2 2

"Apa wanita yang menculik mu ada didalam?" Tanya alveno pada kudanya yang tidak mau diajak pulang.

Alveno mengikatkan kedua kudanya di pohon tempat Maximus tadi, ia segera memasuki hutan untuk mencari wanita yang ia lihat.

Pangeran Alveno mencari dengan langkah terburu-buru takut langit akan semakin menggelap. Hutan bukanlah tempat yang bagus ketika malam hari. Saat memperhatikan sekitar alveno menyadari bentuk ranting yang pasti hasil karya tangan seseorang, ia mengambil dahan yang sudah dibuat berbentuk lingkaran itu.

"Ini baru dibuat, getahnya masing segar" gumam Alveno

Ia pun mempercepat langkahnya mengikuti tanda-tanda yang sudah Clara buat di pohon. Setelah semakin masuk ke dalam hutan tanda yang ia ikuti sudah habis, tapi orang yang ia cari belum ditemukan.

"Kemana perempuan itu" gumamnya.

Clara menyadari ada seseorang yang sedang menuju kearahnya itu sebabnya ia bersembunyi di salah satu pohon yang besar. Ketika orang yang mengikutinya sudah muncul dia mengambil sebuah batang rotan panjang yang kebetulan berada di dekatnya. Ia merasa laki-laki bertopi dengan penutup wajah itu salah satu orang yang ada dalam kilasannya saat tiba disini.

Alveno terus melihat sekitar namun tidak menemukan siapapun akhirnya ia memutuskan untuk kembali, Clara keluar dari balik pohon dan mengikuti alveno dari belakang secara perlahan, tapi suara daun kering yang diinjaknya membuat langkahnya terdengar.

"Sial" gerutu Clara

Alveno langsung membalikkan badannya ketika mendengar suara daun kering yang rapuh seperti diinjak, dan benar saja ia menemukan Clara yang masih  diam membatu dengan kaki yang masih berusaha melangkah.

Alveno terdiam menatap Clara, wanita yang berada di depannya ini pernah ia lihat sebelumnya.

"Kau!" Teriak Alveno dengan telunjuk yang mengacung pada Clara.

Ia sangat mengenal Clara, anak dari salah satu penasehat kerajaan kebanggaan ibunya dan sang ayah. Clara juga dimasuki menjadi salah satu kandidat calon permaisurinya nanti, sebelum diangkat menjadi Raja pangeran Alveno harus menentukan siapa ratunya dan itu dipilih oleh para petinggi istana. Kemudian semua kandidat akan bersaing dalam saimbara untuk menjadi ratu atau selir. Perempuan yang bisa memasuki nominasi itu adalah perempuan cantik dari kerajaan mereka, dan Clara termasuk wanita  cantik yang dikenal lemah lembut dan anggun sehingga terpilih. Tentu saja bukan Clara yang sekarang karena mereka sudah tertukar.

Alveno mengepalkan tangannya ketika menyadari perempuan yang menculik kudanya ternyata Clara, ia langsung berbalik hendak pulang sambil membuka topinya karena gerah.

"Hei! Siapa kau!" Teriak Clara

Niatnya yang ingin langsung menghajar Alveno kini sudah pudar, ia merasa laki-laki yang di depannya ini mengenalnya.

"Sekarang kau pura-pura tidak mengenalku? Setelah mencuri kudaku agar mengikutimu kesini?  Lebih baik kau bersaing di saimbara daripada mengejarku terus-terusan seperti ini" jawab Alveno

Clara yang asli memang sangat menyukai alveno sejak lama, ia sangat senang ketika ia berhasil masuk ke dalam nominasi calon permaisuri untuk Alveno, bahkan ia sering memasuki istana diam-diam dengan alasan mencari sang ayah untuk bertemu Alveno. Ia juga membayar salah satu prajurit istana untuk melaporkan kepadanya jika Alveno keluar istana seperti sekarang. Tapi kedoknya itu selalu berumur jagung dan cepat diketahui Alveno.

"Apa maksudmu?" Tanya Clara tak terima ketika dirinya dianggap seperti wanita penggila laki-laki.

