webnovel

8. Sweet Desire That Must Be Restrained

「 In The Varrzanian Palace 」

Keesokkan harinya di istana Varrzanian, Lucyanna bersama dengan Kepala Pelayan Wanita Istana, tengah sibuk mempersiapkan rencana berkedok perekrutan pelayan baru.

Lucyanna kembali mengecek daftar perekrutan tersebut beberapa kali sambil mendiskusikannya bersama dengan Kepala Pelayan Wanita Istana.

Lady Lucyanna : "Baik. Semua sudah siap. Kita bisa memulainya. Kerjakanlah."

Chief Palace Female Servant : "Baik, Nona. Saya permisi."

Lucyanna masih memperhatikan kertas-kertas tersebut. Salah satu yang menyita perhatiannya adalah daftar gadis bermata biru yang jumlahnya sangat banyak. Namun kembali mengalami perubahan dengan mensortir kembali. Bahkan berkali-kali. Meskipun jumlahnya berkurang, namun tetap terasa banyak. Lucyanna pun menghela nafas panjang.

Lady Lucyanna : "Hanya demi mencari satu gadis saja, rasanya akan memakan waktu ratusan tahun saja."

Keluh Lucyanna karena kertas-kertas tersebut. Lalu, menyandarkan kepalanya dengan satu tangan yang bersandar di atas bantalan sisi kursinya.

Lady Lucyanna : ("Tapi masalahnya, kita tidak memiliki banyak waktu lagi... Apakah DIA sudah mulai melakukan pergerakan? Aku memang tidak bisa menunggu dan diam saja...")

Pikir Lucyanna dengan ekspresi yang serius. Ia juga mencemaskan pria yang tidak ingin disebutkan namanya. Benar-benar diburu oleh waktu.

Tiba-tiba, pintu ganda terbuka. Sang Komandan datang menghadap Lucyanna dengan pandangan yang selalu fokus. Lalu memberikannya sikap hormat pada Lucyanna. Pikiran Lucyanna pun teralihkan dengan cepat.

Sir Renzo : "Nona Yang Terhormat."

Lady Lucyanna : "Sir Renzo. Bagaimana?"

Sir Renzo : "Pasukan khusus sudah saya siapkan."

Lady Lucyanna : "Ah, kabar yang bagus. Aku selalu menyukai cara kerjamu yang cepat. Kau seharusnya layak diangkat menjadi Jenderal Kerajaan. Bagaimana? Masih terpikirkan?"

Sir Renzo : "Tetap tidak, Nona. Tapi saya menghargainya. Terima kasih atas kebaikan hati Anda."

Jawab Sir Renzo sambil menundukkan pandangannya. Dan menjawabnya dengan nada yang rendah.

Ada suatu alasan dibalik penolakan Sir Renzo yang berkali-kali ini. Meskipun kinerjanya sudah diakui oleh pihak Kerajaan dan dedikasinya yang sangat lama mengabdi pada Kerajaan Varrzanian, promosi tersebut selalu ia tolak dengan halus dan lurus.

Lady Lucyanna : "Aah, sangat disayangkan. Tapi jika dibandingkan yang lain, aku selalu bisa mengandalkanmu. Karena cara kerjamu yang luar biasa."

Ucap Lucyanna dengan nada prihatin, namun sebenarnya ia sudah sangat lama mengetahui kebiasaan Sir Renzo.

Sir Renzo : "Terima kasih untuk kebijaksanaan Anda."

Lady Lucyanna : "Baiklah. Aku tidak akan membahas ini lagi. Katakan, apakah Yang Mulia Raja ada di istana?"

Sir Renzo : "Ya, Nona. Tapi penjaga yang mengatakan, jika Yang Mulia Raja belum terlihat sedikit pun keluar dari kamar pribadinya."

Lady Lucyanna : "Apa? Maksudmu, Yang Mulia Raja belum bangun?"

Tanya Lucyanna yang justru mencurigai hal tersebut.

Sir Renzo : "Saya tidak tahu pasti, Nona. Tapi sepertinya, Yang Mulia Raja masih berada di dalam kamar pribadinya dan belum keluar. Beberapa pelayan wanita yang seharusnya membawakan makanan untuk Yang Mulia Raja, juga tidak bisa memasukinya."

Lady Lucyanna : "Haah, apa lagi sekarang?"

Keluh Lucyanna sambil memegang sisi dahinya. Berusaha menahan emosinya yang hampir meledak di dalam kepalanya.

Lady Lucyanna : "Sekarang, aku ingin kau memastikan rencana ini berjalan lancar. Kau boleh pergi."

Sir Renzo : "Baik, Nona."

Sir Renzo memberi salam penghormatannya dan berlalu dengan cepat.

Tanpa berlama-lama, Lucyanna pun beranjak dari kursinya untuk memeriksa saudaranya yang menurutnya mulai bersikap tidak wajar lagi. Dengan langkah yang tergesa-gesa, menuju kamar pribadi saudaranya. Sembari membawa rasa kesalnya yang coba ia tahan.

「 In Front Of Lucyver's Private Room 」

Bahkan sesampainya, terlihat 3 orang pelayan wanita bersama dengan 2 orang penjaga tengah berkumpul di depan pintu ruangan tersebut. Lucyanna menghampirinya. Mereka pun terkejut dengan kedatangan Lucyanna dan langsung menundukkan wajahnya, membentuk satu barisan.

Lady Lucyanna : "Katakan. Apakah sejak pagi, Yang Mulia Raja masih di dalam?"

Guardian : "Itu benar, Nona. Sejak awal mulai mengambil pos penjagaan, kami belum melihat tanda-tanda Yang Mulia Raja keluar."

Female Maid : "Kami bahkan tidak bisa masuk untuk mengantarkan sarapan pagi untuk Yang Mulia Raja dan menyiapkan kebutuhan lainnya. Sepertinya terkunci dari dalam."

Lady Lucyanna : "Begitu rupanya. Biar aku yang mengurus ini."

Ucap Lucyanna dengan nada yang tegas sekaligus kesal karena sikap saudaranya.

Ia pun berdiri di depan pintu ganda tersebut. Dan menyentuh pintu itu. Lucyanna bisa merasakan kekuatan magis yang membuat pintu ganda ini terkunci. Ia tahu, bahwa ini adalah perbuatan saudaranya.

Lady Lucyanna : ("Dasar saudaraku yang menyebalkan! Sekarang apalagi yang dia lakukan?")

Lucyanna menghembuskan nafas dengan tenang. Dan secara tiba-tiba, kedua mata merahnya bersinar lebih merah. Dan tangan yang menyentuh pintu itu, mengeluarkan gelombang angin yang sedang namun kuat. Hingga para pelayan dan penjaga tersebut sangat terkejut dengan efek gelombang angin yang cukup kuat tersebut. Dan akhirnya, pintu ganda itu pun terbuka dengan sendirinya.

