webnovel

Rintihan Pedang Siluman

Editor: EndlessFantasy Translation

Qin Wentian melirik Zong Hong, dan dalam seketika dapat mengetahui tingkat kultivasinya—tingkat kesembilan Yuanfu.

Jika Qin Wentian menyerangnya, tidak diragukan lagi akan menjadi kasus penindasan yang kuat terhadap yang lemah. Ia benar-benar tidak terlalu nyaman melakukan hal seperti itu.

Zong Qian memandang Qin Wentian dengan bingung. Semakin lama ia berkenalan dengan Qin Wentian, semakin ia merasa ia tidak mengenalnya. Tak peduli kapan ia harus menghadapi Li Ran dan Li Nian, atau melawan Zong Hong, Qin Wentian masih setenang air, hatinya tak tergoyahkan. Manusia dengan temperamen seperti itu sangat langka, dan mereka adalah orang-orang yang akan merasa mudah untuk fokus dengan sepenuh hati dalam kultivasi mereka.

Namun, mungkin Zong Qian tidak tahu bahwa Qin Wentian tidak pernah menganggap orang-orang ini sebagai lawannya. Karena itu, mengapa ia harus marah terhadap mereka?

"Memang, ia bertindak dengan cara yang sama seperti ketika Li Nian menantangnya. Seseorang dengan karakter seperti itu, bagaimana dia menjadi Putra Pedang dari Klan Zong?" Zong Hong mendengus dingin, ketika orang-orang di sekelilingnya tertawa dingin. Jelas, mereka semua tidak senang dengan keputusan penguasa klan untuk memilih orang luar dengan nama keluarga yang berbeda.

Banyak yang merasa sulit untuk menerimanya.

"Bzzz!" Tiba-tiba, suara berdengung bisa terdengar saat pedang muncul di depan Zong Hong. Zong Hong membeku, pedang itu hanya berjarak satu inci dari matanya, dan niat pedang yang menakutkan menyembur keluar dari pedang itu dan mengunci dirinya.

"Karena kau tahu identitasku sebagai Putra Pedang, jika kau masih bersikeras untuk menunjukkan rasa tidak hormat, jangan salahkan aku kalau tak punya rasa kasihan."

Qin Wentian berbicara dengan dingin, sebelum membuat gerakan yang menyebabkan pedang terhunus terbang kembali kepadanya. Ia kemudian perlahan meninggalkan tempat itu dan benar-benar mengabaikan Zong Hong dan pendekar lainnya yang berdiri di sana dalam keadaan tertegun.

"Huhh!" Zong Hong mengepalkan tangannya dengan erat saat ketajaman yang mengerikan menyorot di matanya. "Aku tidak percaya kau bisa bersembunyi di balik cangkangmu selamanya."

Qin Wentian berlaku seolah-olah ia belum mendengar ucapan itu dan berjalan pergi sebagaimana dimaksud. Beberapa hari kemudian, desas-desus lain menyebar.

Qin Wen, orang luar yang menjadi Putra Pedang, mungkin akan dipilih untuk ikut dalam pertarungan hamparan pedang. Berita ini beredar di lingkaran Klan Zong dan ada beberapa yang mengatakan bahwa ia sama pengecutnya dengan tikus, semuanya karena ia tidak berani menerima tantangan Zong Hong. Tidak hanya itu, ia pernah mundur di hadapan Li Nian. Ada terlalu banyak desas desus yang membicarakan Qin Wentian.

Qin Wentian tahu bahwa keributan ini semuanya gara gara dirinya menerima identitas Putra Pedang. Terus kenapa jika ia mengalahkan Zong Hong? Akan ada lagi, sepuluh lainnya, seratus Zong Hong lainnya muncul untuk menantangnya. Jika ia ingin menutup mulut kalangan generasi muda Klan Zong, satu-satunya pilihan adalah menampilkan kekuatan dan bakat yang sejauh mungkin di atas tingkatan mereka, sehingga membuat mereka terpana dan diam.

Qin Wentian saat ini sedang duduk bersila di perpustakaan Klan Zong, ia sedang membaca. Gulungan-gulungan di perpustakaan itu berisi teknik pedang yang dituliskan oleh para ahli beladiri generasi sebelumnya, atau sebuah pengalaman yang mereka hadapi ketika mereka berkultivasi. Qin Wentian berusaha mencari Mandat Pedang. Tingkat pertama adalah pondasi, secara umum sama dengan yang lain. Tetapi tingkat kedua harus bergantung pada keberuntungan dan takdir seseorang. Karena itu, ia ingin memperluas wawasannya dengan membaca pengalaman para pendekar di masa lalu.