Ia berjalan mendekati alveno dengan kayu rotan yang masih ada ditangannya.

"Aku saja tidak mengenalmu dan kau seenaknya bilang aku sengaja mencuri kudamu agar mengikuti ku? Emang kau siapa?" Tanya Clara.

Kedua tangannya juga sudah bertengger dipingganya dengan wajahnya yang menyolot. Alveno menurunkan kain penutup wajahnya sambil menatap kesal pada Clara. Wajah Clara langsung menatap wajah tampan Alveno, Rambut hitam yang lebat, alis tebal, hidung mancung dan kulit yang putih.

"Astaga terlalu tampan" batin Clara

"Kenapa? Rencana pura-pura gak kenal untuk narik perhatianku gagal lagi?"

Peltakkk

"Sayangnya gak ada otak" ujar Clara

Ia berlalu meninggalkan Alveno dengan ekspresi terkejut setelah kepalanya dipukul dengan keras. Tidak terima dengan perlakuan yang baru saja ia terima Alveno langsung mengejar Clara dengan keadaan marah.

"Berhenti!"

Clara yang terus berjalan akhirnya terhenti saat tangannya ditarik dengan keras oleh Alveno.

"Berani-beraninya kau memukulku, kau harus sadar posisimu! Hanya karena kau benci sering ku tolak bukan berarti kau bisa memukulku dengan derajatmu yang lebih rendah itu!"

"Emang kamu siapa? Sampai membas derajat segala" lanjut Clara dengan tatapan dinginnya, tangannya ia sentakkan agar terlepas dari genggaman Alveno. Kemudian ia melanjutkan langkahnya.

Alveno juga melanjutkan langkahnya mengikuti Clara sambil berfikir apa yang sedang direncanakan gadis yang berada di depannya ini. Sebelumnya Clara yang ia kenal berbicara dengan lembut dan menunduk ketika berhadapan dengannya, bahkan saat ia memarahi Clara karena ulahnya yang bodoh ketika ketahuan menguntitnya gadis itu malah menangis bukannya menyolot.

Clara dan Alveno sudah sampai dipinggir hutan, matahari sudah benar-benar hampir tenggelam. Clara tidak membawa penerangan sama sekali, perjalanan dari hutan kerumahnya lumayan jauh jika harus ditempuh berjalan kaki dalam keadaan malam.

Clara melirik kebelakang dan melihat Alveno yang sedang mengelus kudanya Maximus.

"Tidak bisa diharapkan" gumamnya.

Tiba-tiba Clara berlari melanjutkan langkahnya, setidaknya ia harus sampai di daerah pasar agar aman menuju rumah karena sudah ada penerangan di sepanjang jalan.

Alveno yang asik mengelus dan melepaskan tali kudanya tidak menyadari Clara yang sudah pergi sendiri, ia memang tidak pernah menyukai Clara tapi sebagai laki-laki ia juga tahu bahayanya berjalan di kegelapan sendirian apalagi bagi perempuan. Ia sudah berniat memberikan satu kudanya untuk Clara tunggangi.

"Ini kudamu, bawa saja pulang besok kembalikan pada peternakan kuda di pasar" Ucap Alveno sambil melemparkan tali kudanya kebelakang.

Merasa tidak ada yang menjawab Alveno pun melihat kebelakang dan tidak menemukan siapapun.

"Dimana dia?" Dia melihat sekitar dan tak menemukan siapapun, rasa cemaspun menghantui pikirannya.

"Astaga dasar perempuan gila!"

Alveno langsung menunggangi maximus dan meninggalkan kuda yang satunya. Ia mengejar Clara yang sudah terlebih dahulu berlari menuju arah pulang.

Sudah beberapa lama Clara berlari, hari sudah sangat gelap, dan yang menyinari jalannya kini hanya bulan purnama yang sangat terang, setidaknya jalannya masih terlihat dengan jelas dengan cahaya bulan itu meskipun jika ada orang di depan jalannya wajahnya tidak akan terlihat begitu jelas.

Clara  mendongak keatas langit dan melihat bulan purnama yang begitu terang, ia teringat akan memori di kehidupan aslinya yang berakhir tertabrak mobil tepat saat gerhana bulan setelah diputuskan oleh kekasihnya.