Lady Lucyanna : "Untuk kalian, tolong tinggalkan kami. Kembalilah bekerja sampai aku memerintahkan perintah yang lain pada kalian."

All Maids & Guardians : "Baik, Nona Yang Terhormat."

Mereka pun segera meninggalkan tempat tersebut tanpa berkomentar seperti yang diperintahkan Lucyanna.

Lucyanna pun memasuki kamar pribadi saudaranya yang begitu gelap. Namun, ia tidak akan kesulitan untuk melihat dalam kegelapan, dengan keistimewaan mata merahnya. Ia bisa merasakan keberadaan saudaranya masih berada di atas ranjangnya. Lucyanna pun menghampirinya. Langkahnya sempat terhenti, karena Lucyanna baru saja menginjak sesuatu. Ternyata adalah sebuah gelas anggur kristal yang patah di bagian leher gelasnya. Lucyanna mulai bertanya-tanya.

King Lucyver : "Lucyanna... Aku tahu itu kau... Tolong ambilkan anggur Bloody Rose lagi untukku..."

Pinta Lucyver dengan suara yang tidak biasa. Terdengar lemas. Lucyanna merasakan keanehan tersebut.

Lady Lucyanna : "Anggur Bloody Rose lagi katamu? Apa maksudmu?"

Lucyanna pun berjalan mendekati arah jendela kamar, namun ia dikejutkan lagi dengan sesuatu yang terjatuh. Suara botol kaca yang kosong. Suara dentingannya terdengar bersahut-sahutan. Sepertinya ada lebih dari satu botol kaca.

Lady Lucyanna : "Apa lagi ini? Jangan-jangan--"

Demi menjawab rasa penasarannya, Lucyanna membuka tirai jendela dengan kekuatan magisnya. Dan akhirnya, seluruh ruangan menjadi terang. Lucyver merasakan silaunya matahari yang tajam menusuk matanya dan langsung mengalihkan pandangannya.

King Lucyver : "Aah..! Kenapa kau membuka semua jendelanya? Aagh!"

Keluh Lucyver sambil menutup wajahnya. Mencoba menghalau sinar matahari dengan tangannya.

Dan betapa terkejutnya, Lucyanna melihat banyak kekacauan di ruangan tersebut. Ada begitu banyak botol anggur Bloody Rose kosong yang tergeletak dimana-mana. Sekitar belasan. Gelas-gelas kristalnya yang retak juga bertebaran. Pakaian pun tergeletak di sembarang tempat. Sontak saja, berhasil membuat Lucyanna menjadi naik darah dengan cepat. Dan langsung melihat tajam ke arah Lucyver.

Lady Lucyanna : "Apa maksud semua ini?! Kau meminum sendiri semua anggur Bloody Rose yang berharga?! Apa yang sudah merasukimu?! Dan kau juga--!!"

Lucyanna semakin kesal dengan kondisi saudaranya yang semakin tidak wajar. Kondisi ranjangnya sangat berantakan. Dengan beberapa botol anggur Bloody Rose yang tergeletak di atasnya.

Lady Lucyanna : "Apa kau sudah gila?! Kau itu seorang raja! Kuminta, bangunlah sekarang!!"

Ucap Lucyanna dengan kesalnya yang sudah memenuhi isi kepalanya. Hatinya begitu geram.

Lucyver pun terbangun, duduk di atas ranjangnya, dengan nafas yang mendesah. Dengan satu kaki yang tertekuk. Wajahnya terlihat lesu. Matanya terlihat berat. Rambutnya berantakan. Bahkan kemejanya terbuka sebagian, dan mengekspos setengah bagian dada dan perutnya yang berotot sempurna, hingga bagian lengan atasnya yang juga berotot. Yang mungkin bagi sebagian wanita menganggapnya sangat menarik. Tapi tidak dengan Lucyanna.

King Lucyver : "Tidak bisakah kau merendahkan suaramu sepagi ini?! Kau membuat kepalaku semakin pusing..! Aku tidak bisa beristirahat dengan tenang semalam."

Keluh Lucyver, sembari memegang kepalanya. Bahkan dengan melihat kondisi kacau saudaranya, tentu saja berhasil membuat Lucyanna semakin kesal.

Lady Lucyanna : "Kau benar-benar saudaraku yang sudah gila! Ini sudah bukan waktu pagi lagi..! Lihatlah keluar jendela?! Matahari sudah mulai meninggi! Dan kau masih berada di kamarmu, yang entah apa yang sudah kau lakukan disini dengan semua kekacauan ini! Ada apa denganmu?!"

King Lucyver : "Sudah kukatakan padamu, aku tidak bisa beristirahat semalam. Aku tersiksa, karena gadis bermata biru yang kulihat kemarin. Aagh! Bayangannya sangat menghantuiku! Membuatku merasakan kegelisahan yang tidak bisa kukendalikan... Aku tidak pernah merasakan sensasi sebesar seperti ini selama hidupku..."

Keluh Lucyver yang masih terlihat lesu. Sampai memiringkan kepalanya yang terasa berat.

King Lucyver : "Itulah yang kurasakan semalam. Aku merasa sangat kehausan dan seluruh tubuhku terasa panas, akhirnya aku mulai mencari anggur Bloody Rose. Berharap agar rasa haus yang menggila itu dan rasa panasnya menghilang, tapi ternyata tidak! Dan bayangan mata biru itu... Aaahh... Aku tidak bisa melupakannya sedetik pun. Benar yang kau katakan, aku menjadi gila karena gadis itu."

Ucap Lucyver yang terdengar gelisah sambil mengusap kepalanya, menyisir rambut depannya hingga ke belakang dengan kelima jarinya.

Melihat kondisi saudaranya yang tidak wajar, Lucyanna bisa mendapatkan gambarannya. Ia pun menghela nafas panjangnya dengan tarikan yang berat.

Lady Lucyanna : "Tidak bisa kupercaya..!"

Ucap Lucyanna dengan meredamnya amarah yang sejak awal memenuhi kepalanya.

Lucyanna pun memutuskan untuk memerintahkan beberapa pelayan wanita untuk membersihkan kamar pribadi Lucyver. Dan meminta Lucyver untuk sekedar membasuh wajahnya yang lesu.

Tidak lama kemudian, kondisi kamar tersebut kembali bersih dan tertata rapi. Begitu pun dengan ranjangnya yang sudah digantikan dengan kain yang bersih dan baru. Dengan Lucyver yang kembali duduk di atasnya dengan satu kaki tertekuk dan tangan yang bersandar di atas lututnya. Pandangannya tertuju ke arah luar jendela. Lucyanna yang duduk di sisi lain ranjang besar itu, memperhatikan ekspresi saudaranya. Ada begitu banyak pertanyaan di dalam kepalanya.

Lady Lucyanna : "Apa kau mau makan sesuatu?"

