webnovel

7. Lah? Itu 'kan Gue

"Sagara setan, pelan-pelan saja nyetirnya! Eyeliner gue gak simetris akhirnya!" Shayna mengumpat kesal karena Sagara yang menyetir ugal-ugalan. Katanya, pria itu baru bisa naik mobil awal tahun ini. Tetapi, entah bagaimana Shayna ragu dengan kesaksian Sagara yang satu itu. Sagara sepertinya sudah lama bisa mengendarai kendaraan beroda empat ini.

Di tengah Shayna mengamuk tidak jelas seperti itu, Sagara justru menambah kecepatan mobilnya. Di jalan tol yang sedang cukup ramai karena akhir pekan, Sagara ngebut tanpa batas. Padahal, Shayna sedang make up yang mana membutuhkan ketenangan ekstra.

"Mas Sagara, subhanallah! Sumpah ya jangan mancing emosi gue! Ini kalau make up gue berantakan, gue gak mau ya nemenin lo. Gue pokoknya gak mau turun dari mobil." Tau Sagara tidak mau berhenti bertingkah, Shayna memutuskan untuk mengancamnya. Dan sepertinya, ancaman Shayna mempan untuk sang suami. Buktinya, sagara mulai menurunkan kecepatan mobilnya.

"Nih udah! Awas ya kalau make up lo berantakan." Sagara gentian mengancam Shayna.

Shayna bersiul manja, tetap fokus pada alat-alat riasnya. Hingga akhirnya, beberapa menit mengemudi, mereka sampai di tempat acara. Rupanya, acara pernikahan ini bukan diadakan di gedung atau venue. Tetapi, diadakan sederhana di rumah mempelai.

Seraya mengenakan wedgesnya sebelum turun dari mobil, Shayna bertanya. "Emang yang nikahan siapa?"

"Telat banget lo baru tanya sekarang. Kemarin-kemarin kemana aja?" balsas Sagara.

Manik mata amber milik Shayna berputar malas, kesal dengan jawaban Sagara. "Tinggal jawab ribet banget."

"Yang nikahan itu temen satu tongkrongan gue dulu. Ituloh, si kapten basket." Jawab Sagara.

Mendengar kata kapten basket, Shayna langsung mengerti siapa orangnya. Dahulu, dia dan Sagara memang satu sekolah saat SMA. Hanya saja, mereka berbeda Angkatan. Sagara berada di kelas dua belas, sedangkan Shayna ada di kelas sepuluh. Dan tentunya Shayna tau siapa kapten basket yang Sagara maksud.

"Kak Angga?" Shayna sedikit kurang yakin.

Melihat Sagara mengangguk, lutut Shayna lemas seketika.

Angga adalah mantan kekasihnya. Bukan secara teknis karena sejujurnya mereka tidak pernah menjalin hubungan. Hanya saja, dahulu Shayna dekat dengan pria itu. Sampai-sampai, satu sekolah berpikir bahwa Shayna milik Angga.

Dan sejujurnya juga, Shayna sempat mencintai Angga. Maklum, saat itu hati Shayna masih mudah tergoda oleh cinta. Didekati kakak kelas yang tampan dan terkenal tentu membuat hatinya bergetar. Apalagi saat itu Shayna masih belum tau bahwa dia akan dinikahkan dengan Sagara. Saat itu, jalan Shayna masih bercabang. Itulah mengapa dia masih bisa mencintai orang lain.

Dan sekarang, Shayna sedang menghadiri acara nikahan pria yang pernah dirinya cintai. Bahkan, secara tidak langsung cinta pertamanya.

Seseorang pernah berkata, sejauh apapun kita dengan cinta pertama, saat bertemu rasanya akan sedekat saat pertama jatuh cinta.

Dan entah bagaimana, ini terjadi pada Shayna. Dia tiba-tiba tidak rela saat mengetahui bahwa Angga menikah. Meski dia sendiri sudah bersuami.

"Buang jauh-jauh rencana perselingkuhan lo itu." Shayna terkejut mendengar suara Sagara. Dia menoleh ke samping kanannya, melihat sang suami yang baru saja temu kangen dengan yang lain.

Ya, mereka sudah bukan lagi di dalam mobil. Melainkan di dalam tenda pernikahan sederhana ini.

"Apaan sih lo. Ngapain juga gue mikir gitu. Walaupun gue menikah sama lo karena terpaksa, tetap aja gue bermoral. Gue gak akan selingkuh." Balasnya penuh percaya diri.

Bukannya senang atau merasa puas, Sagara justru bertanya. "Kenapa?"

"Hah? Maksud lo?"