Dikehidupan modernnya Clara tidak memiliki orang tua lagi, keluarganya yang lain juga sudah sibuk dengan kehidupan masing-masing, orang yang dekat dengannya hanya pacarnya dan 3 sahabatnya yang sudah menempuh jalan hidup masing-masing dan berjauhan.

"Setidaknya disini aku punya Orang tua dan teman yang ada di dekatku kan" gumam Clara sambil menatap bulan.

Ia melanjutkan langkahnya lagi dengan berjalan kaki yang cepat, jika berlari ia rasa ia takkan sanggup lagi. Selang beberapa ia mendengar suara langkah kuda terdengar dari belakang.

"Clara!" Teriak Alveno yang sudah menemukan clara.

Setelah melihat Alveno yang berada diatas kuda, Clara melanjutkan langkahnya tanpa mengubris Alveno.

"Hei apa kau gila? mau berjalan sampai rumahmu? Aku membawa dua kuda dan sekarang aku harus meninggalkannya karena terburu-buru mengejarmu" oceh Alveno

"Aku juga terburu-buru sekarang jadi jangan ganggu aku"

"Naik!" Perintah alveno

"Anggap saja kau beruntung bisa menaiki kuda denganku" lanjutnya

"Aku lebih beruntung jika melarikan kuda yang lain tadi"

Clara terus mempercepat langkahnya sambil berbicara tanpa melihat Alveno. Karena kesal membujuk Clara, Alveno turun dan mengejar langkah gadis itu.

"Hei!! Apa yang kau lakukan!" Teriak clara

Alveno mengangkatnya bagaikan karung beras dan membawanya menuju kudanya. Ia menurunkan Clara yang dari tadi memukul badannya.

"Naik!" Titahnya.

Sebenarnya Clara memang sudah sangat lelah dan ingin kembali kerumahnya dengan cepat, akhirnya ia mengalahkan gengsinya dan naik keatas kuda. Alveno pun menyusul dan lanjut menunggangi Maximus menuju pemukiman dan istana dengan Clara yang duduk di depannya. Mereka maju dengan kecepatan sedang tanpa terburu-buru seperti yang dilakukan Alveno tadi, entah sudah berapa lama tetap tak ada dari mereka yang memulai percakapan. 

Alveno menatap jalanan yang mereka lewati kemudian melirik Clara yang ada di depannya, gadis itu sedang asik melihat bulan purnama yang berada diatas langit.

"Apa lehermu tidak sakit dengan posisi itu?" Tanya Alveno

"Hah?" Clara tersadar dari lamunannya saat menatap bulan, ia sangat menyukai bulan dan bintang, hal-hal mengenai langit merupakan favoritnya. Clara menyadari lehernya yang sakit karena terlalu lama mendongak kemudian menggerakan kepalanya kekanan dan kekiri.

Kletek krtekk

Suara tulang leher Clara terdengar saat ia merenggangkan otot lehernya yang pegal.

"Sudah kuduga" sahut alveno

"Apa?"

"Lehermu akan berbunyi seperti itu"

"Itu biasa, ini rutinitasku jika sudah melihat bulan"

"Kau menyukai bulan?"

"Sangat suka, bulan, bintang, meteor dan planet yang lain. Aku menyukai semua benda langit"

"Kau penggemar Hamze?"

"Siapa Hamze?" Tanya Clara

"Kau berbicara sepertinya, menggemari planet di langit seolah ada planet lain selain bumi"

"Itu benarkan? Di galaksi ini kita mempunyai banyak planet, belum lagi digalaksi lain" oceh Clara yang membuat Alveno kebingungan

"Kau percaya semua perkataan Hamze?"

"Aku nggak kenal Hamze, siapa dia? lagi pula apa yang dia katakan?"

"Bukannya kau pernah berbicara dengannya? Hamze peramal di Istana sekaligus ilmuan, dia bilang banyak planet selain bumi yang kita tempati, kemudian galaksi, dia juga berbicara tentang barang-barang menakjubkan yang ada di masa depan, banyak yang percaya padanya karena ramalannya yang sering benar "

Mendengar itu Clara merasa dia harus berbicara dengan Hamze, karena ia bertanya-tanya apakah Hamze berasal dari masa depan seperti dirinya.