King Lucyver : "Tidak. Aku tidak mau apa pun. Aku ingin segera menemukan gadis itu lagi. Pengalaman semalam membuatku merasakan sesuatu yang besar. Seperti gejolak kekuatan yang tiba-tiba saja datang."

Lady Lucyanna : "Gejolak kekuatan katamu? Kau merasakannya setelah mengalami pertemuan pertama itu?"

King Lucyver : "Itu benar. Aku yakin sekali. Dan aku jadi teringat lagi dengan ucapan Dewa Azfir malam itu. Tentang keistimewaan yang gadis itu miliki. Aku menduga tentang apa yang kualami semalam adalah karena aku bisa merasakan efek dari keistimewaan gadis itu."

Ucap Lucyver sembari melihat telapak tangannya sendiri. Lalu mengepalkan tangannya.

King Lucyver : "Harus aku akui, gejolak kekuatan semalam benar-benar luar biasa!"

Lady Lucyanna : "Baik. Aku mulai mengerti keadaannya. Jika kau bisa sampai merasakan seperti itu, aku yakin DIA juga akan merasakan hal yang sama. Dan tidak bisa kubayangkan jika kekuatan seistimewa itu sampai jatuh ke tangannya! Dia bisa menghancurkan sebagian Kerajaan Varrzanian dengan mudahnya."

Ucap Lucyanna dengan segala prediksinya. Namun, hatinya merasa cemas meskipun hanya membayangkannya saja.

King Lucyver : "Aku tahu, Lucyanna. Karena itulah kita harus lebih cepat menemukannya, meskipun fase bulan masih cukup jauh. Yang terpenting, gadis itu berada dalam istana. Yang tidak akan pernah lepas dari pengawasan kita. Lalu, bagaimana dengan rencanamu? Kapan dimulai?"

Tanya Lucyver, menolehkan pandangannya pada Lucyanna.

Lady Lucyanna : "Sekarang pun sudah dimulai."

Jawab Lucyanna sembari menyilangkan kedua tangannya.

Lady Lucyanna : "Dan sekarang, aku memintamu untuk segera bersiap. Untuk merasakan kehadiran gadis istimewamu itu. Semoga saja, hari ini adalah hari keberuntunganmu."

Ucap Lucyanna yang berusaha untuk meyakinkan saudaranya dan membangkitkan intuisinya.

Lucyver pun terpancing. Dan akhirnya mau bangkit dari ranjangnya. Lalu segera mempersiapkan dirinya dengan memakai pakaian kerajaannya. Meskipun wajahnya masih terlihat sedikit lesu. Dan segera, mereka berjalan menuju lobi yang mengarah ke taman istana.

Sepanjang melewati lorong, Lucyver terlihat selalu memegang leher pundaknya. Seperti seseorang yang merasakan kekakuan di bagian tubuh tesebut. Wajahnya pun terlihat tidak nyaman dengan rasa kaku tersebut.

King Lucyver : "Aagh..! Seluruh pundakku masih terasa kaku. Rasanya sangat tidak nyaman."

Keluh Lucyver. Lucyanna memperhatikan bahasa tubuh saudaranya dan memahaminya.

Lady Lucyanna : "Meskipun aku tidak ikut merasakannya, tapi melihat dari struktur ototmu yang berubah, kelihatannya kekuatan itu memiliki efek yang sangat kuat. Seperti akan meledak."

King Lucyver : "Itu benar. Gejolaknya benar-benar sangat kuat. Aku bahkan tidak cukup kuat untuk mengendalikannya. Aagh... Aku masih bisa merasakan sedikit efeknya."

Keluh Lucyver, yang masih menggerakkan leher kepalanya ke kanan atau ke kiri hingga terdengar suara tulang-tulang yang bergesekan, berharap agar kekakuan tersebut bisa sedikit mereda.

Lady Lucyanna : "Tenanglah. Setelah ini, aku akan membuatkan ramuan untukmu. Dan beberapa rempah yang akan kucampurkan ke dalam rendaman air mandimu. Lalu--"

Tiba-tiba, Lucyver berhenti saat melewati salah satu pelayan wanita yang sedang bertugas. Seperti terpancing sesuatu dari pelayan wanita tersebut.

Lady Lucyanna : "Kau bisa berendam dengan bantuan khasiat rempah-rempahnya. Dengan begitu--"

Secara mengejutkan, Lucyanna terhenti karena mendengar suara wanita yang terkejut.

Woman's Voice : "Aah!"

Berhasil membuat Lucyanna terpancing untuk menoleh ke sumber suara tersebut. Dan Lucyanna semakin dikejutkan dengan tingkah saudaranya yang sedang memojokkan pelayan wanita tersebut.

Female Maid : "Ya-Yang Mulia Raja... Apa yang Anda inginkan..?"

Pelayan wanita itu terlihat takut dan cemas, sambil menahan pembersih debu berbulu di depan dadanya.

King Lucyver : "Kau memiliki mata biru yang indah. Apa kau adalah gadis Jodoh Terikatku?"

Female Maid : "A-Apa maksud, Yang Mulia..? Se-Sepertinya bu-bukan, Yang Mulia Raja..."

King Lucyver : "Tapi kau memiliki mata biru. Bagaimana jika aku sedikit mengujimu?"

Ucap Lucyver yang tersenyum. Seperti sedang menggoda dengan pesonanya. Sembari mengangkat dagu pelayan wanita tersebut. Seolah ingin segera melahap pelayan wanita yang memang bermata biru itu. Membuat Lucyver menganggapnya adalah gadis Jodoh Terikatnya. Ada sesuatu yang sedang terjadi dengan Lucyver.

Lucyanna sangat terkejut, kemudian berubah menjadi kesal. Lalu menghampiri saudaranya.

Lady Lucyanna : "Benar-benar sulit kupercaya! Apa yang dia lakukan?"

Kemudian, Lucyanna menjetikkan jarinya dengan nyaring. Dan diujung jari telunjuknya, keluarlah api hitam yang kecil. Lalu, mengarahkannya pada belakang leher Lucyver, seperti sedang melakukan injeksi.

Seketika, Lucyver tersadarkan. Ia merasakan rasa terbakar yang sangat menusuk, sembari mengusap leher belakangnya.

Lucyver terkejut dengan pelayan wanita yang ketakutan dan hampir menangis, tepat di depannya dalam jarak yang sangat dekat.

King Lucyver : "Kau? Bagaimana kau bisa--?"

Tanya Lucyver yang bingung. Tiba-tiba, Lucyanna menarik kerah belakang jubah Lucyver. Dan berhasil menyeret saudaranya. Meninggalkan pelayan wanita tersebut yang hampir saja pingsan karena ketakutan.

Lady Lucyanna : "Lupakan saja! Ayo cepat pergi!"

King Lucyver : "Lu-Lucyanna, tunggu dulu! Berhenti menarikku..! Jangan mencekikku..!"

