webnovel

3. Keputusan Dimas

Dimas tidak konsen dalam ruangan kerjanya masalah kemarin memenuhi pikirannya, mondar-mandir kemudian duduk memijat keningnya.

"aghhh, hal bodoh apa ini, kenapa harus menikahi wanita misterius itu". Dimas geram memukul meja kerjanya dengan emosi yang tertahan. Dimas juga tidak ingin hilang kedudukan hanya karna masalahnya tersebar luas.

jam makan siang dimas keluar, biasanya dia makan dengan kekasihnya nena jumpa di luar, dan hari ini mereka keluar makan siang bersama di cafe biasa, nena menatap dimas yang terlihat cemas tidak biasanya, nena meminta dimas bicara.

"sayang" Nena memegang tangan dimas di meja, "masalah kemarin sudah selesai kan?, jadi kenapa kamu terlihat cemas?"

dimas hanya tersenyum datar.

makan siang mereka hari ini kurang menarik, dimas mengantar nena kembali ke tempat kerjanya.

Sira dipecat dari perusahaan, itu memang sudah ketentuan dari perusahaan. Sira menangis dalam kamarnya sambil menyusun barang-barang, tak disangka sira keluar dari kerjanya secara tidak baik, bahkan dia berharap bisa bertahan lama sampai ia bisa merenovasi rumah orang tuanya, mengambil foto ayah dan ibunya ukuran 10* 6 dari atas lemari kecil ia peluk sambil menangis, Sira memasukkan kedalam kopernya, menghapus air matanya, "saya kuat, Allah pasti mengganti nya, jika disini jodoh saya, maka siapapun tidak bisa menghancurkannya, jadi saat ini, disini buka jodohku", ucap Sira dalam hati menguatkan diri, bahwa segala sesuatu hanya Allah yang tahu jawabannya, Sira menyerahkan semua masalahnya untuk sang pencipta. besok pagi Sira harus keluar dan mencari tempat tinggal sebelum ia mendapatkan kerjaan baru.

Nena pulang ke mess jam 8 malam, Nena menatap kearah kamar sira, pintu kamar sira terbuka setengah, nena tidak melihat sira, Nena semakin mendekati kamar sira, ternyata sira sedang melaksanakan sholat isya, terlihat koper sira yg tersusun di samping pintu. Nena kembali menuju kamarnya. sebenar nya Nena juga tidak tega melihat sira harus keluar dan di fitnah. tapi itu demi hubungannya dengan dimas jadi nena sedikit cuek terhadap sira.

Di ruang tamu ada kedua orang tua dimas, dan dimas, dalam hati kecil dimas, dia membenci keputusan yang akan dia sampaikan.

"dimas bagaimana nak?" tanya buk Helvita

dimas menarik nafas " dimas terima pernikahan itu pa, ma".

"kamu memang anak yang benar-benar bertanggung jawab dimas, papa bangga". dimas cuek tidak membanggakan kalimat pak salim, bagi dimas kalimat itu akan keluar jika dimas menuruti keinginan papanya.

"baik lah besok pagi kita ke mess anak kemarin, sekarang sudah malam waktunya untuk istirahat" jelas pak salim dengan senang.

"pa, dimas tidak mau jika kita kesana, biar wanita itu saja yang kesini".

"owh, baik lah, besok pagi kamu telpon dia", pak salim berdiri menuju kamar tidur, dengan langkah berat, mungkin kaki pak salim lagi keram karna usianya juga sudah tua 60 tahun.