webnovel

Menyesuaikan Diri

Nyi Ayu merasa tak enak hati pada keluarga Ali, karena ia kesulitan menyeseuaikan berbagai macam tekhnologi di dunia Ali. Tapi Nyi Ayu tetap tak punya pilihan lain selain menyusahkan keluarganya Ali. Pelan-pelan Nyi Ayu memahami semuanya. Untunglah Nyi Ayu diajarkan tentang huruf, angka dan membaca, sehingga bisa sedikit membantu menyesuaikan dengan tubuh Ali.

Aji mengajarkan Ali untuk belajar di google dan youtube, "Bang, kalau lu bingung. Bang Ali bisa bertanya ke aplikasi ini nanti ada penjelasannya," jelas Aji mencoba lebih sabar, "atau bisa ke youtube. Di sana nanti ada videonya juga."

Perkembangan tentang informasi tekhnologi berkembang pesat, ia makin menyukai kehidupan Ali, "ternyata menyenangkan jadi Ali." Gumannya seraya tersenyum saat menatap layar ponsel Ali.

Tiba-tiba mata Ali terheran-heran saat menatap ponselnya, "kenapa Bang Ali?" tanya menyadari perubahan wajah pada Ali, "kenapa informasi yang ditampilkan tidak benar." Jawab Ali heran.

"Lu liat apaan, Bang?" Aji bergerak mendekati Ali, "lihat ini! Aku mencari tahu informasi tentang kerajaan ayahandaku. Ayahandaku meninggal di tahun saat aku bunuh diri." Jelas Ali yang terlihat berpikir.

Aji terkejut mendengar penjelasan Ali, "Lu, bunuh diri?" celetuk Aji heran. Ali tersenyum canggung, keluarganya Ali memang belum tahu tentang kehidupannya.

"Maafkan aku tak memberirahu kalian," ucap Ali, "saat itu aku sangat putus asa karena ayahandaku hendak menjodohkanku dan memaksaku untuk segera menikah. Karena itulah aku bunuh diri dengan menenggelamkan diri di dalam air kolam."

"Terus, kanapa Nyi Ayu ada di tubuh Bang Ali?" Aji menjadi penasaran, "itu yang aku tidak tahu. Aku pikir aku sudah mati tetapi saat aku membuka mataku, ternyata aku sudah berada di tubuh ini. karena itulah aku kebingungan dan ketakutan." Jelas Ali mengingat kejadian yang ia alami.

Wajah Aji terlihat gelisah dan penasaran, "Bang Ali, maksudnya Nyi Ayu ngerasain seseuatu gak? Ingat gak, sebelum Nyi Ayu masuk ke tubuh Bang Ali. Nyi Ayu tuh ngapain aja? Apa jiwa Nyi Ayu ketuker dengan Bang Ali?" Aji mencoba menerka.

Tiba-tiba wajah Nyi Ayu membulat dan cemas, "kenapa Nyi Ayu?" sergah Aji khawatir melihat kecemasan di wajah Ali.

"Bagimana kalau jiwa aku dan jiwa Ali tertukar?" terka Ali khawatir. Nyi Ayu membayangkan tubuh dirinya yang anggun dimasuki jiwa Ali.

Wajah Ali berubah ketakutan karena membayangkannya. Ali menatap Aji yang terlihat ceroboh dan tak sopan menurutnya, pasti akan merusak harga dirinya, "tidak mungkin." Gumannya Ali ketakutan.

Aji yang melihat wajah cemas dan ketakutan Ali terlihat masam, "Nyi Ayu. Kamu pasti mikir kalau Bang Ali akan berbuat konyol kan?" tebak Aji menatap wajah Ali, pelan-pelan Ali menatap wajah Aji dan tersenyum kuda karena Aji sepertinya mengetahui isi pikirannya.

"Bukan begitu," sanggah Ali tetap memasang senyuman kuda, "kamu tahu kan kalau aku ini Nyi Ayu, seorang putri pewaris tahta kerajaan. Kamu bisa bayangkan jika jiwanya orang konyol seperti kamu, pasti bikin malu kerajaan," jelas Ali berharap Aji memahami pemikiran Nyi Ayu.

Sayangnya Aji terlihat tak bisa menerima penjelasan Ali, "terus. Nyi Ayu masuk ke dalam tubuh Bang Ali gak bikin malu keluarga gua," ujar Aji geram, "heh! Nyi Ayu. Bang Ali itu laki-laki, masa jalannya gemulai kaya perempuan. Bang Ali pinter main ponsel pinter, banyak teman-temannya." geraman Aji sepertinya belum tuntas.

