webnovel

Miss Dosen X Mr. Captain

Relivia Zenata.. Seorang dosen muda yang cantik,berhijab,cerdas dan baik ini ternyata adalah kekasih dari seorang kapten kapal. Ia mengawali karirnya di usia ke 21 tahun. Menjadi dosen idola di kampus merupakan hal yang sangat membanggakan bukan? Di balik kesuksesannya, Ivi tetap menjadi orang yang sama, rendah hati dan tidak pernah menyombongkan diri. Felix Devanno... Seorang kapten kapal yang tampan, tegas dan setia. Ia sangat dingin terhadap orang-orang, kecuali dengan Ivi dan keluarganya. Felix mengawali karirnya di laut pada usia 21tahun. Awalnya, ia sama sekali tak berpikiran untuk bekerja di laut, namun tawaran dengan gaji yang sangat memuaskan dan seragam yang tampak keren itu membuat niat awalnya untuk menjadi pengusaha urung. Ia mencoba dunia laut dan beruntungnya ia berhasil. Calvin Aldrean.. Seorang dokter sekaligus pengusaha di sebuah perusahaan ternama di Indonesia. Terkenal dengan sikap dinginnya membuat dirinya masih jomblo di usia 21 tahun. Bukan tanpa sebab, ia pernah mengalami hubungan asmara namun kandas dikarenakan suatu hal. Menjadi seorang kekasih dari kapten kapal bukanlah hal yang mudah. Namun doa dan usaha mampu mempertahankan hubungan keduanya. Meskipun banyaknya rintangan, namun, keduanya dapat bersatu.

Nurliza_Karen_Nita · Urban
Not enough ratings
446 Chs

Part 27

Calvin membawa Irene ke apartemen miliknya.

#FLASHBACK ON

Irene sedang membawa nampan berisi minuman. Ia melewati seorang pengunjung perempuan. Perempuan itu terlihat seperti kalangan atas. Namun, saat melintasinya, Irene tak sengaja menumpahkan minuman itu ke gaun yang dikenakan perempuan itu.

"Hey! Bagaimana bisa kau menumpahkan jus ini ke gaun mahal ku bitch?!" Bentak gadis itu dan langsung menyiram jus yang ada di mejanya ke kepala Irene. Irene hanya menunduk, menahan air matanya. Ia mencengkram dagu Irene sehingga membuat Irene menatapnya.

"Apakah seperti ini cara pelayan di sini dalam melayani pelanggan?! " Bentaknya. Irene hanya diam dan kembali menunduk. Menahan jatuhnya air matanya.

Gadis itu kembali mengangkat dagu Irene.

"Apa kau bisu?!! Dasar miskin! Kau hanya menjadi benalu di mana pun kau berada! Di mana manajermu?!" Gadis itu semakin mengeraskan volume bicaranya.

Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan, hingga mata Irene tertuju pada sang manajer. Irene menghentikan tatapan tepat pada manajer itu tanpa suara. Gadis itu mengerti. Ia langsung menarik Irene pada sang manajer

"Apa seperti ini caramu melayani customermu tuan?!" bentak gadis itu pada manajer cafe.

"Maaf nona.. Apa yang terjadi?" pura-puranya.

"Kau sedang berdrama tuan?! Apa kau buta sehingga kau tidak bisa melihat apa yang terjadi di depan matamu?! Manajer macam apa kau ini?! Customernya dalam masalah dengan pelayannya dan kau hanya berani menatap dari jauh?! Pengecut!" gadis itu.

"Maaf nona... Bukan maksud saya begitu-"

"Diam! Kalian semua di sini..." gadis itu menunjuk semua orang di situ.

"Siapapun yang berani menyentuh saya walau seujung kuku, maka saya tidak akan segan-segan meluluh-lantahkan orang tersebut! Camkan itu!!" gadis itu.

Mereka semua hanya menunduk.

"Dan kau pelayan sialan! Kau benar-benar sudah mengotori gaun mahal ku!! Kau-" gadis itu akan menampar Irene, namun...

Calvin telah tiba di sebuah Cafe. Saat baru saja memarkirkan mobilnya, ia melihat seorang pelayan yang tengah dimarahi oleh customernya.

"Kenapa ya? Kok sampai disiram jus gitu pelayannya? Wah main fisik tuh orang. Kok mereka semua malah diam aja sih?! Gak bisa di biarin nih!" Calvin menghampiri meja tersebut.

Calvin menyangkal tangan gadis itu ketika gadis itu melayangkan tangannya ke udara untuk menampar Irene. Lalu ia menghempaskan tangan itu begitu saja. Hal itu tentu membuat semua orang disitu tertegun. Calvin seolah tak melakukan kesalahan.

"Maaf, ada apa ya?" tanya Calvin enteng. Pelayan itu benar-benar kacau sekarang. Ia menangis sesenggukan dengan kondisi hijabnya yang sudah basah akibat siraman jus.

"Dia bekerja tidak beres! Siapa kau beraninya menyangkal tanganku?!" ucap gadis itu.

"Saya?! Tentu saya adalah orang yang lebih baik dari anda. Apa yang ia lakukan sampai anda bertindak seperti ini? Apa anda bukan orang yang berpendidikan?" tanya Calvin formal.

"Hey! Anda menghina saya? Saya adalah mahasiswi kedokteran. Sebentar lagi saya akan menyandang gelar dokter. Dan perlu anda tahu, bahwa saya akan segera mengirim lamaran di sebuah RS ternama."

"Oh ya? Masih calon kan? Belum jadi kan? Saya bisa saja membatalkan mimpi anda itu wahai nona cantik."