"Apa aku bisa berjumpa dengannya?"

"Kau harus memasuki Istana"

"Kau bilang aku pernah berbicara dengannya?" Protes Clara

"Itu saat kau mengendap endap masuk ke istana dengan alasan ingin menemui ayahmu, padahal kau ingin bertemu denganku" jawab Alveno datar.

"Apa aku... pernah seperti itu? Ngejar cowok sampai seperti itu?!" Tanya Clara dengan nada tak terima.

Jarak tatapan mereka lumayan dekat karena posisi mereka sedang menunggangi kuda bersama. Alveno menyadari adanya perbedaan wajah Clara dari biasanya.

"Aku ingin bertanya, kenapa kau bertingkah aneh? Berpura-pura tidak mengenaliku dan berani memukul kepalaku, tidak mengingat Hamze dan juga segala kegilaan yang pernah kau lakukan padaku" tanya Alveno dengan mata mereka yang masih terpaut.

Clara langsung memutuskan kontak mata mereka dan kembali melihat kedepan.

"Emang kau siapa? Aku benar-benar nggak mengenalmu, dan juga jika gadis ini pernah menggilaimu maka tidak denganku"

"Apa maksudmu? Kau bicara seolah kau dan dirimu adalah hal yang berbeda"

"Aku kehilangan Ingatanku tepat di hutan tadi, itu sebabnya aku kesana untuk melihat-lihat, aku juga tidak tahu apa yang terjadi sampai aku celaka disana"

Alveno mendengar cerita Clara dan memahami mengapa sejak awal Clara tidak bertingkah biasanya, ia bahkan tidak mengenali siapa dirinya. Tapi Alveno merasa ganjal akan perubahan sifat Clara, belum lagi tadi Clara mengatakan ia sudah biasa melakukan peregangan leher setiap ia melihat bulan. Berarti ia masih ingat beberapa hal kebiasaannya.

"Kalau begitu kau belum tahu siapa aku?" Tanya Alveno.

"Belum"

"Aku Alveno, pangeran Alveno"

"Hahaha pangeran? Jika kau pangeran maka aku seorang ratu" lanjut Clara

Clara terdiam seketika, ia biasa mengatakan hal itu pada Aga yang mengaku pangeran berkuda putih untuk Clara saat masih berpacaran. Ia juga menyadari nama yang baru saja didengarnya tidak asing, belum lagi Alveno mengatakan Clara yang dulu mengendap endap mencoba masuk ke istana untuk menemuinya.

Refleks clara menutup mulutnya saat menyadari Alveno adalah pangeran kerajaan Orion sesuai dengan bayangan yang ia lihat semalam.

"Kau....!"

Clara membalikkan badannya tiba-tiba dengan tangan yang menunjuk kearah Alveno, karena pergerakannya ia hampir terjatuh dari kuda, tangan alveno yang terlatih sangat gesit dengan cepat menarik pinggang Clara hingga mendekat kearahnya agar tidak terjatuh.

Clara mengamati wajah Alveno dengan ekspresi yang masih terkejut, ia kira pangeran Alveno itu masih anak kecil bukan lebih besar daripada dirinya. Kuda mereka sudah berhenti sejak Clara hampir terjatuh tadi, dan Alveno juga menatap clara dengan seksama, untuk pertama kalinya Alveno merasa Clara sangat cantik dan menyingkirkan keganjalan akan sedikit perbedaan wajah clara yang ia ketahui selama ini.

Selang beberapa lama mereka saling menatap, Clara berdehem dan memutuskan kontak dan melihat ke depan kembali.

Alveno juga tersadar dan merasa canggung, ia kembali memacu Maximus untuk kembali berjalan.

Akhirnya Alveno dan Clara sudah sampai pada pemukiman warga, disana warga sudah beramai-ramai dikarenakan Sam ayah Clara yang kembali meminta pertolongan untuk mencari putrinya.