"Pernah ada seorang ahli pedang yang duduk tujuh tahun dalam meditasi. Dia menggabungkan hatinya dengan pedangnya, dan akhirnya memahami wawasan tingkat kedua bernama Hati Pedang," Qin Wentian berkata pelan saat membaca gulungan itu.

Tidak ada perbedaan antara wawasan tingkat pertama, tetapi kekuatan wawasan tingkat kedua dari Mandat yang sama sangat bervariasi dalam hal tingkat kekuatan mereka.

Hati Pedang menggunakan hati seorang pendekar untuk beresonansi dengan pedangnya dan menyebabkan niat pedang beresonansi dengan hati orang lain hingga merusak hati lawannya dalam sekejap. Bukankah itu sangat mengerikan? Cukup kehendak dari wawasan tingkat kedua saja: Hati Pedang, akan mengungguli Gaung Penghancur Jantung miliknya.

"Ada juga seorang ahli pedang lain yang memahami wawasan tingkat kedua, Bayangan Pedang. Setiap kali dia menebaskan pedangnya, cahaya pedang itu akan berubah menjadi ilusi, sementara bayangan-bayangan pedangnya akan berubah menjadi kenyataan dan mencapai tingkat serangan yang luar biasa dan tak terduga. Dengan pemahaman wawasan tingkat kedua ini, seseorang bisa membunuh orang lain dengan cara tidak berbentuk." Qin Wentian tenggelam dalam bacaannya saat ia mengagumi kedalaman berbagai jenis wawasan tingkat kedua. Jika terjadi pertarungan di antara para pendekar pada tingkatan yang sama, sebuah pedang akan cukup untuk menentukan keadaan dan secara langsung merenggut nyawa lawan.

Pedang, adalah raja di antara senjata, yang dengan menggunakan satu gerakan saja dapat mencabut nyawa. Bertarung melawan beberapa pendekar pedang yang kuat mengharuskan seseorang untuk sangat berhati-hati.

"Sepertinya aku harus menempa diriku lebih keras sebelum bisa memahaminya. Duduk di sini dan membaca buku hanya bisa membimbingku sampai sejauh ini. Sial, aku tidak punya banyak waktu lagi." Qin Wentian merenung, sebelum menempatkan gulungan itu kembali ke tempatnya dan keluar dari perpustakaan itu.

Saat itu, sudah larut malam. Qin Wentian melesat ke langit saat sebuah pedang yang terbentuk dari energi astral muncul di bawah kakinya. Ia terus melaju semakin kencang ke suatu arah tertentu.

Ada banyak orang yang terbang menggunakan pedang terbang di Kota Pedang Kehormatan, jadi Qin Wentian tidak akan terlihat terlalu mencolok. Setelah beberapa saat, Qin Wentian tiba di tepi jurang di luar Kota Pedang Kehormatan. Pemuda itu lalu melesat ke arah jurang, di mana hamparan pedang di bawahnya bermandikan cahaya bulan yang dingin. Sebuah niat pedang yang mengerikan menyembur keluar dan mendorongnya, tetapi pedang astral di bawah kakinya tanpa henti mempertahankan kekuatannya.

Akhirnya, di dalam cahaya bulan, Qin Wentian melihat sebuah pedang raksasa dengan panjang sekitar seratus meter yang terkubur jauh di dalam tanah. Sebuah kekuatan yang sangat menakutkan keluar dari pedang itu dan menyebabkan gunung-gunung di sekitarnya berubah bentuk menjadi sebuah pedang di bawah tekanan yang kuat itu.

Di dekatnya, ada beberapa pendekar berdiri berjaga-jaga. Ketika mereka melihat Qin Wentian mendekat, seseorang memanggil, "Hamparan pedang ini adalah kawasan terlarang. Kau dilarang masuk lebih dekat."

Qin Wentian pernah mendengar Zong Qian menyebutkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, hamparan pedang itu berada di bawah kendali Sekte Pedang Surga. Oleh karena itu, penjaga yang bertugas itu pastilah seorang yang berasal dari anggota kelompok tersebut.

