webnovel

Bab 6

Miya dan Lolita berjalan berdampingan menuju mansion dimana mereka berlatih dan belajar banyak hal, tempat itu tidak jauh dari rumahnya. Lapangan yang terhampar di depan mansion bisa terlihat dari jarak ia berdiri sekarang, disanalah mereka melatih kekuatan dan menguji coba trik dan skill yang mereka gunakan. Tempat pelatihan itu sengaja diletakan ditempat yang tenang dan sejuj dipandang mata, supaya bisa lebih fokus dalam pelatihan.

Miya yang kini sedang berjalan menuju tempat itu, tersenyum sejenak. Memori tentang masa lalunya seolah diputar kembali saat pandangannya tertuju pada bangunan dan lapangan luas yang membentang dihadapannya, mengingat masa dimana ia adalah adik seorang King Elf ditempat asalnya, ketika ia masih belia yang saat itu sedang belajar memanah dengan Arrow Moon Elfnya. Senyuman anggunnya kembali bersinar ketika mengalihkan pandangannya ke sebuah benda yang kini berada digenggamannya.

" Bagaimana keadaanmu setelah pertempuran kemarin Lolita..? "tanya Miya menoleh kearahnya

" Sejujurnya, aku merasa banyak hal yang perlu aku tingkatkan lagi untuk bisa menstabilkan kekuatanku.." jawab Lolita agak murung

" Memang.. untungnya pertempuran kemarin tidak memakan korban jiwa sama sekali. kurasa kekuatan kita dengan Dark Abyss bisa dibilang seimbang.." jelasnya mengambil skenario terburuknya.

" Tapi meski begitu, aku tetap sedih mengingat Bruno yang terluka saat pertempuran kemarin.." katanya sambil menurunkan pandangannya

" Iya, aku mengerti perasaanmu, kau tidak perlu begitu khawatir, ia pasti lebih senang dirinya seperti itu sedangkan orang yang ia sayangi selamat daripada ia membiarkan orang lain yang ia sayangi terluka sedangkan ia baik baik saja.. tentu kau juga pasti akan berusaha yang terbaik untung melindungi orang yang kau sayangi ketika ia dalam masalah, baik itu masalah besar ataupun masalah kecil.." jelasnya tersenyum.

Lolita menatap wajah yang tulus itu dan membalas senyuman manisnya. Tapi tak lama setelah itu senyumnya memudar, menggantikan lekukan bibir kebawah.

" kau tau.. aku tidak bisa berhenti untuk tidak merasa bersalah, aku memiliki kemampuan pertahanan yang sangat baik, perisai dan kemampuan pembagian Shield-ku seharusnya aku gunakan untuk melindungi teman temanku, tapi hal itu malah terjadi sebaliknya. Bruno menyelamatkanku ketika aku hampir saja mati di ujung pedang Argus, dan akhirnya dia yang harus menerima tebasan pedang itu. Dan itulah yang membuatku berkata aku harus meningkatkan kemampuanku selanjutnya." jelasnya.

Miya meletakan tangan kanannya diatas pundak Lolita dan kembali menatapnya

" jangan lupa, kau bisa belajar banyak hal dari pengalaman." ujarnya.

Lolita tersenyum dan berkata

" aku akan berusaha yang terbaik.." sahutnya

Miya meraih tangannya dan mereka berdua tertawa bersama.

" Oh iya, kudengar ada juga seseorang yang terluka saat pertempuran itu, umm.. dan kudengar putri Chang'e yang menemukannya, apa kau tau..?" tanya Lolita sambil kembali melangkah melanjutkan perjalanan

" Oh, iya.. pria itu bernama Alucard, awalnya dia seperti itu karena dia mencoba menyelamatkanku, dan kakakku sudah menyembuhkannya, dan sekarang ia di rumahku bersama seorang gadis yang menemaninya." jelas Miya.

" Oh, tentu dia adalah pria yang baik.. dan apakah kau masih ingat siapa sosok yang berusaha menyerangmu..?"

" Seekor iblis api, dan aku yakin dia memiliki kekuatan yang begitu besar dan sama sekali bukan tandinganku."