Mereka melanjutkan perjalanan, meskipun Lucyanna masih terus menarik kerah jubah saudaranya. Dan Lucyver berusaha untuk melawannya, tetap tidak bisa.

Lady Lucyanna : "Jangan banyak bicara! Atau aku akan menyeretmu dengan puluhan kuda hitam!"

Ucap Lucyanna yang geram. Sayangnya, Lucyver tidak bisa melawan kekuatan kepedulian saudarinya.

Dan ketika berpapasan dengan pelayan wanita lainnya, Lucyver kembali terpancing untuk mendekatinya. Ia mampu menarik dirinya dan meloloskan diri dari cengkraman Lucyanna. Licin seperti belut. Lucyanna terkejut lagi. Yang tidak terduganya adalah pelayan wanita dengan mata biru lagi yang selalu Lucyver dekati.

King Lucyver : "Kau punya mata biru yang indah. Kau pasti gadis istimewaku."

Female Maid : "Bu-Bukan, Yang Mulia Raja..."

Sontak saja, Lucyanna semakin geram dengan sikap saudaranya yang semakin tidak wajar. Dan Lucyanna harus terus menyeret Lucyver lagi serta menyelamatkan para pelayan wanita yang ketakutan dari kejaran Lucyver. Tidak hanya pelayan wanita muda saja, bahkan pelayan wanita yang senior pun, Lucyver tetap mendekatinya jika memiliki mata biru.

Lucyver terlihat seperti anak kecil sekarang. Yang ketika melihat sesuatu yang ia sukai, ia akan langsung berlari menghampirinya dan terobsesi ingin memilikinya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Lucyver?

Lucyanna pun harus berusaha semakin keras untuk menyadarkan Lucyver saat tingkahnya mulai terlihat lagi dan lagi. Namun ketika Lucyver tersadar, ia tidak ingat dengan apa yang baru saja ia lakukan pada mereka.

Kesabaran Lucyanna sudah setipis tisu. Berulang kali ia harus menghentikan tingkah saudaranya, menyadarkannya dan menyeretnya pergi. Hingga terpaksa harus mengikat Lucyver dengan rantai hitam magisnya.

Hal tersebut selalu terjadi ketika Lucyver melihat wanita dengan mata biru.

King Lucyver : "Gadis bermata biru! Aku harus--"

Lady Lucyanna : "Sudah cukup! Kau benar-benar membuatku semakin kesal saja!"

Keluh Lucyanna yang kesal sembari menutup wajah Lucyver dengan jubah kerajaannya dan kembali menyeret tubuh saudaranya.

King Lucyver : "Kenapa kau menutup wajahku? Aku tidak bisa melihat gadis bermata biruku! Lucyanna, lepaskan aku! Aku harus menemukan gadisku!"

Lady Lucyanna : "Ooh! Maaf aku sudah lupa! Rupanya mulutmu juga harus kukunci!"

Lucyanna menjetikkan jarinya, dan mulut yang sejak tadi mengoceh tanpa henti itu pun langsung terdiam. Artinya, Lucyanna sudah memantrainya dengan sukses.

Lucyver terus memberontak. Padahal tubuhnya lebih tinggi dari saudarinya. Namun sepertinya, Lucyver tidak bisa melawan kekuatan emosional Lucyanna, ditambah karena seluruh tubuhnya terlilit oleh rantai hitam magis yang Lucyanna ciptakan. Lucyver benar-benar terlihat sangat berbeda. Bahkan sejak pertemuan pertama itu terjadi.

Lady Lucyanna : ("Aagh! Ini harus segera kuakhiri!")

Lucyanna terus menyeret saudaranya sepanjang lorong, hingga memancing banyak perhatian dari para penjaga dan pelayan yang sedang bekerja.

「 In The Palace Lobby 」

Hingga akhirnya, Lucyanna berhasil membawa Lucyver ke sebuah lobi temaram yang menjadi tujuannya. Lalu, semua ikatan dan wajahnya yang tertutup itu pun dilepaskan satu persatu. Wajah Lucyver terlihat bingung. Kemudian, Lucyanna menjetikkan jarinya lagi untuk melepaskan mantra magis yang mengunci pita suara saudaranya.

Lady Lucyanna : "Kau sudah sadar sekarang? Kau ingat sesuatu?"

King Lucyver : "Apa yang baru saja terjadi?"

Lady Lucyanna : "Haah! Bagus! Kau tidak ingat hal gila yang baru saja kau lakukan pada semua pelayan wanita bermata biru! Ada apa denganmu?"

Tanya Lucyanna sembari menyilangkan kedua tangannya. Lucyver justru terlihat semakin bingung sembari memegang kepalanya.

King Lucyver : "Aku tidak tahu. Terakhir yang kuingat, jika melihat mata biru, aku mulai tidak sadar. Aku tahu, jika tubuhku bergerak. Tapi kesadaranku yang murni tidak bersama dengan jiwaku. Aku merasa seperti diluar kendali."

Lady Lucyanna : "Dengar! Aku ingin kau mengetahuinya. Biar kujelaskan padamu kejadian yang sebenarnya. Itu benar, setiap kali kau melihat gadis bermata biru, kau langsung berlari menghampirinya. Seperti seekor anak kucing saat melihat ikan yang sangat disukainya. Terlebih, kau bahkan menggoda mereka! Benar-benar tidak seperti dirimu! Dan itu selalu terjadi saat kau melihat pelayan wanita bermata biru. Kau percaya?"

Jelas Lucyanna dengan terus terang. Sontak saja, Lucyver langsung terkejut.

King Lucyver : "Apa?! Aku menggoda mereka?"

Lady Lucyanna : "Kau tidak percaya? Biar kutunjukkan padamu."

Lucyanna menjetikkan jarinya lagi. Dan muncullah cermin magis di hadapan Lucyver, memperlihatkan kilasan balik sebelumnya. Lucyver pun memperhatikan dirinya sendiri di dalam cermin magis itu.

Dan benar saja, Lucyver tampak seperti seorang pria yang sangat terobsesi dengan gadis bermata biru. Terlihat menggodanya satu persatu. Bahkan, berbicara dengan nada yang manis. Dan Lucyanna harus berulang kali menyadarkan saudaranya. Dan terus terjadi setiap kali bertemu dengan pelayan wanita bermata biru.

Bahkan yang membuat Lucyver semakin terkejut dan malu adalah saat Lucyver menggoda pelayan wanita senior.

Lucyver merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ia sungguh terkejut. Namun ia menyadari bahwa cermin magis tidak pernah salah. Lucyver mulai merasa malu di dalam dadanya. Lalu, mengalihkan wajahnya yang mulai memperlihatkan rona kemerahannya. Menutupinya dengan satu tangannya. Dan cermin magis itu pun menghilang.

