Tanpa menjawab apapun, Adiyaksa meraih telapak tangan Cintia untuk ia genggam. Adiyaksa juga menarik Cintia untuk melangkah di sampingnya. Meski diramaikan dengan ocehan Cintia yang begitu cerewet, tapi Adiyaksa berjanji akan menghentikan ocehan itu dengan cepat. Karena Adiyaksa akan memberikan hal mengejutkan yang membuat Cintia bungkam.
Cintia sendiri yang semakin lama semakin kesal karena tidak dianggap pun, mulai berhenti bicara karena lelah. Belum lagi perutnya yang harus ia istirahatkan, setidaknya tidak sesakit saat dia berjalan cepat.
Keduanya melangkah tanpa ada yang mereka bicarakan. Bahkan yang terdengar di telinga mereka hanya perbincangan dari banyaknya pengunjung malioboro. Tapi semakin lama saat mereka semakin dekat dengan tempat mobil mereka yang diparkir, Cintia mulai memikirkan kemana mereka pergi setelah ini. Pasalnya dia tidak memberikan tempat tujuan lain selain kedai angkringan tadi.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com