"Clara....!" Teriak ayahnya yang melihat clara sudah kembali dalam keadaan selamat.

Alveno turun terlebih dahulu hendak membantu clara turun, namun tangannya diabaikan oleh Clara yang memilih melompat sendiri dari atas kuda.

"Astaga nak...kamu darimana saja" Sam langsung memeluk putrinya, Clara merasa nyaman karena sudah lama ia tidak merasakan diomeli oleh seseorang yang menunggunya pulang di rumah.

"Mama dimana?" Tanya clara

"Dia di rumah.... dia takut kau diluan datang ke rumah dan nggak ada orang disana"

Tanpa sengaja Clara menahan tangisnya dan memeluk laki-laki yang berstatuskan ayahnya ini, meskipun ia tahu ini bukan ayahnya yang asli tapi Clara benar-benar merasakan kasih sayang orang tua yang sangat besar dari mereka.

"Terimakasih pangeran, sudah menyelamatkan anak saya" sahut Sam pada Alveno.

Alveno hanya tersenyum, Sam merupakan penasehat andalan mendiang ayahnya sejak lama.

"Tidak masalah paman, kebetulan kami berjumpa dijalan, kalau begitu aku pamit dulu"

Sebutan paman digunakan Alveno pada ayah Clara karena sudah sangat dekat dengan Sam, itu juga sebabnya sebetapa bencinya Alveno melihat Clara ia tidak pernah terlalu keras untuk membuat Clara menjauh, itu semua tidak lepas dari rasa hormatnya pada Sam sebagai penasehat dan juga sahabat mendiang ayahnya.

Alveno pulang menuju istana dan bertemu dengan prajurit suruhannya Ozey di pertengahan jalan, warga yang dikumpulkan sudah kembali kerumah masing-masing begitu juga dengan Sam dan Clara yang pulang kerumah.

"Clara anakku... kau darimana saja"

Bella ibu clara langsung menghamburkan diri memeluk clara yang sudah pulang, ia sangat cemas jika Clara tidak tahu jalan pulang dikarenakan hilang ingatannya.

"Aku jalan-jalan sebentar tanpa sadar sudah kejauhan ma" jawab clara

"Yasudah, lain kali jangan buat orang khawatir yah, ayo makan dulu kau pasti kelelahan"

Clara masuk kedalam rumah bersama ayah dan ibunya, ia merasa sedikit bersyukur memasuki dunia yang berbeda ini.

----------------------------------------

Beberapa hari kembali berlalu begitu saja dan Clara mulai merasa bosan, ia hanya menghabiskan waktu dengan Diva setiap hari, sekarang ia juga duduk di teras rumahnya dengan gaun yang ia kembangkan karena tidak ada kerjaan selain memainkan pakaiannya.

"Huh.... hari demi hari, dimasa depan aku punya pekerjaan dan kegiatan pengisi waktu kosong, pada hari jumat aku latihan memanah, minggu aku pergi belanja, sekarang semua hariku hari libur dan rasanya aku akan gila.....!" Gerutunya

Clara merebahkan dirinya menatap kelangit-langit. Saat ini dia berharap bisa kembali pada zamannya untuk bermain ponsel saat sedang bosan. Ia pun teringat dengan Hamze yang pernah diceritakan Alveno.

"Clara....!!!"

Merasa dirinya dipanggil ia langsung duduk kembali dengan ekspresi malasnya.

"Ada apa Diva? Aku gak mau merangkai bunga dengan lem super lengket itu lagi"

"Kenapa kau sesantai ini, apa ayahmu tidak memberitahu mu?"

"Memberitahu apa?" Tanya Clara yang masih dengan tampang malas seperti baru bangun tidur.

"Pangeran Alveno akan menikah! Dia akan segera diangkat menjadi raja"

"Benarkah?" Sahut Clara terkejut, setelah beberapa saat ia kembali dengan ekspresi malasnya

"Apa hubungannya denganku" ocehnya lagi

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa power stone dan beri komentar yah, supaya author makin semangat

Boleh minta review gak sih? wkkww (Author banyak maunya)

------------------------------------------------------😚❤😉

avataravatar
Next chapter