webnovel

Part 18

Setelah Allena pulih, Ron memberitahukan maksud kedatangannya saat itu.

"Kau bisa pergi setelah ini," ujar Ron.

"Apa? T-tapi kenapa?" tanya Allena panik.

"Kau memiliki keluarga di luar sana, aku yakin mereka sedang mengkhawatirkan dirimu. Jadi, kuputuskan untuk melepaskanmu saja."

Wajah Allena tertunduk, ia terlihat sedih dengan ucapan Ron. Sedangkan Ron sendiri sedikit kebingungan melihat Allena yang murung.

"Kau kenapa?" tanya Ron.

"Tidak apa-apa, Tuan," jawab Allena.

"Kau mau ku antar? Atau kau pergi sendiri?" tanya Ron.lagi.

"Aku akan pergi sendiri, Tuan."

"Ini bayaranmu, terimalah," ucap 4ick sembari memberikan sejumlah uang pad Allena.

"Tidak perlu, Tuan. Kau sudah membayarku kemarin," jawab Allena ragu.

"Sudahlah, terima saja. Aku tahu kau sangat membutuhkan ini."

Ron sedikit memaksa wanita itu. Ia memberikan uang itu dengan menarik tangan Allena agar menerimanya.

Setelah selesai merapikan diri, Allena pergi dari apartemen milik Ron. Ia tidak menemukan Ron di manapun saat akan pergi. Wajahnya terlihat kecewa, karna Ron tidak mengantarkannya hingga pintu.

Allena berjalan dengan kepala tertunduk, ia membuka pintu apartemen dan keluar dari sana.

"Aku terlalu berharap pada lelaki itu, dasar bodoh!" gumam Allena.

Wanita itu sampai dilobby dan melihat taksi yang diesan telah datang. Setelah memastikan bahwa Ron benar-benar tidak ada di sana, Allena masuk ke dalam taksi dan pergi menuju rumah sakit.

***

Casierine tengah menunggu Ron di sebuah restoran, hari ini ia akan ada pertemuan dengan klien yang baru. Seseorang dari perusahaan Gavin Group bernama Aaron Dananjaya juga ikut menunggu Ron di sana.

'Terkutuk kau, Ron!' batin Casie.

Casie sungguh kesal karena sudah menunggu satu jam di sana. Dan disaat klien akan pergi, Ron datang dengan tergesa-gesa. Ia meminta maaf atas keterlambatannya.

"Maafkan aku, Tuan Aaron."

"Beruntung aku sedang kosong hari ini, Tuan Ronald."

"Darimana saja kau ini!" bisik Casie.

"Baiklah, kita mulai saja penandatanganan kontraknya. Tuan Aaron pasti sudah membaca isi kontrak yang kami buat, bagaimana menurut anda?" tanya Ron.

"Aku sudah membacanya dengan sangat jelas. Hanya saja aku tidak suka pada poin pembagian hasil," protes Aaron.

"Anda boleh mengajukan banding jika memang kurang berkenan, kami akan mencoba untuk memikirkannya lagi," ujar Casie.

"Di sana tertulis bahwa perusahaan Gavin hanya mendapatkan 35% dari hasil penjualan besi, mungkin kau masih baru didunia bisnis ini, jadi aku akan memahaminya. Aku harap kau bisa memberikan harga yang pantas untuk perusahaanku," jelas Aaron.

"Baiklah tuan Aaron, akan segera saya hitung kembali untuk pembagian untung penjualan," terang Casie.

Casie membuka laptop, jarinya dengan lihai menari diatas keyboard. Sekilas ia menatap Aaron, lalu kembali fokus pada laptopnya. Dan setelah sepuluh menit, Casie kembali menunjukkan isi kontrak kerja itu pada Aaron.

"Silakan dibaca, Tuan," ujar Casie.

Aaron kini menatap laptop miliknya, satu email masuk dan ia melihat isi kontrak yang baru di sana. Senyum lelaki itu merekah melihat angka yang ditawarkan oleh Casie.

"Baiklah, akuh setuju," ujar Aaron yang kini menandatangani kontrak itu secara online.

Ron tersenyum puas melihat kliennya menerima tawaran dari perusahaannya. Ia juga bangga karna Casie selalu bisa mengambil kendali semua urusan bisnisnya.

"Aku permisi dulu, Tuan Ronald. Senang berbisnis dengan anda," ujar Aaron sembari mengulurkan tangannya.

"Aku juga senang berbisnis dengan Gavin Group."

