webnovel

makan malam

Di saat Julio membuka pintu kamarnya, di sana sudah terlihat wajah Mona yang masam.

"Ada apa ma?" Julio bertanya dengan nada datar.

Mona membuang nafasnya dengan kasar, apalagi saat melihat penampilan Julio yang terlihat habis mandi.

Mona mencoba melihat ke dalam, namun ia tidak berhasil melihat apapun.

"Ada apa ma? kalo tidak ada hal penting, aku tutup lagi pintunya!"

"Eh, tunggu dulu! Itu di bawah papa kamu sudah menunggu, ini sudah lewat jam makan malam, tapi kamu tidak datang untuk makan bersama!" Mona akhirnya mengatakan apa yang ingin ia katakan dari tadi.

Julio mendelitkan matanya dan langsung menjawab ucapan mamanya.

"Oh itu. Ya tadi aku dan istriku habis melakukan hal yang melelahkan. Jadi kami sampai lupa jam makan malam, bilang kepada Papa bahwa kami sebentar lagi akan turun dan kalau kalian tidak tahan karena sudah lapar, kalian bisa makan terlebih dahulu dan jangan menunggu kami!" ucap Julio dan setelah itu Julio langsung menutup pintu kamarnya kembali tanpa mendengar balasan dari mamanya. Mona yang melihat pintu kamar itu ditutup tanpa meminta izin kepadanya, tentu hanya bisa meremas tangannya dan menghentakkan kakinya dengan sedikit kesal.

"Kenapa anak itu semakin hari semakin tidak bisa menghargaiku? Padahal aku ini adalah orang yang sudah merawatnya dari kecil, tapi dia tidak menghargaiku sama sekali." Mona mengatakan itu sambil melangkahkan kakinya meninggalkan lantai atas.

Lantai atas memang selalu dihuni oleh Julio di saat Julio berada di kediaman itu, namun di saat beliau tidak ada di rumah itu, barulah lantai itu bisa dihuni oleh Mona dan juga Bram. Namun bukan kamar milik Julio. Tapi kamar-kamar yang ada di sana.

Di saat Julio sudah kembali ke dalam kamar, ternyata Yola pun sudah keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut basah, ia terlihat sangat cantik dengan rambut tergerai dengan basah tersebut. Juilo terpana dengan kecantikan yang dimiliki oleh Yola.

Yola tentu langsung terdiam dan langsung menantap ke arah Julio dengan tatapan bingung.

"Ada apa?" Yola menggosok rambutnya menggunakan handuk kecil.

Tentu saja Julio langsung salah tingkah.

"Tidak apa-apa, segeralah berhias! Agar kita bisa turun ke lantai bawah. Karena di lantai bawah mereka sudah menunggu kita untuk makan malam. Kasihan mereka karena sudah menunggu sejak tadi!" ucap Julio dan setelah itu ia langsung pergi ke ruangan yang ntah ruangan Apa itu. Dengan cepat Yola langsung bertugas mengeringkan rambutnya, agar rambutnya kering dan sebenarnya nyola tidak suka berhias diri, karena selama ini ia hanya memakai lip balm untuk membuat bibirnya sedikit lembab saja. Karena semua yang ada di wajah Yola semuanya sempurna, alis lebat bulu mata lentik dan bibir pink merona. Hal itu membuat dirinya tidak bisa berhias diri, karena apa yang ingin Ia percantik?

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya Yola dan juga Julio turun ke lantai bawah. Julio dengan merangkul pinggang Yola sejak tadi terus menatap ke depan. Mona dan juga Bram yang melihat pemandangan hal itu tentu langsung terdiam dan terlihat tidak suka dengan kehadiran Yola.

"Lihatlah wanita itu, dia terlihat sangat menikmati perannya di sini!" Ucap Mona dengan suara berbisik.

Bram langsung mengisyaratkan Mona untuk diam.

