webnovel

32. Yah Ketahuan

Sagara Alther Najendra. Pria yang kini duduk manis di sebuah kursi depan ruang inap Shayna. Seulas senyum licik terukir di bibirnya. Tampak jelas bagi siapapun yang melihatnya. Di tangan kekar yang dirambati otot, sebuah ponsel berwarna hitam dia genggam. Ponsel rahasia miliknya yang tidak diketahui oleh Shayna atau siapapun.

Ponsel tersebut tidak mati. Menyala dan terhubung dengan seseorang.

Melalui earphone tanpa kabel miliknya, dia berbicara dengan seseorang yang terhubung dengan dirinya.

"Sembunyikan semua barang bukti di sana. Cari seseorang yang bisa dibayar untuk dijadikan tumbal. Buat dia sebagai pelaku atas penembakan ini. Siapkan kepergian Angga ke Atlanta. Suruh dia menetap di sana kurang lebih tiga bulan." Ucap Sagara.

Seseorang di seberang sana membalas tanpa perlu menunggu lama. "Rasanya ini terlalu berlebihan, Tuan Alther."

Sagara berdecih dengan senyum liciknya. "Kamu bekerja lama untuknya, Abi. Seharusnya kamu tau Shayna bukan perempuan yang bodoh. Dia akan mengejar pelaku penembakan ini sampai dapat. Dia akan menghukum sendiri pelakunya. Dan saya tidak bisa membiarkan Angga terluka. Angga orang kepercayaan saya."

"Baik, Tuan. Saya akan melakukan apapun yang Tuan perintahkan pada saya." kata Abi, menurut. Dia memang tidak pernah membantah ucapan Sagara. Dia masih sayang nyawanya sendiri. Dia tidak ingin mati muda. Jadi, lebih baik menurut daripada harus mati terpenggal.

"Good. Saya tidak akan lama ambil alih. Selesaikan secepatnya!" pinta Sagara lagi.

Abi menuruti permintaan Sagara. Setelahnya, panggilan terputus. Senyum licik yang semula terulas di bibirnya, perlahan berubah menjadi sebuah senyum hangat. Dan bertepatan dengan itu, sang kakek datang menghampiri.

"Gimana keadaan Shayna?! Kamu sebagai suami gimana sih?! Gak becus banget jagain istrinya!" murka Kakek Dome.

Dia kaget saat mendengar berita bahwa Shayna, cucu palsunya tertembak. Kakek Dome yang sangat menyayangi Shayna tentunya langsung tancap gas menuju rumah sakit tempat Shayna dirawat. Dia merasa harus memastikan dengan kedua mata kepalanya sendiri kondisi cucu kesayangannya ini. Tidak boleh ada luka segores pun di lengan cucu kesayangannya ini. Dan tidak ada yang boleh melukai Shayna. Siapapun itu. Jika ada yang berani, maka mereka akan berurusan dengan Kakek Dome.

"Shayna udah gede. Seharusnya dia bisa jaga diri dia sendiri. Shayna aja yang terlalu ceroboh sampai bisa ditembak. Pakai acara coba menyelamatkan Riri ada apa." Cibir Sagara.

Mendengar nada bicara Sagara, mata Kakek Dome yang semula terlihat khawatir seketika berubah geram. Menggelap, berkilat marah.

"Jangan macam-macam dengannya, Saga. Dia tidak bersalah." Desis Kakek Dome.

Sagara tersenyum miring, menyugar rambutnya. "yah ketahuan. Bagus deh. Gue gak harus pura-pura lagi."

***

***

"Shayna baik-baik saja, Kakek… cuman kegores dikit doang lengannya. Ini sudah dijahit sama Dokter. Ya 'kan Mas?" Shayna terus meyakinkan Kakek Dome bahwa dirinya baik-baik saja. Tidak ada luka serius pada tubuhnya yang bisa meregang nyawa.

Sedangkan Kakek Dome masih keukeuh menyuruh Shayna melakukan pemeriksaan keseluruhan. "Kakek akan bilang ke Dokter untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh ke kamu, Shayna… Kakek takut seseorang menyakiti kamu diam-diam. Bisa saja memberikan racun tanpa sepengetahuan kamu." Kata Kakek Dome sambil melirik Sagara sekilas. Sagara mendengarnya, namun berpura-pura tidak tahu apapun. Dia hanya duduk sambil bermain game.

"Gak perlu, Kek… Shayna rajin ke dokter kok buat pemeriksaan menyeluruh. Terakhir bulan kemarin dan kondisi Shayna alhamdulillah baik. Gak ada yang salah sama tubuh Shayna." Jelas Shayna, tak ingin membuat kakeknya khawatir.

Mendengar itu, Kakek Dome merasa lebih lega. Meski tidak sepenuhnya. "Kakek khawatir sekali dengan kamu, Shayna… ini bukan masalah ringan. Ini masalah berat. Siapapun pelakunya, dia menargetkan kamu. Menginginkan nyawa kamu, Shayna… wajah kalau Kakek khawatir sekali." Jelas Kakek Dome.

Shayna tersenyum, senang dengan perhatian yang Kakek Dome berikan untuknya. Sungguh, dia sangat menyayangi Kakek Dome lebih dari nyawa nya sendiri. Dan beruntungnya, Kakek Dome juga sangat menyayanginya. Menganggap Shayna sebagai cucu kandungnya sendiri. bukan cucu palsu ataupun cucu pungut.

"Shayna baik-baik saja, Kek… malah Shayna sempet nyetir mobil ke rumah sakit dalam kondisi lengan terluka." Katanya.

Kakek Dome melirik Sagara, marah. "Jangan bilang suami gak guna kamu ini cuman duduk di samping kamu selama kamu nyetir?"

"Ya gitu deh."

"Saga!"

"Sibuk, Kek… Saga lagi nge game." Sahutnya, malas menanggapi omelan sang kakek.

Kakek Dome yang juga malas mengomel akhirnya membiarkan Sagara lolos kali ini. lagipula berbicara dengan Sagara tidak ada gunanya. Mau dia marah sampai mulutnya berbusa, Sagara tidak akan berubah. Sekali berandalan tetaplah berandalan.

"Nanti masalah ini biar Kakek aja yang tangani." Ucap Kakek Dome, menawarkan diri.

Shayna langsung menggeleng tak setuju. "Shayna sudah setengah jalan menangani masalah ini. Abi juga katanya udah dapet identitas pelaku. Tinggal penangkapan saja. Jadi, biar Shayna yang menangani masalah ini." tolak Shayna.

"Tapi—"

"Kakek cukup istirahat di rumah saja. Shayna mampu menanganinya. Kalau Kakek ikut campur, Shayna takut mereka akan mencelakai Kakek. Biar Shayna yang mengurus ini. Yang mereka inginkan adalah Shayna. Jadi, yang harus mereka hadapi juga harus Shayna. Lagian Shayna penasaran apa motif mereka meneror Shayna gini. Karena Shayna rasa ini lebih dari masalah persaingan bisnis."

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Depaaac_creators' thoughts
Next chapter