauan di sana.
"Apa yang kalian tunggu usir orang ini dari sini!" Seru pria bertubuh tinggi di sebelah pria tadi.
Segera sekitar lima orang petugas keamanan gedung mendekat, tapi satupun tidak ada yang berani mendekat lebih jauh saat melihat tatapan tajam mata Gale, Gale mengepalkan tangannya.
Menahan diri hingga terdengar gemeretak giginya yang berusaha membendung emosinya.
"Aku bisa bertindak di luar batas, demi anak itu, aku bisa menghabisi kalian, tapi, aku tidak melakukannya, nama baik anak itu tidak pantas dicoreng oleh beberapa orang idiot seperti kalian, he, sama sekali pantas" seringai di bibir Gale seakan merendahkan orang-orang di depannya.
"Kau .." tapi tidak ada yang berani maju, hawa yang dikeluarkan Gale saat itu seakan bisa menghempas siapa saja yang ada di dekatnya, sepasang mata Gale berkilat seakan memiliki petir di bola matanya yang tajam.
"Aku tidak akan banyak bicara, tunggu saja saatnya tiba jika kalian terus melakukan ini, jangan sampai kalian menjadi gelandangan tanpa memiliki apapun tersisa, bahkan hanya membawa selembar pakaian yang kalian miliki seperti apa yang dialami anak itu dulu, aku tidak akan segan melakukannya"
Setelah berbicara dengan nada menakutkan seperti itu Gale membalikkan tubuhnya menuju ke arah pintu.
Pria dan wanita yang adalah keluarga yang berduka saling berpandangan, mereka mulai berisik seperti berargumen.
"Bagaimana bisa.."
"Apa yang harus kita lakukan.."
######