King Lucyver : "Ba-Baik! Cermin magis tidak pernah salah! Aku akan mengakuinya. Benar-benar memalukan! Derajatku sebagai raja mulai hancur! Aagh! Aku benar-benar kacau..."

Gumam Lucyver. Lucyanna memperhatikan wajah kemerahan saudaranya untuk yang pertama kalinya. Tentu saja membuat Lucyanna terkejut.

Lady Lucyanna : "Wajahmu memerah? Aagh, sungguh! Apa yang terjadi padamu?"

Ucap Lucyanna yang mulai merasa cemas dengan kondisi tidak wajar saudaranya.

Lalu dengan kekuatan telekinesisnya, Lucyanna menarik sebuah kursi yang ada di lobi tersebut dengan perintah tangannya, datang mendekati Lucyver.

Lady Lucyanna : "Cobalah untuk menenangkan dirimu. Duduklah."

Lucyver pun duduk, dengan wajah yang masih tertunduk dan memerah. Lalu menyandarkan kepalanya, sembari menyentuh bibirnya. Wajahnya terlihat gelisah. Lucyanna memperhatikannya dan sungguh tidak wajar. Berhasil mengundang banyak pertanyaan di dalam benaknya. Lucyanna menghela nafas panjang dengan tenang.

Lady Lucyanna : "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu. Aku tidak pernah melihatmu segelisah ini. Bahkan kau bertindak di luar batas akal sehatmu. Kau seperti bukan dirimu yang aku kenal. Entah Fiend apa yang sudah merasukimu. Dan aku semakin menduganya, ini semua terjadi setelah kau mengalami pertemuan pertama dengan gadis Jodoh Terikatmu waktu itu."

Jelas Lucyanna yang terdengar peduli dengan kondisi saudaranya. Lucyver langsung menundukkan wajahnya.

King Lucyver : "Aku rasa kau benar... Harus aku akui, setelah pertemuan pertama itu, aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku mulai merasakan sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Sejak kemarin malam hingga hari ini."

Ungkap Lucyver dengan nada yang melemah. Terdengar gelisah. Sembari mengusap rambutnya dengan kelima jarinya.

Lady Lucyanna : "Apa kau bisa mengakuinya juga jika sekarang kau merasa jatuh cinta padanya? Katakan saja, aku tidak akan mencibirmu. Terutama dengan kondisimu yang seperti ini."

Lucyver sejenak terdiam, wajahnya termenung. Merenungi ucapan saudarinya. Secara spontan, bayangan pertemuan pertama itu terulang kembali. Semakin jelas dan tidak bisa ia hindari. Jantung abadinya mulai berdebar kencang. Lucyver mulai menyadari sesuatu.

King Lucyver : "Sepertinya aku..."

Secara tiba-tiba, terdengar suara pria yang tidak asing lagi dari balik bayangan di salah satu sudut lobi.

Man's Voice : "Aah, cinta itu memang indah dan membingungkan. Membuatmu tidak bisa berpikir dengan akal sehatmu. Benar, bukan?"

Lucyanna terpancing dengan suara lembut nan tajam tersebut. Dan muncullah sosok yang perlahan berjalan keluar dari kegelapan di salah satu sudut ruangan. Ia adalah Dewa Azfir. Lucyanna terlihat terkejut dengan kehadirannya.

Lady Lucyanna : "Dewa Azfir? Salam untukmu."

Lucyanna memberikan sikap penghormatan khususnya. Dan Dewa Azfir pun menerimanya dengan mengangkat tangannya, sembari berjalan menghampiri Lucyver yang masih duduk dalam renungannya.

Lady Lucyanna : "Dewa Azfir, apa yang membawamu datang kemari?"

Dewa Azfir memperhatikan ekspresi Lucyver sembari mencondongkan tubuhnya, wajahnya tersenyum penuh kepuasan.

God Azfir : "Manis sekali! Yang Mulia Raja sedang jatuh cinta. Sungguh mengejutkan!"

Dewa Azfir menyentuh bagian teratas kepala Lucyver dengan satu jari. Dan seketika Lucyver pun tersadar dengan wajah yang terkejut. Dan mulai menyadari kehadiran Dewa Azfir di hadapannya.

King Lucyver : "Dewa Azfir?"

God Azfir : "Kau jatuh cinta pada gadis itu, bukan? Kau sudah bertemu dengannya? Aku tahu. Kau bisa merasakan keistimewaannya juga, bukan? Hehe!"

Ucap Dewa Azfir dengan kembali menegakkan punggungnya, lalu berbalik dan berjalan ke arah jendela besar yang menghadap ke arah taman istana. Lucyver berdiri dari kursinya.

King Lucyver : "Jadi maksudmu, apa yang kurasakan semalam adalah karena gadis itu? Aku selalu memikirkan kemungkinan itu. Sulit sekali untuk mengendalikannya."

God Azfir : "Itu benar. Itulah keistimewaan dari gadis tersebut. Satu kekuatan yang bisa memberikan kekuatan lainnya untuk seluruh keturunan Vortexian."

Dewa Azfir menoleh dengan senyum sinis di wajahnya.

God Azfir : "Bagaimana rasanya? Tidakkah terasa sangat luar biasa, bukan? Sensasi yang dengan cepat mampu membangkitkan hasratmu! Seolah di dalam tubuhmu, baru saja disuntikkan dengan kekuatan yang baru! Aaah... Bisa kubayangkan!"

King Lucyver : "Kau benar."

Lady Lucyanna : "Lalu kenapa hanya saudaraku saja yang merasakannya?"

God Azfir : "Tenang saja. Ketika keistimewaan ini bangkit, kalian semua akan merasakan efek yang sama. Lalu bagaimana progresnya? Sudah ada kemajuan?"

Tanya Dewa Azfir sembari berjalan. Menggeserkan jari telunjuknya pada kaca jendela lobi yang lebar dengan perlahan. Sehingga menciptakan jejak es yang membeku.

Lady Lucyanna : "Pertemuan yang saudaraku alami hanya satu kali. Dan hanya saudaraku yang bisa merasakan kehadiran gadis yang diramalkan di bandingkan kami semua. Aku hanya berusaha untuk mencarikannya gadis bermata biru dan mengumpulkannya."

Dewa Azfir menoleh ke samping sembari menunjuk ke arah luar jendela.

God Azfir : "Ooh, maksudmu mereka semua yang ada di taman istana dibawah sana?"

Lucyanna dan Lucyver pun menghampiri jendela lobi bersamaan.

Lady Lucyanna : "Itu benar. Aku mengumpulkan mereka semua dengan alasan untuk merekrut beberapa pelayan baru. Mereka semua adalah gadis yang memiliki mata biru."

God Azfir : "Hmm... Usaha yang bagus. Tapi sayang sekali harus kukatakan, bahwa mereka semua bukanlah salah satu dari gadis Jodoh Terikat saudaramu, gadis manis!"

