19 BAB XVIII Pengecut   

Slash!

Kuku tajam membelah udara dan mengiris sedikit kulit di pipi sang pria berambut emas yang melindungi adiknya yang masih histeris ketakutan. Bastion melompat ke belakang menghindari serangan serigala abu-abu di depannya.

"Jangan pergi Tn., tolong ... !!"

Suara senyap menggema dari tenggorokan sang serigala selagi memandang tajam ke wajah Bastion.

"Hee ..., ada apa Forcas kenapa wajahmu pucat begitu?"

" ... Hehg!!"

Terpacu dengan kata-kata Bastion, Forcas menyerang lagi dengan lebih ganas. Cakaran demi cakaran terus ia lemparkan dengan membabi buta, namun bagi Bastion yang menguasai beberapa beladiri dan terbiasa dengan pertarungan tangan kosong, adalah mudah untuk menghindarinya.

Didukung dengan teknik yang tinggi Bastion terus menghindar dari garis cakaran Forcas. Tetapi itu tak bertahan lama, Forcas yang terus menyerang membabi buta semakin bertambah cepat. Semakin cepat hingga Bastion semakin kewalahan menghindarinya.

"Kenapa kau tak mau mendengarku Tuan! Kenapa kau menghiraukanku! Aku sudah memohon padamu Tuan! Tak tahukah kau betapa sulitnya itu bagiku!!"

Darah mengalir dari luka-luka di tangan Bastion dan luka di pipinya. Namun Bastion tak gentar dan terus bertahan.

"Hah? apa, aku tak bisa mendengarmu Forcas! Bicaralah lebih keras!"

"Hehggg!! SIALAN, KUBILANG HENTIKAN TINDAKAN MU! KALAU KAU PERGI, KAMI YANG AKAN TERKENA MASALAH TUUAAAAN!!!!! MENGERTILAH SIALAAAAAN!!!"

Forcas seketika menghantamkan cakarnya ke bawah, napasnya tersenggal-senggal wajahnya terlihat sangat sesak meskipun seluruh organ pernapasannya baik-baik saja. Di lain sisi belasan luka dan darah merah segar mengucur di kulit Bastion. Ia sudah kewalahan menghadapi sang serigala, tubuhnya sudah mulai kehilangan tenaga dan tangan berototnya mulai bergetar menahan serangan tangan besar sang serigala.

Namun, dengan adanya sang adik di belakangnya ia tak boleh menyerah. Ia harus mengerahkan seluruh yang bisa ia lakukan. Namun kenyataan kejam segera menghentaknya, seakan lilin kecil harapannya segera di terpa angin kencang.

Layaknya kilatan petir yang bergerak terpantul-pantul Forcas berlari kesana kemari tanpa bisa diikuti lagi oleh mata Bastion. Tak meninggalkan kesempatan sedikit pun untuk membaca serangannya, Forcas bergerak secepat kilat selagi memenuhi seluruh medan pertarungannya dengan kepulan asap pekat.

"Baiklah kalau Tuan tak mau mendengarku, tak ada pilihan lain biarku bunuh kau dengan tanganmu dan kabur sejauh-jauhnya selagi yang lain sibuk bertarung!!"

Dengan suara yang muncul dari berbagai arah, Forcas mempersiapkan serangan terakhirnya pada Bastion yang masih berdiri kelelahan di kedua kakinya. Dan seketika ia melesat dengan kuku tajamnya layaknya tombak yang tertuju tepat ke dada Bastion. Tetapi tiba-tiba ...

"Pengecut!"

Suara seorang wanita entah datang dari mana terdengar jelas di telinga Forcas dan membuatnya memalingkan pandangannya. Dan tepat saat dia memalingkan pandangannya itu sebuah sol sepatu menghantamnya dan membuatnya terpelanting ke tanah.

"SIAPA!!!!!"

Teriakan itu terhenti melihat sosok yang menghentikan serangan terakhirnya itu. Teriakan itu berhenti dan berganti menjadi penolakan hebat.

"Tidak mungkin ... ini ... bagaimana bisa ... ini tidaklah mungkin kan?!"

"Hmp!! Akhirnya terkejar juga, kenapa kau harus berlari sekencang itu!! mengejarmu itu sungguh melelahkan tahu!"

Kaki, tangan, pinggul bahkan seluruh tubuhnya tak lebih berat dari satu lengan besarnya. Namun kaki langsing itu menendangnya, terlebih lagi dengan kecepatan yang sehebat itu gadis berpakaian tomboy dengan topi loper koran berwarna coklat muda itu masih bisa mengejarnya. Mata Forcas terbelalak, ia tak bisa menerima kenyataan yang menghantamnya. Bagaimana bisa ...

Bastion menghela napasnya dengan berat selagi menyaksikan sang gadis yang berdiri di depannya berdiri melindunginya. Rasa terimakasihnya seakan meluap, tapi ini bukan waktunya untuk berdiam diri, pikirnya.

Segera ia mengambil kesempatan itu berlari menuju adiknya dan membawanya kabur menuju hutan. Namun Forcas menyadari itu. Mata Forcas segera tertuju pada Bastion dan ia segera melesat sekali lagi. Namun tepat saat ia melesat, sekali lagi sol sepatu gadis itu menghantam wajahnya. Tubuhnya terpelanting sekali lagi ke tanah dan sambil berusaha berdiri dengan wajah yang shock berat, suara ringkih keluar dari mulutnya.

"Kau ... bagaimana bisa ... ?"

Sang gadis berjalan perlahan mendekati Forcas, lalu tepat di depan wajahnya sang gadis berjongkok dengan anggunnya lalu berbicara.

"Salam kenal Tn. Serigala namaku Daisy, lalu ... alasan aku bisa mengejar dan melontarkanmu ke tanah meskipun dengan tubuh yang ramping ini adalah anugrah yang ku miliki Tn.!"

Selagi terbelalak Forcas menengadah pada sang Gadis.

"Anugrah?"

"Ya, anugrah! Namanya adalah 'yang mengubah gaya', suatu anugrah yang memberikan otoritas padaku untuk merubah segala macam gaya yang ada di dunia ini!"

Lalu sang gadis berdiri dan berjalan beberapa langkah menjauh dan terus menjelaskannya.

"Gravitasi, tekanan, magnet, benturan, tolakan bahkan tarikan, ada berbagai macam gaya di dunia ini, bukan? Lalu dengan anugrah yang ku miliki aku dapat menambah, mengurangi, bahkan meniadakannya. Sama seperti saat kau melesat kencang tadi, sebenarnya bukannya aku yang melesatkan tendanganku secepat kilat untuk mengenaimu Tuan.

Tetapi tepat saat kau ada di hadapanku aku menghilangkan gaya dorong yang diciptakan kakimu untuk membuatmu berhenti. Dan tepat pada saat itu, saat kau benar-benar terhenti di depanku, aku mempercepat gaya dorong tendanganku agar bisa menyentuh wajah mu. Lalu dengan sentuhan kecil yang aku buat ituku buat gaya bentur di wajahmu menjadi berlipat-lipat hingga dapat membuatmu terpelanting ke tanah.

Jadi, apakah kau masih mau main kucing-kucingan Tuan?"

Tak mampu membalas kata-kata sang Gadis, Forcas berkeringat deras dengan mata yang bergetar.

avataravatar
Next chapter