webnovel

Molded World

Spesies pasca-manusia terjebak dalam sebuah perang yang tidak berkesudahan. Seorang android yang telah tertidur selama ribuan tahun, bangun untuk mempelajari manusia dalam dunia yang tumbuh oleh sisa-sisa peradaban itu.

Kattapulto · Sci-fi
Not enough ratings
10 Chs

Terbangun

Gadis itu membuka matanya, dan berkedip dua kali. Pupil matanya bergerak, memindai apa yang ada di hadapannya. Ia tidak bisa melihat banyak karena kurangnya cahaya, namun ia bisa melihat Collen, berdiri dengan mulut menganga, serta wajah penuh kebingungan.

Kaca kapsul terbuka, dan gadis misterius itu, mencoba menggerakan tubuhnya.

Tubuhnya berkedut ketika ia menggerakan lengannya, namun ia terus berusaha untuk bergerak. Bagaikan anak rusa yang baru lahir.

Hanya butuh waktu sekejap hingga ia bisa berdiri dengan benar, akan tetapi ia masih harus bersandar pada peralatan tempat asalnya lahir.

"Kamu itu apa?"

Suara Collen memecah keheningan antara mereka berdua. Tentara yang tidak mengerti apa yang telah terjadi itu mengacungkan sebilah pisau.

"Attak." Jawab gadis itu, Collen menyerngitkan dahi.

"Data identitas menuturkan hal itu... Namaku... Attak..." Lanjutnya.

Hal lain yang baru disadari Collen, mata gadis itu ternyata adalah sepasang lensa kamera.

"Bekas peradaban lampau...?" Gumam Collen. Ia setidaknya pernah membaca satu atau dua hal tentang peradaban masa lampau, dimana spesies yang bernama Manusia berkembang dari alam liar. Mereka membangun peradaban, dan bahkan cukup maju untuk menciptakan replika spesies yang disebut Android.

Apa yang ada di hadapan Collen saat ini, setidaknya adalah bukti hidup bekas keberadaan spesies itu.

"Pertanyaan untuk lawan bicara: identitas? apakah mengancam?" kata gadis yang bernama Attak itu.

"Identitas... maksudnya aku...? Aku Collen, prajurit fraksi Martian. Aku tidak akan mengancammu, selama kau tidak melakukan sesuatu yang membahayakanku."

"Dikonfirmasi. Collen dari Martian, Attak menyimpulkan: tidak ada ancaman, kesiagaan berkurang satu level." katanya,

"Kamu benar-benar Android bekas peradaban masa lampau? apa semua Android sekaku ini ketika berbicara?" Collen mengamati gadis itu dari atas kebawah. Attak saat ini hanya mengenakan pakaian ketat bewarna biru yang menutupi tubuhnya dari leher hingga ujung kaki, menyisakan pergelangan tangan, serta pergelangan kaki yang terbuka.

"Ya, sudahlah, pokoknya sekarang, kita keluar dulu dari sini." kata Collen. Ia berbalik dengan maksud untuk mencari jalannya masuk ke ruangan ini, tetapi ia menemukan bahwa jalan itu tertutup batu dan tanah. Tanpa Collen sadari, suara teriakannya pasti membuat terowongan darurat itu runtuh.

"Tidak mungkin!" tangis Collen.

Attak melihat perempuan itu pundung di ujung ruangan. Dengan mata tanpa ekspresi, ia berjalan kembali ke tabung tempatnya lahir, tepatnya ke panel layar yang dilengkapi dengan tombol-tombol bertuliskan aksara kuno.

Sesuatu membuat Attak berjalan ke panel tersebut. Ia menjulurkan jari telunjuk tangan kanannya, dan ujung jari tersebut terbuka. Disembunyikan oleh lapisan kulit artifisial jari tersebut, adalah perangkat penghubung dengan panel komputer. Setelah menemukan terminal yang berpasangan, Attak memasukan jarinya, dan aliran data mengalir masuk kedalam otaknya.

Attak mendapatkan pembaharuan sistem operasi yang meliputi pembebasan batas sistem pembelajaran mandiri, data emosi dan kepribadian, dan yang paling terakhir, adalah peta keseluruhan jalan dan saluran hubungan yang ada di pabrik.

"Anu, Collen, sepertinya aku menemukan jalan keluar alternatif yang bisa kita gunakan." Attak menghampiri Collen yang masih pundung. Wajah Collen kemudian terangkat, awalnya karena bahagia, tapi kemudian ekspresinya menjadi terkejut.

"Eh? sekarang gaya bicaramu lebih normal dibanding tadi,"

"Iya, karena seluruh fungsi tubuhku digunakan untuk mode hibernasi, program pembelajaran mandiri serta kepribadianku disimpan dalam perangkat terpisah. Tugas pertamaku setelah bangun dari tabung hibernasi, adalah memperoleh kembali data yang dibutuhkan tersebut." Attak berbicara sembari menyalakan panel komputer. Ia menekan tombol panel tersebut, dan tidak lama kemudian, tabung tempatnya bangkit bergeser.