Ucap Dewa Azfir sembari menunjuk ke arah para gadis yang sedang berkumpul di dekat taman bunga. Tentu saja berhasil membuat keduanya sama-sama terkejut dibalik wajah dingin mereka yang kembar.

Lady Lucyanna : "Apa?"

God Azfir : "Itu benar. Percayalah dengan ucapanku. Cobalah untuk merasakannya sendiri dengan kemampuanmu."

Ucap Dewa Azfir sembari menyandarkan tubuhnya di depan kaca jendela, menolehkan pandangannya pada Lucyver yang sedang melihat ke bawah sana.

King Lucyver : "Kau benar. Aku tidak merasakan apa pun dari mereka."

Lady Lucyanna : "Ah... Maafkan aku."

Ucap Lucyanna dengan rasa penyesalannya sembari memalingkan wajahnya.

King Lucyver : "Lalu, bagaimana cara lebih cepat untuk menemukannya?"

Lady Lucyanna : "Apakah dia berasal dari luar Kota Varrzanian?"

God Azfir : "Tenanglah. Kalian pasti akan segera bertemu dengannya. Dewa Lucifer pernah mengatakan padaku, gadis ini masih berada di wilayah kekuasaan Kerajaan Varrzanian. Teruslah berusaha untuk menguatkan instingmu. Kau percaya dengan takdir, bukan?"

Tanya Dewa Azfir dengan senyum sinisnya. Lalu mulai berjalan di belakang Lucyver.

God Azfir : "Jika kau percaya kau akan menemukannya lagi, kalian akan saling bertemu untuk yang terakhir kalinya. Jangan pernah meragukan ucapan Dewa Lucifer. Ingat itu!"

Bisik Dewa Azfir masih dengan senyum yang sama. Kemudian ia memegang pundak Lucyver dengan tangan sedingin es.

God Azfir : "Bukankah ini yang dinamakan kekuatan cinta yang selalu diidamkan pasangan manusia biasa? Kau harus ingat ini! Dia hanyalah gadis dari ras manusia biasa tapi SANGAT ISTIMEWA! Kau berasal dari keturunan Vortexian -Berdarah Setengah Iblis, Setengah Darah Dewa Lucifer-. Apa kau pikir manusia dan bangsa keturunan Vortexian dapat hidup bersama? Seperti dapat menikah? Heh! Tentu saja bisa! Apalagi jika Dewa Lucifer sudah memberikan restunya yang absolut! Apa pun bisa terjadi!"

Ucap Dewa Azfir dengan penuh keyakinan. Berhasil membuat kedua saudara ini termenung tanpa berkata apa pun. Kemudian, Dewa Azfir berjalan kembali menuju bayangan awal pertama kali ia datang.

King Lucyver : "Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan?"

Langkah Dewa Azfir terhenti, lalu menoleh ke belakang.

God Azfir : "Mudah saja. Tetaplah yakin dan teruslah mencari. Sebelum, kau akan mengalami kekalahan! Setelah gejolak dan hasrat yang baru kau alami setelah pertemuan itu, telah membuktikan bahwa hasratmu untuk memilikinya sangatlah besar! Aku benar, bukan?"

Ucap Dewa Azfir masih dengan senyum sinis berkesan sadisnya. Karenanya, Lucyver merasakan gejolak ambisisnya bangkit kembali.

God Azfir : "Kalau begitu, selamat mencari lagi gadismu! Hehehe!"

Dewa Azfir menghilang saat memasuki bayangan kegelapan. Semua ucapannya, terasa sangat membekas di dalam pikiran mereka berdua. Terutama Lucyver.

Lucyver melihat kembali ke arah taman istana, dimana para gadis bermata biru yang dikumpulkan tersebut masih berada disana. Namun, kali ini Lucyver tidak merasakan apa pun seperti sebelumnya. Pandangannya hanya lurus.

Lady Lucyanna : "Jika seperti yang baru saja Dewa Azfir katakan, aku akan mulai untuk mencarinya di wilayah kekuasaan Kerajaan Varrzanian. Lalu..."

Lucyanna memperhatikan ekspresi saudaranya yang lurus dengan tersimpan satu emosi.

Lady Lucyanna : "Apa yang akan kau lakukan?"

Raut wajah Lucyver berubah.

King Lucyver : "Aku ingin menyendiri untuk sementara. Aku ingin menjernihkan pikiranku. Tolong jangan ganggu aku."

Lucyver berbalik dan pergi dari lobi tersebut, meninggalkan Lucyanna sendirian. Lucyanna menyadari apa yang ada di dalam benak saudaranya. Disisi terbesarnya, saudaranya sangat berambisi ingin segera menemukan gadis Jodoh Terikatnya. Yang mana akan mengubah masa depan seluruh Kerajaan Varrzanian termasuk seluruh keturunan Vortexian. Namun disisi lain, Lucyver mulai merasakan hantu keraguan mulai menaungi hatinya karena diburu oleh waktu dan pria misterius yang ia yakini juga telah melakukan pergerakan untuk menemukan gadis tersebut.

Dilema yang tidak bisa dihindari.

Lucyanna melihat ke arah luar jendela lobi, mengarahkan pandangannya pada sekelompok gadis-gadis di bawah sana.

Lady Lucyanna : ("Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan, saudaraku. Bagaimana pun, aku akan tetap membantumu dengan cara apa pun.")

「 In Lucyver's Private Room 」

Malam kembali datang menyelimuti seluruh istana. Lucyver tengah membaringkan tubuhnya yang berbalut kemeja putih polos, dan membiarkan semua kancing itu terbuka. Membentangkan kedua tangannya. Kamar pribadinya sengaja dibiarkan gelap, hanya diterangi oleh sinar bulan purnama dari jendelanya. Pandangannya hanya lurus. Tanpa sepatah kata pun. Semua ucapan Dewa Azfir masih terasa menggema di dalam kepalanya. Semuanya, tanpa sedikit pun melupakan setiap detail kalimatnya.

Lucyver membangunkan tubuhnya. Dan berjalan menuju jendela besar yang terbuka. Menatap ke arah langit malam yang cerah karena cahaya bulan purnama. Lucyver menghela nafasnya dengan halus sambil menutup matanya. Ada sesuatu yang ia coba pikirkan.

Tiba-tiba, tirai jendela itu terbang seperti baru saja tersapu oleh angin.

Lucyver membuka matanya perlahan. Dan sungguh mengejutkan, ada seorang pria muda berwajah pucat, berambut putih keperakan yang berkilau saat diterpa sinar bulan, dengan mata kiri berwarna biru pucat bagai kepingan es dan mata kanannya berwarna merah berkilau. Hanya mengenakan satu setelan kemeja sederhana serba putih. Memiliki sepasang sayap hitam pekat. Beberapa helai bulunya berguguran dan terlihat masih mengapung di udara. Ia sedang duduk di mulut jendela yang terbuka. Bermandikan sinar bulan purnama di seluruh tubuhnya. Membuat kesan misterius yang kuat. Menatap Lucyver dengan senyum yang lembut.

