"Mas." Cintia menggoyang pelan tangan Adiyaksa yang sejak tadi sudah menggenggamnya erat. Lebih tepatnya sedikit mencengkram hingga memberikan sedikit rasa sakit pada Cintia.
Jika raut muka Adiyaksa terlihat baik-baik saja, Cintia tidak akan mempermasalahkannya. Tapi raut muka Adiyaksa saat ini, kentara sekali kalau sedang memiliki masalah. Meskipun Cintia tidak bisa membantu menyelesaikan masalah laki-laki itu, setidaknya Adiyaksa memiliki tempat berbagi. Karena jujur saja, ini adalah kali pertama Adiyaksa menampilkan raut muka yang semuram ini. Hal itu pula yang membuat Cintia menjadi semakin cemas.
"Kenapa?" tanya Adiyaksa polos.
Cintia hanya menatap cengkraman tangan laki-laki itu seolah sedang memberikan kode tertentu.
"Maaf, mas gak sengaja. Sakit ya? Jadi merah gini," ucap Adiyaksa setelah sadar dengan apa yang sudah dia lakukan. Terlebih ruam merah yang terjadi akibat tangannya semakin membuat Adiyaksa dilanda rasa bersalah.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com