"Kenapa lo gak ada niatan buat selingkuh?! Jawab jujur dan jangan bawa-bawa masalah kontrak." Sagara mendesak Shayna untuk menjawab.

Shayna melirik Sagara, berpikir sejenak sebelum menjawabnya. "Mungkin karena gue sayang?"

"Sayang sama gue?"

Shayna tertawa sarkas. "Yang bener aja lo. Mana mungkin gue sayang sama lo. Gue sayang sama Kakek Dome. Jadi, gue gak mau ngecewain dia. Lewat pernikahan kita, lewat status gue yang mana sebagai istri lo, dia naruh harapan yang besar banget di pundak gue. Dia pengen gue ngerubah lo, Mas Saga. Dia pengen lihat cucunya yang lama. Sagara yang punya ambisi kuat untuk menjadi sukses. Yang cerdas dan jiwa pemimpinnya sangat hebat."

Sagara terkesiap, tidak menyangka Shayna akan menjawab demikian. Dia pikir, Shayna mau menikah dengannya hanya demi harta. Karena jika Shayna tidak menikah, tidak menutup kemungkinan Kakek Dome akan menurunkan Shayna dari jabatannya sekarang.

"Gue kira karena harta." Cibir Sagara, berjalan menaiki panggung sederhana tempat kedua pengantin duduk.

Mengikuti Sagara, Shayna membalas tak terima. "Enggak ya! Lo salah kalau berpikiran kayak gitu. Karena, tanpa menjadi CEO di perusahaan Kakek Dome, gue juga tetap bisa hidup berkecukupan. Ada banyak perusahaan yang tawarin gue posisi bagus."

Tepat pada kata terakhirnya, mereka sudah berhadapan dengan Angga dan istrinya. Sagara bersalaman dengan istri Angga dan Angga, diikuti Shayna.

"Selamat ya Kak Angga. Gak nyangka akhirnya nikah juga." Kata Shayna.

Shayna yang berubah terlalu drastic membuat Angga tak mengenalnya. "Maaf, siapa ya? Lupa…" katanya. Dia mengira Shayna adalah kekasih baru Sagara.

"Yah… kasihan, gak dikenalin sama cinta pertama. Shayna, Angga. Dia Shayna." Sagara menceletuk.

Shayna jadi malu sendiri. Alhasil, dia hanya bisa gigit bibir.

"Loh?! Ini Shayna?! Astaga… berubahnya drastic banget. Sekarang cantik banget. Gue sampai pangling liatnya." Angga mengamati Shayna dari atas sampai bawah, mengakui kecantikan yang Shayna miliki.

Shayna jadi tidak enak hati. Karena bagaimanapun juga, di samping pria itu adalah istrinya.

Melihat Shayna yang malu-malu kucing, Sagara langsung merangkulnya mesra. "Pasti dong… Shayna sekarang udah jadi istri sah gue." Sagara tampak membanggakan diri.

"Lo udah nikah, Saga?! Wah, parah lo gak ngundang gue! Mana nikahnya sama Shayna pula. Cewek yang dulu selalu lo benci dan katanya amit-amit." Angga menepuk pundak Sagara.

Sagara semakin mengeratkan rengkuhannya. Bahkan, tangan dia kini sudah bertengger mesra di pinggang sang istri. "Udah dua puluh delapan tahun, gak mungkinlah gue sendiri terus. Dan kebetulan aja Kakek tawarin gue buat nikah sama dia. Lihat dia cantik jelita gini, gak mungkin dong gue tolak." Katanya.

Angga tertawa hangat, menyetujuinya. Melihat Shayna sekarang, rasanya gak ada satu pria pun yang menolak gadis itu. "Selamat deh kalau gitu… eh, by the way sekarang lo dimana nih?"

"Dimana apanya?"

"Kerjanya. Di antara semua anak tongkrongan, cuman lo yang gak ada kabar. Nikah aja sampai gak ngundang-ngundang. Sombong lo!" Angga sedikit bercanda dan basa-basi.

Dengan senyum tipisnya, Sagara menjawab. "Gue nikah secara privat aja sih. Shayna gak suka ngumbar soalnya. Dan juga… gue sekarang kerjanya gak jauh-jauh dari perusahaan Kakek Dome."

"Wah, keren tuh. Perusahaan Najendra ya? Posisi apa?"

Mendengar ocehan Sagara, Shayna tertegun. Dia tidak menyangka saja suaminya akan berbohong seperti ini.

Seolah belum selesai, kebohongan selanjutnya lebih menegangkan.

"Sebagai CEO nya dong. Pemimpin perusahaan."

'Lah? Itu 'kan gue.' Shayna membatin.