" tunggu.. apa..? iblis api..?" tanya Lolita menghentikan langkahnya..

" Bisa kau jelaskan lebih spesifik..?" tanyanya, matanya terbuka lebar terkesiap mendengar jawaban Miya.

"..."

" kenapa kau begitu antusias..?" ujar Miya yang begitu tiba tiba melihat keseriusan Lolita.

" ah.. tidak apa.. apakah iblis itu bertanduk besar dengan kedua sabit api besar ditangannya..?" tangan kirinya membelai bibir kecilnya.

" bagaimana kau tau..?" tanya Miya, ada sedikit kecemasan yang terlintas dihatinya.

" Apa..? ternyata itu benar.. kalau begitu dia adalah seorang King Demon yang berasal dari Adencion Hell, salah satu yang terkuat diantara pasukan Dark Abyss, dan aku pernah mendengar berita tentang raja Zhao Yun yang terluka parah saat menghadapi iblis satu ini... Aku heran mengapa orang yang melindungimu itu benar benar bisa menandinginya, karena sejauh yang aku tau iblis ini benar benar hampir tak terkalahkan dan jarang bahkan hampir tidak pernah menampakan dirinya dalam medan perang, kecuali jika ia benar benar menginginkan seseorang.." jelasnya panjang lebar.

" Apa maksudmu dia menginginkanku..?" ada sedikit ledakan dihatinya ketika mendengar penjelasan itu.

" Itu hanya sejauh yang aku tau dan aku tidak dapat memastikannya, mungkin saja iblis itu punya rencana lain.. yang pasti, kau tak perlu khawatir, selagi kau bersama kami, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.." ujarnya mencoba untuk menenangkan gadis berambut perak itu.

Miya tersenyum, dan menggenggam lengan gadis yang menyentuh pundaknya itu.

"kalau dia benar benar menginginkanku, apa yang sebenarnya ia cari dariku..?" pertanyaan itu tiba tiba terlintas dibenaknya, namun ia tidak mau mengatakannya.

" umm... apa kau tau siapa nama King Demon itu..?" tanyanya penasaran

Dahi Lolita mengkerut, manik manik matanya memutar keatas, dan bibir merahnya mengerucut.

"Kalau tidak salah..."

" Thamuz "

***

" Wataaaaa..."

Sebuah tendangan menyamping melesat menghantam kepala goblin, disusul sebuah gerakan dash menyamping sambil melontarkan pukulan hook yang tepat kembali mengenai kepala goblin itu, serangan true damage itu menyebabkan goblin tadi terjatuh dan menghilang menjadi cahaya yang terbang kelangit. Kemudian muncul lagi tiga monster tepat dihadapannya, masing masing monster itu membawa senjata yang berbeda beda. Satu dari mereka membawa pedang besar, yang lainnya membawa busur, dan yang terakhir membawa tombak.

Pria itu memasang kuda kuda, jempol kanannya mengusap hidungnya yang tak basah, dan dengan teriakan seorang Bruce Lee, ia maju menyerang dengan tangan kosong.