Tembok dibalik tabung tersebut ternyata tersembunyi lubang tempat kabel penghubung. Sepertinya apapun yang dilakukan Attak tadi, telah menjalankan mekanisme yang melepaskan kabel penghubung tabung, kembali ke ruangan lain.

"Petaku menunjukan bahwa lubang ini berhubungan langsung dengan ruangan yang ada di seberang. Mungkin kita bisa menemukan jalan lain." kata Attak.

Collen melihat lubang yang dimaksud Attak. Tinggi lubang itu hanya sepinggang nya, tapi setidaknya ia bisa muat memasuki lubang itu dengan merangkak.

"Tidak ada jalan lain! Aku harus keluar dari tempat ini!" kata Collen menyemangati diri.

***

Satu setengah jam setelah mereka mulai mencari jalan keluar. Panduan Attak, serta kekuatan Collen, saling membantu dalam upaya penyelamatan diri ini. Dengan umur pabrik yang sudah mencapai lima millenia, sangat memungkinkan skenario seperti longsor terjadi, akan tetapi Collen, dengan peralatan seadanya, berhasil membuka pintu-pintu terkunci, atau menggali lorong yang rubuh.

Genap dua jam kemudian, tinju Collen menyeruak dari salah satu dinding pabrik. Tiga pukulan kemudian, tembok itu hancur, dan cahaya matahari menyeruak masuk ke tempat mereka berdua berdiri.

"Kita selamat...." gumam Collen lega. Sementara Attak nampak terdiam akan apa yang matanya lihat. setelah lima ribu tahun hibernasi, programnya kembali diingatkan bagaimana cahaya bekerja dalam atmosfer Bumi. Gadis itu merasakan angin, serta warna bebatuan, langit, serta air.

Collen mengamati gadis itu dan berkata, "Apa ini pertama kalinya kamu melihat langit?"

Attak menggeleng. "Tidak juga... Aku bisa dikatakan aktif sejak Dokter memulai konfigurasiku. Akan tetapi saat itu kondisiku masih semi-operasional. Ini pertama kalinya aku berfungsi secara penuh." jawab gadis itu sambil melihat telapak tangannya.

"Apa kamu punya tuan?"

"Seharusnya begitu, tapi ketika aku mencoba mengingat wajah, atau karakteristik fisik, bank data dalam programku tak kunjung menemukan hasil yang kuinginkan." jawab Attak.

Collen melihat wajah gadis itu. Walaupun merupakan replika, Attak berekspresi seperti dirinya, atau teman-temannya. Ia seperti halnya masih hidup.

"...Tentu saja ya... jika bukan karenanya, kami tidak mungkin ada disini." gumam Collen.

Kenyataannya. Collen bukan manusia.

Spesies bernama 'Manusia' telah punah sekitar tiga ribu tahun lalu. Apa yang menggantikan mereka adalah Ningyo.

Walaupun berbagi fisik yang benar-benar serupa dengan manusia, perbedaan terbesar Ningyo ada pada ketidakbutuhan mereka pada makanan biologis. Ningyo dapat memecah atom plastik, besi, kayu, bahkan bebatuan, dan menggunakannya sebagai sumber energi tubuh mereka.

Selain itu, hal yang hanya bisa dilakukan Ningyo, adalah kemampuan mereka mematerialisasi [Engine]. Perangkat bantu Ningyo untuk bekerja. Beberapa Ningyo mampu mewujudkan [Engine] untuk pekerjaan sipil, namun Ningyo seperti Collen, menciptakan [Engine] untuk berperang.

Peperangan antara Venusian dan Martian sendiri telah berlangsung selama seratus tahun lamanya. Beberapa bahkan melupakan tujuan awal terjadinya peperangan ini.

Tentara kedua fraksi telah tenggelam dalam lingkaran dendam dan pembalasan.

*biiiiiip*

Suara alarm komunikator Collen mengagetkannya.

"Kapal perusak Collombo kepada sisa tentara Martian di area, bila mendengar harap jawab!"

"Anggota Penyerang kode-68247, Collen, meminta bantuan penjemputan, harap konfirmasi, Collombo!"

"Kode pengenal diidentifikasi, koordinat penjemputan dikirimkan. Harap memberi sinyal di lokasi berkumpul pada 1340."

"Koordinat diterima, terima kasih Collombo." kata Collen sebelum menyelesaikan transmisi.

Attak melihat Collen dengan pandangan panjang. Collen tersenyum, dan menawarkan tangannya untuk gadis Android itu,

"Aku tidak bisa meninggalkanmu disini sendirian, perjalananmu baru saja dimulai." katanya.