"Satu hal yang pasti pada Bang Ali. Bang Ali gak pernah milih-milih teman. Bang Ali gak lihat wajah orang jelek atau bagus. Terus Bang Ali gak pernah protes dia mau makan pakai piring bagus, bajunya bagus atau jelak. Pokonya Bang Ali tuh gak pernah protes tentang penampilannya, gak kaya lu, Nyi Ayu." Tegas Aji merasa lega meluapkan kejanggalan hatinya.

Ali langsung tertunduk diam, ia tak berani menjawab ataupun bersuara, "kalau lu takut Bang Ali bikin tubuh lu malu. Lu juga harus mikirin tubuh Bang Ali, jangan sampai bikin tubuh Bang Ali malu!" imbuh dan bentak Aji.

Ali makin tertunduk meresapi ucapan Aji. Perlahan Ali mengangkat wajahnya, memahami pemikiran Aji adiknya Ali pemilik tubuh yang ia masuki, "maafkan aku. Aku tak berpikir ke arah sana, ternyata aku egois." Ucap Ali menyesali tindakannya.

Aji melihat penyesalan Nyi Ayu di wajah Ali, "maafkan gua juga, ya."

**

Saat malam hari memasuki waktu untuk tidur di malam hari. Ali sudah berbaring di kasur yang menurutnya kasar dan sangat tak nyaman, tetapi ucapan Aji tadi sore menyadarkan Nyi Ayu untuk tak boleh protes dengan apa yang dimilikinya sekarang. Walaupun jiwanya merasa tak nyaman tapi ia harus membiasakan diri hidup menjadi Ali seraya mencari cara agar jiwanya bisa kembali ke tubuh aslinya.

Ali merasakan ada seseorang yang berbaring di sampingnya. Ali tersentak dan langsung bangun, "kenapa kamu tidur di sini?" kejut Ali saat menyadari yang berbaring di sebelahnya adalah Aji.

"Ini kamar gua juga, Bang Ali," jawab Aji tanpa membuka matanya, ia sudah terlalu ngantuk.

Mata Ali melotot tak percaya, "tapi aku ini perempuan?" ucapnya pelan, sayangnya Aji sudah terlelap dan tak mendengar ucapan Ali.

Ali kebingungan karena ia masih memahami kalau jiwanya adalah seorang perempuan dan hanya tubuhnya saja yang laki-laki, "aku harus tidur sekasur dengan laki-laki," Ali merasakan bulu kuduknya merinding membayangkan tubuh Aji, bagaimana kalau Aji menyentuh tubuhnya dan mengambil kesuciannya, "ihhhh..." gidik Ali karena yang ia rasakan jiwa Nyi Ayu seorang perempuan.

"Tenang, tenang! Aku sekarang berada di tubuh laki-laki. Tubuhku bukan tubuh perempuan." Nyi Ayu menegaskan pikirannya, terus memberi sugesti dirinya laki-laki agar dia mau tertidur karena tubuhnya pun sudah lelah dan matanya sudah sangat mengantuk.

Kemudian Ali berbaring di sebelah Aji.

Mencoba memejamkan matanya yang sudah sangat mengantuk. Tiba-tiba matanya terbuka lebar diiringi senyuman yang merekah, "aku punya ide."

Diam-diam Ali bangkit berdiri dan berjalan ke luar kamar. Pelan-pelan Ali membuka dan menutup pintu kamarnya secara perlahan agar tak menimbulkan bunyi lalu masuk ke kamar Adel.

Ya, Nyi Ayu yang tak bisa menerima kalau tubuh Ali tidur dengan laki-laki dan hanya Adel yang seorang perempuan selain Iin. Ia pasti akan bisa memejamkan matanya tanpa rasa cemas jika tidur dengan sesama perempuan. Pelan-pelan Ali membaringkan tubuhnya di samping tubuh Adel, "ah nyamannya. Kalau begini, pikiranku bisa tenang. Aku tidak takut kalau Aji akan macam-macam dengan tubuhku." Gumannya tenang.

Tetapi sayangnya, Adel merasakan kalau kasurnya terasa sempit. Mata Adel masih terpejam, tangannya meraba sesuatu berada di samping kasurnya. Bukan bantal guling ataupun bonekanya. Adel merasakan ada rasa hangat dan hembusan angin karena tangan Adel meraba wajah Ali. Hati Adel merasakan ketakutan, dalam keadaan mengantuk memberanikan membuka matanya.

"Aaaaaa..."