White Hair Man : "Lama tidak berjumpa. Anak kesayanganku."

Suaranya begitu lembut menghipnotis. Lucyver terkejut. Namun ia tahu siapa pria muda yang ada dihadapannya. Dan langsung memberikan sikap penghormatan khusus untuk pria berambut putih tersebut.

White Hair Man : "Tidak perlu seformal itu padaku. Kau adalah anakku. Tegakkan badanmu. Tunjukkan rasa banggamu."

Ucap pria tersebut dengan lembut, dan Lucyver pun menuruti pintanya.

King Lucyver : "Apa yang kau lakukan disini?"

White Hair Man : "Aku datang untuk menemui seorang anak yang sedang gelisah. Bukan hanya sekedar menikmati bulan purnama malam ini saja."

King Lucyver : "Kau... Sudah tahu? Aah... Tapi tidak mengherankan, karena kau adalah seorang Dewa yang agung."

Ucap Lucyver dengan menundukkan pandangannya.

White Hair God : "Apa kau kecewa padaku?"

Tanya Dewa berambut putih itu sambil menahan kepalanya dengan satu tangan mengepal.

King Lucyver : "Tidak! Aku tidak mungkin seperti itu."

Ucap Lucyver yang terdengar terkejut dan sedikit panik.

White Hair God : "Lalu?"

King Lucyver : "Aku tetap percaya padamu."

Jawab Lucyver dengan penuh keyakinan. Dewa berambut putih ini merespon dengan senyuman yang lembut. Terlihat menawan.

White Hair God : "Kau sungguh ingin bertemu dengan gadis itu lagi?"

King Lucyver : "..!"

Lucyver menjawabnya dengan respon terkejut. Namun dalam benaknya ia sangat menginginkannya. Dewa berambut putih itu bisa membaca isi hati Lucyver dengan jelas, hingga senyuman lembut itu pun terlukis lagi dengan jelas.

White Hair God : "Anakku yang malang. Kau pasti tersiksa karena aku, bukan? Kau sudah melihat sendiri gadis itu? Tidakkah keindahan matanya melebihi ekspektasimu selama ini, bukan?"

King Lucyver : "Itu benar. Sampai saat ini, aku sulit untuk melupakannya. Terutama setelah pertemuan itu..."

Lucyver melihat telapak tangannya sendiri dengan wajah yang termenung. Ia teringat satu momen dimana ia merasakan sebuah gejolak dan hasrat besar yang menyiksanya dalam satu malam.

White Hair God : "Itulah yang ingin kuberikan padamu untuk membangun dinasti Varrzanian dan seluruh keturunan Vortexian menjadi lebih kuat."

King Lucyver : "Bagaimana aku bisa menemukannya lebih cepat?"

White Hair God : "Akan kuberi satu petunjuk. Dalam waktu yang dekat, dibalik satu insiden yang berpotensi menghancurkan kehormatan Kerajaan Varrzanian. Kepemimpinanmu dan kebijakanmu akan dipertaruhkan."

King Lucyver : "Insiden? Berpontensi menghancurkan? Apa maksudmu adalah DIA?"

Tanya Lucyver dengan perasaan yang mulai cemas.

White Hair God : "Kau takut jika DIA yang berhasil lebih dulu memiliki gadis ini?"

Dewa berambut putih ini berbalik bertanya dengan senyuman yang sama dan wajah setenang bulan purnama malam itu.

King Lucyver : "Tentu saja tidak akan kubiarkan!"

White Hair God : "Bagus sekali. Kau tahu kenapa kau yang lebih layak untuk menjadi Raja dibandingkan DIA?"

King Lucyver : "Kenapa? Tolong jelaskan padaku."

White Hair God : "Karena kau terlahir dengan kegelapan termurni. Hal itulah yang membuat darahku dan darahmu dapat menyatu dengan sempurna. Artinya, kau adalah keturunan dari sebagian darahku. Dan kau akan menjadi Raja Varrzanian yang terhebat sepanjang masa. Melebihi raja-raja sebelumnya. Bahkan, melebihi ayahmu sendiri."

King Lucyver : "Aku percaya dengan ucapanmu."

Lucyver merespon dengan wajah yang tertunduk, meskipun Dewa berambut putih itu sudah mengutarakan hal terbaik di masa depan Lucyver.

King Lucyver : "Aah, kupikir, aku sudah bisa menghibur anak yang sedang gelisah dengan ucapanku tentang masa depannya. Tapi ternyata tidak berhasil. Prediksiku meleset."

Ungkap Dewa berambut putih setelah membaca pikiran Lucyver, dengan wajah senyum lembut yang masih menghiasi wajahnya yang tenang.

Kemudian, Dewa berambut putih ini turun dari mulut jendela yang cukup tinggi dengan cara jatuh yang perlahan di atas kaki putihnya yang tak beralas. Lalu mendekati Lucyver dan merangkul pundaknya. Ternyata Dewa berambut putih ini memiliki tinggi tubuh yang sedikit lebih tinggi dari Lucyver.

White Hair God : "Dengarkan aku, anakku. Kau sedang jatuh cinta, seperti yang Dewa Azfir katakan. Terimalah perasaan indah ini. Meskipun kau tidak menyukai cara-cara yang manusia lakukan."

Lalu, Dewa tersebut membawa Lucyver menuju ujung ranjangnya, memutar tubuhnya dan menghadap Lucyver sambil memegang pundaknya. Layaknya kepedulian seorang ayah pada anaknya.

White Hair God : "Aku benar, bukan?"

Tanya Dewa berambut putih ini dengan wajah yang tersenyum. Lucyver terlihat terkejut, saat tangan Dewa tersebut mendarat di atas kepalanya. Sembari perlahan mengusap rambutnya. Lucyver merasakan perasaan ternyaman lewat tangan yang terlihat lembut itu.

White Hair God : "Hmm, jawaban yang bagus. Sekarang, sebagai hadiah perpisahan dariku, akan kuberikan apa yang sangat kau inginkan."

King Lucyver : "Yang sangat kuinginkan?"

White Hair God : "Hanya kau yang lebih mengetahuinya. Aku tidak akan membaca isi pikiranmu. Akan kubiarkan kau menikmatinya."

Dewa berambut putih kemudian mengangkat satu jari telunjuknya, dan langsung mengarahkannya ke bagian dahi Lucyver. Secara mengejutkan, Lucyver merasakan sensasi dingin yang tiba-tiba menusuk. Kepalanya merasakan rasa sakit yang perlahan namun sangat menyakitkan. Lucyver berusaha untuk bertahan dari rasa sakitnya sembari memegang kepalanya.

King Lucyver : "Dewa, apa yang sudah kau lakukan padaku?"

Lucyver terduduk di atas ranjangnya.

