webnovel

Prolog

Cahaya rembulan malam menyinari acara perkemahan dua orang bocah 5 tahun itu. Mereka tampak asik menikmati acara malam ini. Sembari memandangi langit yang dipenuhi ribuan bintang dan sebuah bulan purnama yang menyinari bumi, salah satu anak mulai berbicara.

"Nanas tau ndak dulu bunda pernah bilang apa?" Tanya bocah laki laki. Matanya tidak berhenti memandangi ribuan bintang-bintang di langit.

"Ndak tau kan Intang gak bilang" jawab bocah perempuan di sebelahnya. Gadis kecil itu tampak tak acuh dengan pertanyaan sahabat laki lakinya.

"Huft iya" Bocah laki-laki itu menghela nafas sejenak. "dulu bunda pernah bilang kalau Intang kangen bunda, Intang harus jadi bintang dulu. Jadi, sekarang Intang mau ganti nama jadi Bintang" jelas bocah laki-laki itu dengan bersemangat, Walaupun ia salah mengartikan ucapan bundanya.

"Huaaa bagus bangettt" ucap bocah perempuan itu, sepertinya sekarang ia tertarik dengan obrolan sahabatnya. Lihatlah sekarang ia sangat antusias mendengarkannya, sampai-samapu ia rela meninggalkan api unggun yang menjadi mainannya sejak tadi. "Intang jadi Bintang. Nanas pengen juga dong!" Pinta gadis kecil itu sembari menyatukan kedua telapak tangannya dan menunjukkan pupy eyes.

"Ah Nanas mah ngikut Mulu" keluhnya. "Tapi kalau Nanas mau mending Nanas jadi Bulan aja" saran bocah laki laki itu kemudian. "Horeee, Nanas jadi Bulan" terlihat raut bahagia dari wajah cantiknya. "Kan Bulan selalu temenan sama Bintang jadi kita best friend" ujarnya lagi, melihat sahabat perempuannya bahagia bocah laki-laki itu ikut tersenyum.

Di kejauhan seorang pria memandangi mereka dengan mata berkaca-kaca, pria itu menarik dua buah koper di sampingnya untuk dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Pria itu berjalan pelan mendekati dua bocah yang sedang bersenda gurau.

"Lintang, ayo ikut papa pergi nak" ajak pria itu lembut. Tanpa menunggu persetujuan sang putra pria dengan setelan jas abu abu itu langsung sigap menggendong anaknya. didalam gendongan sang papa, Lintang berkata "pergi? Kemana?" Tanya bocah itu. Ia masih anteng di gendongan papanya.

"Papa udah gak bisa disini lagi nak. Kita pergi ya?. Nasya, om sama Lintang pamit, bilang sama orang tua kamu ya, sayang" Nasya menatap sendu kepergian Lintang. Matanya berkaca-kaca dan tidak bisa berkata lagi, begitupun dengan Lintang. Anak laki-laki itu terus memandangi sahabatnya di gendongan papanya, perasaannya campur aduk. Tangan kecilnya tak henti melambaikan tangan kepada gadis kecil yang sedari bayi bersamanya. Sampai akhirnya ia pasrah setelah dimasukkan ke dalam mobil oleh sang papa.

Mengapa Lintang pergi? Apa mereka bisa bertemu lagi?. Akhirnya cairan bening itu menetes deras di pelupuk mata Nasya. Ia berlari meninggalkan tempat perkemahan. Perkemahan dua bocah yang mengasikkan tadinya, sekarang berubah menjadi perpisahan yang menyedihkan.

"Papa....Intang pergi"