"Pedang ini terlalu menakutkan." Qin Wentian merasa hatinya bergetar. Badan pedang itu sendiri memiliki panjang seratus meter, dan hampir setinggi bukit. Tampaknya ada beberapa kebenaran pada desas-desus itu, bahwa jurang itu tercipta akibat sebuah serangan yang menggunakan pedang itu.

Sebenarnya, meskipun Qin Wentian dapat dengan jelas melihat badan pedang itu saat ini, masih terdapat jarak yang sangat jauh antara dirinya dan pedang raksasa itu. Jika tempat ini tidak berada di bawah jurang, tetapi berada di dataran yang rata, pedang ini akan terlihat bahkan hingga beberapa ratus mil jauhnya.

"Tidak heran tidak ada yang bisa mengeluarkan pedang ini meskipun sudah bertahun-tahun berlalu." Qin Wentian merenung.

Seberapa berat pedang itu sebenarnya? Bahkan jika seorang Penguasa Timba Langit bisa menarik pedang itu keluar, bagaimana caranya ia bisa menggunakannya dalam pertarungan? Pasti terlalu berat, dan pada dasarnya tidak mungkin. Sudah pasti pula itu adalah suatu kesulitan besar bagi manusia biasa untuk memegang pedang itu.

Di atas kubah angit, cahaya bintang yang menyorot ke bawah terserap oleh pedang siluman itu dan menyebabkan qi siluman di daerah itu menjadi semakin besar intensitasnya.

"Pedang Siluman, sebuah pedang raksasa. Benarkah sebuah tebasan pedang itu benar-benar bisa membelah tanah?"

Qin Wentian berbalik dan mencapai sebuah gua di pegunungan di dekatnya dan duduk di sana dalam posisi bersila. Ia tidak percaya bahwa ia cukup mampu untuk mendapatkan pedang siluman itu. Ia hanya ingin tahu setelah mendengar cerita Zong Qian dan ingin secara langsung merasakan fluktuasi energi dari pedang siluman itu. Ia kemudian menutup matanya dan membenamkan dirinya dalam meditasi. Selama ia tidak menginjakkan kaki di dalam hamparan pedang, anggota-anggota dari Sekte Pedang Surga tidak akan mengganggunya.

Qin Wentian bermeditasi di sana dalam keheningan. Di kedalaman malam, angin siluman itu menerpa, berisi suara rintihan, seperti sebuah tangisan ... tangisan kematian! Suara itu terdengar luar biasa, dan jika bukan karena persepsi Qin Wentian yang kuat, ia tidak akan pernah mendengarnya.

Rintihan sedih ini berangsur-angsur berubah menjadi lolongan siluman yang penuh penderitaan. Dalam tangisan menyedihkan seperti itu, sebuah suara pedang yang dihunus samar terdengar, namun entah bagaimana suara itu terus bertambah jelas baginya. Persepsinya terlalu kuat, dan kepekaannya terhadap makhluk siluman juga sangat tinggi.

"Auuummm …!"

Tiba-tiba sebuah raungan siluman yang mengerikan bergema di telinganya, dan Qin Wentian merasakan seberkas niat pedang menyembur ke arahnya. Ia langsung mundur dengan secepat kilat, dan ketika dia telah mencapai jarak yang cukup jauh, Qin Wentian menyentuhkan jari-jarinya ke leher, hanya untuk merasakan sebuah sensasi basah di ujung jarinya dan membuatnya sangat terhenyak.

Jantungnya berdebar kencang—niat pedang ilusi itu, juga rintihan sedih itu, sama-sama lenyap seakan tidak pernah ada di sana. Lehernya nyaris teriris saat itu juga. Adegan yang menakutkan seperti itu mengguncang hati Qin Wentian dan ia tidak bisa mengerti apa yang terjadi.

"Huff ...." Qin Wentian menarik napas dalam-dalam saat ia kembali meneruskan kegiatannya dalam posisi duduk yang tadi. Ia melebarkan ruang persepsinya dan menyadari bahwa rintihan siluman itu telah dimulai lagi. Tidak hanya itu, suaranya semakin keras, terbawa oleh angin siluman saat memenuhi seluruh kawasan itu.

Qin Wentian seakan bisa melihat sebuah bayangan pedang berbentuk naga, sebuah bayangan pedang berbentuk burung vermillion, sebuah bayangan pedang berbentuk harimau putih dan sebuah bayangan pedang berbentuk kura-kura Xuanwu. Semua jenis bayangan pedang itu muncul di hadapannya saat mereka berubah menjadi kenyataan dan dengan jelas muncul dalam pemindaian persepsinya.