Menyambut serangan lawan, monster pedang dan tombak maju, masing masing dari mereka melayangkan senjata mereka kearah tubuh pria itu. Ia berlari kemudian melompat menghindari pedang yang melayang menuju perutnya, disusul sebuah tendangan keras yang mendarat kasar di pipi monster tadi, membuatnya terjatuh ke tanah. Tak tinggal diam, dari belakang sebuah tombak menikam kearahnya, disusul oleh anak panah yang melesat dari kanan menuju ke arahnya. Waktu seakan diperlambat, tak ada waktu baginya untuk menghindari serangan bersamaan itu. Tepat pada saat kejadian itu, tangannya kembali menyala aura Kung Fu Dragon, ia kemudian dengan cepat berbalik, dan menendang tombak itu, sehingga membuatnya terlepas dari genggaman monster, dan dengan aura tadi ia pukulkan tangannya dengan keras kewajah monster itu, dan seketika aura itu menghilang bersamaan dengan hancurnya monster, kemudian ia melakukan dash menghindari anak panah yang melintas tepat di dekat lehernya, kemudian ia melompat dan membanting kepalan tangannya kebumi, seketika tanah disekitarnya retak, dan apa saja yg berada disekitarnya terangkat seperti melompat tanpa diminta, tak terkecuali monster berbusur, busurnya seketika pecah menerima serangan knock up itu. Ia kemudian kembali melakukan dash kesamping monster, dan waktu kembali diperlambat, ia memutar badannya, seluruh tenaga ia kumpul kekaki kanannya, dan kaki itu melayang, dan menghantam keras tubuh monster itu, membuatnya terbang menjauh dari kaki pusakanya, menabrak monster berpedang yang mencoba kembali menyerang pria itu. Tak sampai disitu, seolah ada magnet antara ia dan monster yang menerima tendangan pusakanya, ia melesat kearahnya sehingga tanpa disadari kini ia tengah melayang tepat didepan monster itu dengan posisi kaki mengarah ke tubuhnya, disusul beberapa tendangan kedadanya, dan yang terakhir, tendangan yang membuat monster itu jatuh menabrak monster yang lain seperti meteor yang menghantam bumi, membuatnya menghilang digantikan seberkas cahaya yang terbang kelangit. ia kemudian mendarat, menarik nafas dalam dalam, kemudian menghebuskannya perlahan lahan

" Apa tidak ada teknik lain yang membuatmu terus melakukan teknik seperti itu..?" ujar Clint, bukannya bertepuk tangan, kritikan pedas malah hal pertama yang menyambut keberhasilannya.

" Apa tidak ada hal lain yang bisa kau lakukan selain menembak..?" balas Chou ketus

" Oh.. ayolah.. kau seorang kung fu boy, pasti tak sedikit teknik yang dimiliki seorang kung fu.."

" Dan kau juga seorang sherif.. pasti tak sedikit hal yang bisa dilakukan sherif selain memegang besi tua.."

" Hey... kurasa kau harus menarik kata katamu bung, kau pasti tidak akan hidup sampai sekarang kalau bukan karena besi tua ini yang menyelamatkanmu tempo hari.."

Kagura tersenyum melihat pertengkaran mereka, wanita cantik, dengan rambut putih panjangnya selalu merasa senang ketika melihat dua manusia ini sedang memperlihatkan keakraban mereka. Ia duduk dibawah pohon Cherry dengan payung terbuka di tangannya. Benda yang seperti aksesoris itu sebenarnya adalah benda pusaka peninggalan leluhurnya, dan ada banyak roh roh yang mendiami payung cantiknya itu. Chou yang terlihat berkeringat dan terengah engah bersama kawan sejolinya datang menghampirinya, ia langsung berbaring di samping Kagura tanpa mengucapkan sepatah katapun.

" Bagaimana latihanmu..?" tanya Kagura membuka pembicaraan

" haah... tidak buruk.. kemampuan regenerasi Kung Fu Dragon ku masih agak lambat, aku masih harus terus melatihnya supaya setiap waktu aku bisa menggunakannya.."

" Hmm.. itu bagus, semua orang disini menggunakan senjata dalam pertarungan mereka, dan hanya kau satu satunya orang yang bertangan kosong, bahkan kau bisa menandingi orang yang bersenjata." sahutnya menampakan senyuman manisnya

" apa.. maksudmu.. dia seperti itu karena ia sama sekali tidak bisa menggunakan senjata apapun..?" ketus Clint.

" Hey.. sepertinya aku harus mengajarimu apa itu pertempuran jarak dekat..!" balasnya

" Tenanglah bung, kau tau aku hanya bercanda.."

mereka bertiga tertawa dibawah hangatnya mentari, ditemani nyanyian kicauan burung yang menambah pesona tempat itu.

" Apa kalian sudah selesai..?" tanya seseorang yang tiba tiba memecah ketenangan mereka. Mereka berbalik mencari sumber suara yang terdengar akrab.

"M..Master Gord.." sahut Kagura ketika mendapati seseorang berkulit biru ungu yang datang menghampiri mereka. mereka berdiri dan membusurkan tubuh mereka menyambut kedatangannya.