Setelah kepergian kliennya, Casie mulai mebatap tajam ke arah Ron. Tak seharusnya lelaki itu terlambat pada acara penting hari ini. Jika saja kliennya itu bukanlah orang yang sabar, mungkin bisnisnya kini diambang kehancuran. Karena Gavin Group adalah perusahaan besar di Amerika. Perusahaan yang menduduki peringkat kelima di dunia.

"Dasar bodoh! Kau menyebalkan! Ke mana saja kau itu, ha?!" gerutu Casie sembari memukul kepala Ron.

Lelaki itu hanya pasrah jika ia di omeli oleh managernya. Casie sudah seperti kakaknya sendiri, wanita itu sungguh menyayanginya melebihi dirinya sendiri. Dua puluh tahun bekerja bersama Ron, membuat Casie sangat mengenal lelaki disampingnya itu.

"Maaf, aku ada urusan ... jangan marah, bagaimana jika kita pergi ke satu tempat yang kau suka?" tawar Ron.

"Pekerjaanmu sangat banyak, kau tidak boleh pergi lagi setelah ini, kita kembali ke apartemen!" omel Casie.

"Hemm, baiklah."

Setelah memesan makanan dan menghabiskannya. Mereka akhirnya pergi dari restoran itu lalu menuju apartemen elite milik Ron.

"Ron seseorang tengah mencarimu," ujar Casie tiba-tiba.

"Siapa?" tanya Ron.singkat.

"Aku lupa, ia seorang lelaki tampan. Hemm, Fabio ... ya, namanya Fabio."

Ucapan Casie membuat Ron menginjak pedal rem dengan tiba-tiba. Mobil berhenti mendadak dan membuat kepala Casie terbentur dashboard.

"Apa?"

"Terkutuk kau, Ron!" celetuk Casie sembari mengusap dahinya yang memerah.

"Casie, cepat ceritakan. Untuk apa ia datang?" tanya Ron.yang terlihat panik.

"Kau ini kenapa? Sabar dulu!" ujar Casie kesal, wanita itu mengambil napas lalu melanjutkan ucapannya,"kalau tidak salah, ia mencarimu karena ada urusan bisnis. Entah apa itu, ia tak menjelaskannya. Saat aku mengijinkannya masuk, justru lelaki itu pergi begitu saja."

"Apa?"

"Ya, hanya seperti itu. Kenapa?" tanya Casie.yang kini terlihat ingin tahu.

"Sudahlah. Kepalamu tidak apa-apa? Maaf atas keterkejutanku," ucap Ron.

"Hanya memar, tidak apa. Sebaiknya kita cepat pulang. Aku lelah."

"Oke."

Ron melanjutkan perjAllenannya hingga sampai di apartemen miliknya. Ia dan Casie berjalan memasuki gedung apartemen dan menuju kamar Ron di lantai atas.

Keduanya masuk ke dalam apartemen, Ron langsung saja masuk ke dalam kamarnya. Ia buru-buru menghubungi Fabio kekasihnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Ron.

"Kau mengacuhkanku! Aku tidak suka itu, aku kira kau ada di sana saat aku datang. Tetapi aku justru hanya melihat managermu!" gerutu Fabio.

"Kau gila! Jika Casie tahu siapa dirimu, ia pasti akan pingsan!"

"Tenanglah, sayang. Aku tidak mengatakan apapun pada managermu itu."

"Jangan kau ulangi lagi hal itu! Kau bisa membuatku dalam masalah."

"Iya, iya ... maafkan aku, sayang."

"Kali ini akan kumaafkan, jangan kau ulangi!"

"Asal kau janji menemuiku esok!"

"Baiklah, aku akan kesana besok!"

"Yeay," seru Fabio.

Sambungan telepon dimatikan oleh Ron. Lelaki itu terlihat sedikit kesal dan juga panik. Pasalnya, ia bisa saja berada dalam masalah jika Casie mengetahui hal itu. Semua asetnya dipegang oleh Casie dan jika ia membuat masalah, saat itu juga Casie akan membuat nama pemilik perusahaan berubah menjadi Ricardo Solon. Adik kandung Ronald yang sudah lima tahun tak pernah metampakkan diri.

Ron memutuskan untuk membersihkan dirinya di kamar mandi, lalu memikirkan lagi cara agar hubungannya dengan Fabio tak sampai keluar ke publik.

Dibawah guyuran air shower, Ron terlihat kacau beberapa hari ini. Setelah ia dibubungi oleh Anne, lalu maslaahnya dengan Allena dan sekarang Fabio mulai memberanikan diri untuk muncul ke dalam kehidupan sehari-hari Ron.

"Aku ingin berhenti ... andai aku bisa," gumam Ron.