Bayangan-bayangan pedang itu berasal dari dasar batuan yang terbenam oleh pedang siluman itu. Batuan itu sendiri mengandung niat pedang yang kuat dan setelah bertahun-tahun, jika bayangan-bayangan pedang itu bisa menerobos keluar dari tanah, mereka akan mendapatkan kesadaran dan menjadi pedang siluman. 

"Sepertinya semua yang ku dengar tentang pedang siluman yang ada di dalam hamparan pedang itu adalah nyata." Qin Wentian menarik napas dalam-dalam, ketika tiba-tiba sebuah rintihan yang mirip deru raungan sebuah pedang naga siluman yang marah terdengar bergema. Qin Wentian merasakan sebuah gelombang tekanan yang kuat mengalir ke arahnya dan menyerangnya seakan ingin ia mati di tempat.

Qin Wentian segera menarik persepsinya dan sesaat kemudian, niat pedang itu menghilang sepenuhnya. Begitu pula tekanan yang luar biasa itu, dan rintihan pedang itu.

"Memang, seperti yang diharapkan." Jantung Qin Wentian berdebar. Sungguh energi yang menakutkan. Bagaimana jika ia bisa menggunakannya untuk membantunya memahami wawasan tingkat kedua di dalam Mandat Pedang? Wawasan macam apa yang akan ia peroleh saat itu? Hati Qin Wentian berdebar dengan penuh semangat saat membenamkan dirinya sepenuhnya dalam meditasi.

Matahari dan bulan memudar silih berganti seiring berlalunya waktu. Qin Wentian sudah berada di gua itu selama tujuh hari. Karena letaknya sangat dekat dengan hamparan pedang itu, semakin banyak orang yang terlihat muncul di kawasan itu, semua karena pertarungan untuk memperebutkan hak penggalian itu akan segera dimulai.

Dalam beberapa hari ini, Putra Pedang dari Klan Zong, Qin Wen telah menghilang sepenuhnya sehingga memancing spekulasi di sekitar. Bukankah itu terlalu aneh? Apakah Qin Wen bersembunyi karena ia tahu bahwa ia tidak mampu menghadapi lawan-lawan dari dua kekuatan utama lainnya? Sepertinya sehari setelah Zong Hong menantangnya, Qin Wen tidak pernah muncul lagi.

Saat ini, di suatu kawasan di kediaman Klan Zong, dua kelompok pendekar sedang saling berhadap-hadapan satu sama lain. Para pemimpin kedua kelompok ini tidak lain adalah Zong Hong dan Zong Qian. Zong Hong dengan sinis berkomentar, "Teman baik yang kau undang, di mana dia bersembunyi saat ini?"

"Saudara Qin tentu punya urusan sendiri yang harus diselesaikan, dia tidak perlu melaporkan keberadaannya kepada orang-orang sepertimu," jawab Zong Qian. Namun, Zong Hong tertawa dingin, dan para pendukungnya semua memperlihatkan ekspresi mengejek di wajah mereka. Mereka benar-benar tidak yakin dan tidak mau menerima Qin Wentian.

Terutama salah satu di antara mereka yang bernama Zong Peng. Dia adalah 'calon' Putra Pedang yang telah terpilih untuk ikut serta dalam pertarungan perebutan hamparan pedang di tingkatan Timba Langit. Pertarungan ini dianggap sebagai yang paling penting dari ketiganya—jika ia menang, itu akan mengamankan kemenangan mereka 100%. Satu-satunya pengecualian adalah jika salah satu dari tiga kekuatan utama itu memenangkan dua pertarungan berturut-turut di tingkatan Yuanfu sebelum pertarungan ketiga dan terakhir. Zong Peng selalu berpikir bahwa setelah pertarungan itu, gelar Putra Pedang akan jatuh padanya. Tak disangka bahwa gelar itu sekarang diberikan kepada orang luar.

"Setelah pertarungan di hamparan pedang itu, aku akan menyingkirkannya dari posisinya." Zong Peng menatap Zong Qian saat menyatakan hal itu dengan tenang. Kata-katanya menyebabkan orang-orang lain di dekatnya meledak dalam dinginnya tawa yang bernada mengejek, ketika mereka mengalihkan pandangan mereka ke arah Zong Qian.