"Jangan sombong anda! Siapa anda? Berani sekali anda berkata seperti itu pada saya?! Perlu anda tahu, saya adalah keturunan keluarga Alder. "

"Dan saya tidak menanyakan hal itu nona.."

"Kau! Ini bukan urusanmu !"

"Ini urusan saya nona! Nona telah memancing kesabaran saya. Jadi, jangan salahkan saya jika nanti saya ikut campur dalam urusan anda!"

"Sialan kau!" gadis itu langsung pergi begitu saja. Semua orang di cafe hanya menonton tanpa berani ikut campur, termasuk manajer cafe itu sendiri.

Sementara pelayan itu masih menangis. Calvin menepuk pundaknya.

"Hey, are you okay?" tanya Calvin.

Pelayan itu menatap Calvin.

"Terima kasih tuan.. Jika tidak ada tuan, mungkin semuanya belum selesai." Pelayan itu kembali menunduk.

"Ayo ikutlah denganku.. Bersihkan dirimu dulu dan bicara denganku."

"Tapi tuan.. Saya harus kembali bekerja."

"Berhenti dari pekerjaan ini. Kau lihat? Tak ada yang peduli denganmu di sini. Bahkan bosmu sendiri, membiarkan mu dipermalukan oleh wanita tadi. Apa yang ingin kau pertahankan?"

"Tapi jika saya tidak bekerja, saya tidak bisa hidup tuan. Saya sudah tidak punya siapapun.. Hiks.."

"Maka dari itu, ikutlah denganku nona.." Pelayan itu mengangguk.

"Baik tuan. Saya permisi dulu..."

"Saya tunggu di meja no 10.."

"Iya.."

Setelah itu Irene dibawa olehnya ke perusahaan miliknya.

"Kau membutuhkan pekerjaan bukan?"Calvin.

"Iya tuan.."

"Siapa namamu?"

Calvin sedikit duduk di pinggir meja kerjanya sedang gadis itu duduk di sofa ruangan.

"Irene tuan.."

Yes guys, dia Irene yuhuuu...

"Umurmu?"

"20 tahun tuan.."

"Sudah kukatakan dia masih begitu muda... Dan, cantik..."Batin Calvin.

"Kau bekerja saja atau?"

"Saya kuliah dan bekerja.."

"Hmm... Jurusan?"

"Manajemen bisnis.."

"Tepat sekali... Kau boleh bekerja denganku mulai besok."

"Sungguh?"

"Apa aku terlihat seperti bercanda nona?"

"Tidak tuan... Terima kasih.."

"Ya.. Apa kau senang?"

"Tentu.. Saya sangat membutuhkan pekerjaan untuk menafkahi diri saya dan kuliah saya tuan.. Terima kasih.. Ini sangat membantu saya."

"Kau hidup sendiri?"Calvin terkejut.

"Iya tuan.."

"Di mana keluargamu?"

"Mereka telah tiada tuan... " Irene menahan tangisnya. Calvin tahu, ini sangat berat untuk Irene.

"Di mana kau kuliah?"

"Di ------"

"Benarkah?"

"Iya tuan..."

"Kau tunggu aku 1 sampai 2 jam di sini. Setelah itu aku akan membawamu pergi. Dan, kau boleh makan semua yang ada di depanmu itu. Ingat, jangan kemana-mana."

"Baik tuan... Tuan..." Panggilnya saat Calvin akan membuka pintu.

"Ada apa Irene?"

"Apa aku boleh tahu, kerjaan apa yang akan kau berikan padaku?"

"Hmm.. Kau akan menjadi asistenku."

"Apa tuan yakin?"

"Tentu. Aku harus pergi Irene. Aku sudah terlambat. Jaga dirimu.."

"Baik tuan."

Calvin segera menuju ruang rapat.

#FLASHBACK OFF

Calvin membawa Irene ke apartemen miliknya. Ia memencet password-nya dan mereka masuk.

"Duduklah di situ. Aku akan bersih-bersih terlebih dulu. Apabila ada tamu yang datang, panggil aku. Aku tidak akan lama." jelas Calvin.

"Baik tuan." Irene.

Calvin segera menuju kamarnya. Ia membersihkan dirinya. Sementara Irene, ia menunggu Calvin sambil memainkan ponselnya. Terlihat teman-temannya mengirim foto di grup kelas mereka.

"Apa mereka menemui miss Ivi tadi? Sungguh, aku telah melewatkan momen berharga ini. Ya Tuhan.. Tolong beri aku petunjuk untuk semua ini.." gumam Irene.

Calvin yang baru keluar dari kamar menatap Irene sedikit iba.

"Ada apa dengan dia? Sepertinya ia sedang tidak baik-baik saja." gumam Calvin.

......

Seminggu setelah kehadiran mahasiswa Ivi ke rumahnya, Ivi mulai merasakan bahwa kandungannya akan segera mencapai pada puncaknya. Kini, ia dan Felix tengah duduk di tepi kolam renang dengan kaki dimasukkan ke dalam kolam renang sambil digerak-gerakkan. Felix merangkul Ivi. Ia juga mengelus perut Ivi yang sudah cukup itu.

"Sayang... nanti kalau kamu sudah terlahir ke dunia, Daddy harap kamu bisa menjadi anak yang baik, yang bermanfaat dan cerdas ya..." ucap Felix.

Ivi tersenyum mendengarnya.

"Aamiin... Semoga ya...." Ivi

Felix kemudian mengecup kening Ivi.

......

..

..

..

...

....

.....

Yeay... Kita masuk ke part baru... Kali ini spesial untuk Calvin dan Irene dulu ya...

Thank you...

Happy Reading :)