" Ya.. kami sudah selesai " jawab Chou membenarkan lengan bajunya.

" Kalau begitu kembalilah kekelas, ada hal yang ingin kubicarakan pada kalian."

" Baik master." jawab mereka bersamaan sambil membusurkan tubuh mereka.

Sang Master tersenyum meninggalkan ketiga anak asuhnya dan kembali menuju mansion.

" Hey.! sebaiknya kita cepat pergi kesana.." sahut Clint

" Master mungkin hanya akan memberikan pelajaran tambahan supaya otakmu tidak tumpul.." timpal Chou melangkah lebih dahulu meninggalkan dua temannya.

" Hey.." alis Clint mengkerut dan tatapannya menajam, ia kemudian berjalan mengikuti kedua teman yang tak menghiraukannya menuju mansion.

***

Seperti sekolah pada umumnya, siswa di mansion kerajaan Dawn duduk di kursi dalam satu meja perorangnya, mereka semua mempelajari hal hal yang diterangkan oleh sang Master di temani sebuah buku yang tentu harus mereka bawa untuk mencatat pelajaran. Ditempat itu juga disediakan fasilitas perpustakaan guna menambah wawasan para murid. Dalam satu kelas terdapat sekitar lima belas sampai dua puluh orang. Dan ada sekitar belasan kelas yang dibagi bagi menjadi kelas junior, senior, dan kelas penyempurnaan yang digunakan untuk menyempurnakan skill skill dari setiap hero yang sudah terlatih untuk diangkat menjadi pasukan elite.

Miya adalah salah satu dari murid senior yang sangat berprestasi, banyak hal yang ia kuasai dalam hal pengetahuan meskipun dalam hal bertarung ia masih belum bisa menstabilkan kemampuan memanahnya, hal yang membuatnya istimewa dalam kemampuan memanahnya adalah ia tidak perlu membawa anak panah kayu untuk memanah, melainkan panah sihir yang ia ciptakan dari Light Moon yang membuatnya bisa menembak terus menerus tanpa harus takut kehabisan anak panah.

Saat itu ia sedang didalam kelas bersama Lolita yang duduk didepannya, mereka tengah menunggu master Gord untuk memulai pelajaran. Lolita kemudian membalikan badannya, mengibaskan rambut panjang yang kemudian membelai wajah Miya. Miya reflek mengibaskan rambut nakalnya itu, mata jelinya menatap wanita cantik didepannya.

"Ada apa..?"

" Umm.. hey.. bisa kau jelaskan orang yang menyelamatkanmu itu, entah kenapa aku jadi penasaran mendengar ia bisa menandingi iblis seperti itu.." pintanya sambil menggenggam tangan Miya..

" maksudmu Alucard..?" tanyanya memastikan

Lolita mengangguk

pikirannya melayang, memutar kembali ingatan saat dimana ia memangku kepala berwajah tampan dikamarnya yang membuat jantungnya berdegup tak karuan, walaupun terlihat sedikit arogan, entah kenapa ia merasa tertarik dengan sikapnya itu, dan anehnya terasa ada yang mencubit hatinya ketika Alucard terlihat bermesraan dengan Ruby yang ia duga mungkin kekasihnya, walaupun ia tidak bisa memastikannya tapi ia tau mereka sangat dekat, dan sebetulnya tidak perlu baginya untuk merasa seperti itu, karena ia belum lama mengenalnya dan juga tidak mungkin Alucard akan tertarik padanya.

" Hey...!!"

sentakan itu membubarkan ingatannya, ia segera menggelengkan kepalanya dan kembali menatap mata yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan aneh.

" kenapa melamun...??" tanya Lolita matanya membulat.

" ahh.. t..tidak ada, maaf apa yang kamu tanyakan barusan..?" tanya Miya yang baru tersadar dari lamunannya dengan senyum terpaksa

Lolita tidak menjawab tapi menutup mulut dan memajukan bibir bawahnya, pipi menggemaskannya menggembung tanda kecewa.

" ahh.. iya .. tentang Alucard..? umm.. dia sosok pria yang tampan kemudian..."