"Diam, mereka sebentar lagi akan sampai, jangan sampai nanti terdengar oleh mereka!" Bram langsung bangkit dari duduk nya untuk menyambut Julio, begitupun dengan Mona.

"Silahkan duduk sayang, nikmati makan malam ini dengan suasana tenang!" Julio menarik kursi yang akan di tempati oleh Yola.

Namun ternyata, kursi itu adalah kursi tempat di mana Mona biasa duduk.

Di saat Mona akan menegur Julio.

Bram langsung. Memegang pundak Mona.

Mona akhirnya hanya bisa mengepalkan tanganya saja.

"Ayo, semuanya silahkan makan!" Ujar Julio sambil duduk di kursi tempat biasa ia makan.

Dengan rasa dongkol dan juga marah, Mona dan Bram akhirnya duduk dan ikut makan bersama.

Yola makan dengan lahap. Ia tidak perduli dengan mata yang sejak tadi menatapnya. Yola tau jika orang yang ada di sampingnya sejak tadi menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Em, sayang. Bolehkan aku makan itu?" Yola menunjuk kearah piring yang di atasnya ada lobster besar.

Julio tentu langsung menganggukkan kepalanya. Ia meminta pelayan untuk mengambilkan nya untuk sang istri.

Sedangkan Mona, ia sudah terlihat sangat marah. Terlihat dari raut wajahnya yang sudah memerah.

Sedangkan Bram, ia sejak tadi sudah mengusap tangan Mona yang di bawah. Agar Mona tidak marah di saat sedang makan. Karena jika Mona marah, sudah tentu nanti semuanya akan hancur.

"Oh ya, apakah ini makanan tante?'' Yola bertanya sambil memasukkan makanan kedalam mulutnya.

"Iya, itu makanan saya, saya sudah biasa makan makan itu setiap hari." Ucap Mona dengan nada sedikit ketus.

Julio tentu langsung menghentikan makannya.

San tentu saja semua orang langsung meatap kearah Julio.

"Kenapa memangnya? Bukannya mama sudah setiap hari makan ini, lalu jika hari ini makanan yang kamu suka di makan oleh menantu kamu, kamu akan marah?" Julio mengeluarkan suaranya.

Tentu saja Mona langsung berubah ekspresi nya.

"Tidak, bukan seperti itu, makanan itu tidak apa-apa ko kalo mau di makan sama siapapun juga."

Julio dan juga Yola yang mendengar itu, tentu langsung menganggukkan kepalanya dan melanjutkan acara makannya.

Di dalam hati Mona.

"Dasar wanita jahanam, awas kamu, kamu sudah berani masuk ke dalam rumah ini, dan sekarang kamu sudah berani merebut makanan ku, aku akan buat kamu menyesal dan paham tentang apa itu arti tau diri!"

Di saat merek sedang makan. Tiba-tiba Mona malah bertanya tentang apa yang tidak mau di dengar oleh Julio.

"Oh ya, sejak kapan kalian kenal, dan apa kah istri kamu tau jika kamu itu memiliki sisi lain?" Mona mengatakan hal itu dengan santainya.

Tentu saja mata Julio langsung menatap kearah Mona.

"Em, memangnya apa yang di miliki oleh suamiku ini?'' Yola bertanya sambil tersenyum.

Namun sebelum Mona menjawab. Julio langsung bangkit dari duduknya dan langsung menarik tangan Yola.

Hingga membuat Yola bangkit dan terbentur meja makan.

"Aduh, kamu kenapa sih?" Yola mengikuti langkah Julio yang sangat cepat.

Mona dan juga Bram yang melihat itu, tentu langsung terdiam.

"Kamu kenapa malah nanya seperti itu, seharusnya kamu diam dan tidak mengeluarkan suara apapun tadi?" Bram menyisir rambutnya kebelakang.

"Kenapa sih? Kan aku tuh cuman nanya. Lagian juga ya kalo aku nanya gak salah kan?" Mona bersikap biasa saja.

Bram hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya.