webnovel

Arah Hati

Malam yang hanyut semakin jauh sama sekali tak memiliki kekuatan untuk menyelimuti Soa ke dalam lelapnya. Mata gadis itu masih sigap terbuka. Terpasung Arandra di benaknya. Bagaimana pertemuan terakhir mereka membuahkan pilu yang mengecewakan.

Kini Soa harus menelan kenyataan, disaat Arandra memiliki kekuatan untuk merasuki siapa pun yang ia mau, hal itu tidak sejalan dengan kepopuleran Soa yang kini sudah menjadi jubahnya.

Dengan rasa keterpaksaan Soa meminta Arandra untuk menghentikan itu semua. Ia tak ingin ada lagi seseorang yang terluka hanya karena pertemuan kencan mereka. Pada akhirnya ia sadar, bahwa egonya bukanlah raja yang menguasai situasi yang menghampiri. Jika ia tetap menjadikannya penguasa, kecelakaan lebih besar pastilah mencengkeramnya.

“Baiklah, jika itu yang kau mau.”

Arandra yang tak menemukan pula jalan temu akhirnya pun setuju untuk tidak lagi menggunakan tubuh Shane atau siapa pun untuk menjumpai Soa.

Soa lega, tetapi juga kecewa. Ia senang Arandra dapat memahami keputusannya. Namun di lain sisi, ia juga sadar tak bisa lagi merasa suka cita sepenuhnya bila berdampingan dengan Arandra.

Soa menghela nafasnya dalam-dalam. Mencari-cari jawaban dengan mata memandangi langit-langit kamar di atas tempatnya merebah. Ia berharap masih dapat menemukan cara untuk dapat bersama Arandra seperti pasangan manusia lainnya.

“Atau aku biarkan diriku dipandang gila saja untuk selamanya?” begitu pikiran nakalnya menggoda.

Tanpa Soa menyadarinya. Andel sedang terduduk di tepi jendela kamarnya yang terbuka. Sikap santainya tak terlihat siapa pun terutama Soa. Dengan gaun malaikatnya, ia memandangi bintang-bintang di langit malam, seraya menyelami keadaan yang mendesaknya untuk segera bertindak. Tetapi ia tak tahu, apa yang harus ia lakukan?

“Kemana sebetulnya kau akan mengakhiri jiwamu Soa?” begitu Andel bertanya-tanya sendiri.

Andel senang Soa dapat menghentikan Arandra untuk menghentikan perbuatannya yang memanfaatkan tubuh Shane. Akan tetapi ia juga masih belum mengerti, kenapa kesulitan keadaan ini tidak juga membuat Soa mau jujur kepada hantu itu, dan menyelesaikan misi mereka. Justru – Soa malah masih saja berpikir keras menemukan cara untuk mereka bisa bersama.

Malaikat itu menyayangkan. Kalaulah saja ia dan Soa bisa saling bicara tanpa kendala hasrat terpendam dari gadis itu yang menginginkan Arandra, pastilah ia akan menemukan lebih cepat jawabannya. Namun Soa masih ingin larut dengan perasaannya. Hingga misi ini terpaksa terbengkalai dan belum menemukan ujung.

Seharusnya Soa dan Arandra sudah menjadi sepasang pahlawan dunia, membebaskan jiwa-jiwa yang terbelenggu dan melanjutkan hidup mereka ke arah bahagia baru. Bukan malah terpatri pada dunia ini dan menggenggam erat-erat cintanya pada Arandra hanya untuk kepentingannya sendiri.

“Kau betul-betul manusia yang sulit kuprediksi, Soa!” lagi-lagi Andel berkata seorang diri. Mungkin tepat juga jika itu disebut sebagai sebuah keluhan.

***

Hari itu Soa memutuskan untuk menemui Shane dan Dori lagi. Ia ingin hubungan mereka membaik. Dari informasi yang disampaikan Zoe, ia tahu bahwa Shane masih di rawat di rumah sakit dan Dori juga sedang menjaganya. Soa pun akhirnya berniat menemui mereka di sana.

Dori dan Shane cukup terkejut dengan kedatangan Soa. Sedikit buah tangan Soa beri dengan suka rela. Dori yang mewakili Shane segera menerimanya dan meletakkan pemberian Soa di atas meja. Sempat Shane terbatuk-batuk lalu seketika Dori dengan sigap mengambilkan air putih untuk pria di depannya. Gadis itu sudah terlihat seperti istrinya saja, setia menjaga dan melayani.

Mereka bertiga semula terlihat saling canggung. Tetapi Soa yang sudah berusaha memberanikan diri akhirnya berkata dengan sungguh-sungguh bahwa ia meminta maaf atas keadaan yang menimpa Shane.