" tampan...? kenapa itu kata kata pertama yang keluar dari mulutmu..? oh.. aku tau.. apa mungkinnn.... kau tertarik padanya kan...?" sahut Lolita menggodanya.

wajah Miya kian memerah melihatnya memojokkan dirinya, ia buru buru menggelengkan kepalanya tanda tak setuju dengan pertanyaan..

" t...tidak, bukan itu maksudku, apa aku harus mengatakan pria itu cantik..!" bantahnya meninggikan suara halusnya.

" umm.. baiklah aku percaya padamu, lanjutkan..!"

Miya mendengus kesal melihat kepolosan wajah itu, tapi ia melanjutkan ceritanya.

" yah.. dia memang sosok pria yang kuat, aku bisa merasakan energi yang tidak biasa dari tubuhnya, bahkan ia bisa sembuh lebih cepat dari yang diperkiraan kakaku." jelasnya. Lolita mengangguk. kemudian mereka terdiam dalam lamunan masing masing.

Mereka berdua mengalihkan tatapan canggung itu ke pintu ketika menyadari ada orang yang memasuki kelas, yang ternyata mereka adalah Chou, Clint dan Kagura yang baru menyelesaikan pelatihannya. Kagura yang melihatnya sedang memperhatikannya segera melambaikan tangan dan menghampirinya dan duduk di kursi kosong dibelakang Miya, sedangkan Clint dan Chou duduk di seberang mereka..

" Hey Miya.." sahut Kagura..

" Ada apa...?"

" Bagaimana keadaan pria itu..?"

" Oh.. dia sekarang baik baik saja, kau tidak perlu khawatir.." jawabnya singkat

Kagura mengangguk

" Lalu, kemana Hayabusa pergi setelah membawanya kerumahmu..?"

Miya menyeritkan dahinya ketika mendapati pertanyaan yang terdengar gak nyambung itu..

"Sebenarnya siapa yang kau tanyakan..? Hayabusa atau pria itu..? atau mungkin kau menanyakannya hanya sebagai awalan untuk menanyakan Hayabusa..?" tanyanya memojokan

" Eh..." pipi wajahnya memerah, ujung bibirnya sedikit melengkung keatas mendengar pertanyaan itu.

" Kau ini... jawab saja pertanyaanku..!" lanjutnya.

Miya menyipitkan matanya melihat kelakuan Kagura.

" Dia pergi melanjutkan misinya untuk menggali informasi lebih dalam dari Dark Abyss tepat setelah membawanya kerumahku.."

Kagura mengangguk, bibir merahnya mengkerut kedepan.

" Kau tidak perlu khawatir, kau akan bisa bersamanya lagi setelah ia selesai dari misinya..." kata Miya menggodanya.

" Ah kau ini.." sahut Kagura tersipu, tangannya meraih pipi Miya dan mencubitnya..

Miya tertawa melihat tingkah gadis itu.

Tak lama kemudian Master Gord memasuki ruangan, ia membawa buku yang akan menjadi materi pembelajaran hari itu. semua orang di kelas berdiri menyambutnya, ia kemudian meletakan buku itu dan memerintahkan muridnya untuk duduk.

Tampak raut wajah yang berbeda dari biasanya, ia kemudian menghela nafas dan mengarahkan pandangannya ke seisi kelas.

" Anak anaku, tempo hari telah terjadi perang besar di Land of Dawn, pertempuran antara cahaya dan kegelapan. Jumlah kita sama banyak dengan mereka, lima kerajaan yang berada di pihak kita. Dari kerajaan Dawn sendiri tidak ada yang terbunuh dalam pertempuran, tapi tak sedikit korban yang jatuh di kerajaan lain. Mengingat pertempuran ini, sangat dikhawatirkan akan terjadi pertempuran susulan yang akan terjadi dalam tempo dekat ini, oleh karena itu aku minta kalian untuk semangat berlatih dan memberikan usaha terbaik kalian dalam mengambil bagian. Karena jika kita kalah dalam pertempuran, maka bukan tidak mungkin dunia ini akan diselimuti kegelapan seluruhnya.."