“Jadi benar bahwa kau dan teman hantumu memanfaatkan, Shane!” batin Soa langsung saja di hantam keras. Ucapan Dori sudah memberi keterkejutan hebat pada dirinya. “Tadinya aku tak percaya pada ucapan Zoe. Tetapi dengan sikapmu yang merasa bersalah begini, sekarang aku yakin dengan perbuatan mistis yang kau lakukan.”

“Jadi Zoe menceritakannya padamu?” Soa sama sekali tak menyangka.

“Iya – dan aku sepihak pada Zoe bahwa sudah seharusnya kau tak berhubungan lagi dengan hantu itu.”

Hati Soa semakin tak nyaman dengan keadaan.

“Lihatlah Soa,” Dori melirik kepada Shane yang terbaring dan lebih banyak diam. “Makhluk itu sudah membuat masalah di dalam kehidupanmu. Persahabatan kita berantakan, dan kau bahkan hampir mengorbankan orang lain.”

“Kenapa kau mengatakan soal itu Dori?”

“Jelas saja untuk mengingatkanmu! Bahwa makhluk yang kau dekati sangatlah berbahaya. Dia membuatmu jatuh cinta lalu mengendalikan dirimu.”

“Dori kau tidak seharusnya –“

“Jangan lupa kalau ia adalah budak dari kerajaan setan yang menjebak manusia.”

Ucapan Dori memang terdengar tenang. Namun ia begitu berani bicara yang justru malah menyakiti perasaan Soa.

“Jika kau sungguh-sungguh ingin meminta maaf pada kami, maka menjauhlah dari makhluk itu, Soa!” tegas Dori. “Kedekatanmu dengannya hanya akan membuat kami khawatir kalau-kalau kalian akan melakukan segala cara untuk bisa bersama bahkan sampai rela mengorbankan kami.”

“Dori – ucapanmu sangat mengecewakanku.”

“Ini demi kebaikan kita bersama. Pulanglah, dan pikirkan itu semua.”

“Tetapi kau tidak pernah mengenalnya!” suara Soa kali ini meninggi.

“Soa ini rumah sakit. Hentikanlah pembicaraan ini karena aku tidak mau sampai berdebat denganmu dan membuat gaduh.”

“Dori –“

“Pergilah Soa. Temui aku jika kau telah memutuskannya.”

Dengan emosi yang berusaha ditahan agar tak meledak di depan pasien yang butuh istirahat, Soa langsung keluar dari kamar inap meninggalkan Dori dan Shane berdua lagi.

Dori hanya bisa duduk mematung melihat kepergian sahabatnya. Ada raut sendu yang memancar di wajahnya, kesan menyesal atas sikapnya yang dingin tampak jelas di sana.

“Apa itu tidak berlebihan?” Shane yang merasakan keberatan hati Dori bertanya pada gadis itu. “Bukankah kita sudah memasuki ruang privasinya?”

Namun Dori hanya diam. Tak menjawab apa pun. Hatinya juga bingung, apakah tindakannya sudah tepat bersikap tegas pada Soa begitu?

‘KREKK’ – pintu kamar mandi terbuka. Seseorang dengan santai keluar dari dalamnya.

“Kau sudah melakukan hal yang benar, Dori. Ini bukan saja untuk kebaikan kita – tetapi juga untuk diri Soa sendiri. Percayalah padaku, Grazian dan para penghuninya sangat-sangat berbahaya.”

Dori mengangguk-angguk mendengar perkataan itu. Sesaat kemudian ia mengatakan dengan ketulusannya,

“Ya – aku berharap Soa bisa putus dengan makhluk itu, karena aku tidak ingin ia celaka. Terima kasih kau sudah sangat peduli pada kami, Joice.”

“Tentu. Ini karena aku menyayangi kalian.”

Soa melangkah terburu-buru. Kesal bercampur sedih membahana hati. Deru amarahnya membisingkan setiap sudut ruang rasa yang tersembunyi.

“Zoe! Kenapa kau melakukan ini padaku!” berang Soa dalam bibir yang terkunci. “Tidak seharusnya kau bilang semua ini kepada Dori! Apa lagi mempengaruhinya! Kalian tidak kenal siapa Arandra – kalian hanya memandang identitasnya!”

Soa tak tahan lagi menahan air matanya. Dori dan Zoe baginya kini menjadi orang-orang yang menurutnya berseberangan. Ia kesal, sedih, tapi juga tak mampu berbuat apa-apa. Baginya Dori sama sekali tak memberikan kesempatan untuk menjelaskan seperti apa sosok Arandra dibalik statusnya yang terdengar mengerikan. Dori sudah semena-mena menghakimi hubungan mereka.