White Hair God : "Itulah hadiah kecil dariku. Jangan khawatir, aku tidak bermaksud melukaimu. Sebentar lagi kau akan merasakan efek selanjutnya. Karena hadiah kecilku ini sedang mengikuti apa yang sangat kau inginkan."

Ungkap Dewa tersebut dengan senyum lembutnya.

Tiba-tiba, sakit kepala itu berganti menjadi jantung abadinya yang berdebar kencang dan mulai gelisah. Sensasi yang sama seperti malam itu. Nafasnya naik dan turun, terdengar berat. Ia bisa merasakan suhu tubuhnya mulai memanas. Lucyver menyentuh bibirnya. Wajahnya terlihat memerah.

White Hair God : "Kita lihat bagaimana kau akan menyukainya. Nikmatilah. Selamat malam, anakku."

Dewa berambut putih itu mengusap kepala Lucyver kemudian membaringkan kepala Lucyver di atas ranjang. Dan kembali memperhatikan kondisi Lucyver setelah menerima sentuhan itu. Kemudian ia berbalik, berjalan menuju jendela yang terbuka dengan sinar bulan purnama yang masuk ke dalamnya. Sejenak, Dewa berambut putih itu menoleh ke arah Lucyver sambil tersenyum.

White Hair God : "Sampai kita bertemu lagi..."

Sang Dewa membentangkan kedua sayap hitamnya. Dan secara tiba-tiba menghilang. Menyisakan jejak beberapa helai bulu hitamnya yang masih mengapung di udara, lalu jatuh dengan perlahan.

Sedangkan Lucyver masih terus merasakan sensasi tersebut. Nafasnya mulai mendesah. Merasakan rasa gelisah yang terus menggerayangi seluruh tubuhnya. Bergerak ke kanan, lalu berpindah ke kiri dan berpindah lagi. Menarik kemeja putih di tubuhnya dan membiarkan tubuh atasnya terbuka dengan polosnya. Karena ia tidak tahan dengan sensasi panas di tubuhnya. Namun, ia tidak bisa melawannya. Tanpa bisa berkata apa pun. Sampai dengan sisa tenaga terakhirnya. Menutup kedua matanya dan mulai lelah. Nafasnya mulai melemah. Meskipun harus ditemani kembali dengan sensasi tersebut untuk waktu satu malam lagi.

「 Visions Or Reality In Lucyver's Dreams 」

Tiba-tiba, Lucyver berada di sebuah bukit di malam hari, terlihat ribuan kunang-kunang menari di setiap sudut. Menambah suasana malam terasa sangat tenang. Ia bisa merasakan angin malam yang lembut. menerbangkan rambut bagian depan wajahnya. Menggesekkan seluruh rerumputan di bukit itu. Malam itu berhiaskan bulan purnama yang tampak besar.

Lucyver mengenali tempat tersebut. Samar-samar terdengar suara desiran ombak. Ia tahu, bahwa sebenarnya tempat ini mengarah ke sebuah lautan yang luas.

Tiba-tiba, tercium wangi yang sangat lembut, yang dibawa oleh angin malam. Membuat jantung abadinya mulai berdebar. Lucyver pun mulai mengikuti arah wangi tersebut tanpa ragu.

Saat ia bisa melihat garis laut, di ujung tebing, ia melihat sosok wanita bergaun hitam tanpa lengan yang membelakanginya. Rambutnya panjang, tergerai dengan indahnya, diterbangkan dengan lembut oleh angin malam.

Lucyver merasakan sesuatu. Aura kehadiran Jodoh Terikatnya yang ia rasakan sangat kuat dari wanita muda tersebut.

King Lucyver : ("Perasaan ini... Mungkinkah dia...")

Wanita muda itu pun membalikkan badannya. Mirip dengan seseorang. Perlahan, terlihatlah dua mata biru yang sangat indah. Bersinar dengan cantiknya. Memandang ke arah Lucyver. Sambil menghalau rambut panjang sampingnya yang diterbangkan angin. Secara tiba-tiba, muncul sepasang sayap putih bersih dari belakangnya. Terlihat semakin menawan.

Lucyver sangat terkejut. Membuat kedua mata merahnya melebar. Ia tahu tentang mata biru itu. Mata indah yang hanya dimiliki gadis Jodoh Terikatnya. Mata yang sama saat pertemuan pertama itu.

King Lucyver : "Kau... Jodoh Terikatku..."

Wajahnya sangat cantik dan lembut saat diterpa sinar dari bulan purnama. Wanita muda itu pun mulai tersenyum pada Lucyver.

Blue Eyed Woman : "Kau datang untukku..?"

Tanya wanita bermata biru itu dengan nada suara yang lembut. Kedua tangannya saling menggenggam di depan dadanya. Kedua sayap itu tiba-tiba mulai kehilangan bulu-bulu sayapnya yang diterbangkan angin secara perlahan. Seperti benih-benih putih bunga dandelion yang ditiup angin

Lucyver mendatangi wanita tersebut tanpa ragu. Hatinya telah menggerakkan kedua kakinya. Perasaan ingin menyentuh begitu kuat di dalam dadanya.

Jarak mereka sudah sangat dekat. Kedua mata mereka yang berbeda warna saling mengunci. Lucyver mengangkat tangannya dan meraih wajah cantik di hadapannya. Menyentuhnya dengan penuh kasih sayang. Ia bisa merasakan kulitnya yang lembut dan sedikit dingin. Wanita itu menyambut sentuhan Lucyver sambil memejamkan matanya, sambil memegang lengan Lucyver. Menikmati hawa dari tangan tersebut.

Lucyver mulai merasakan perasaan rindu yang besar. Dan langsung memeluk wanita tersebut dengan seluruh jangkauan tangannya. Membenamkan wajahnya ke pundak leher wanita tersebut. Sambil menghirup dalam aroma rambut panjangnya. Terasa sangat nyaman sekaligus terharu.

King Lucyver : "Apakah ini mimpi..?"

Bisik Lucyver.

Blue Eyed Woman : "Jangan berpikir. Rasakan saja..."

Jawab wanita itu pun dengan berbisik. Membalas pelukannya.

Lucyver melepaskan pelukannya. Mereka saling memandang lagi.

Blue Eyed Woman : "Jika kau berpikir ini adalah mimpi, maka ini adalah mimpi... Tapi jika kau berpikir ini adalah kenyataan, maka jangan pikirkan apa pun lagi... Rasakanlah dengan hatimu... Jadi, apa yang kau pikirkan?"

Tanya wanita bermata biru itu dengan lembut. Suaranya sungguh terdengar menawan bagi Lucyver.

Lucyver kembali meraih wajah itu. Ia tidak pernah sedetik pun memalingkan pandangannya.

King Lucyver : "Aku akan memilih apa yang hatiku inginkan..."

Lucyver mendekati wajahnya. Dan meraih bibir merah muda wanita itu dengan penuh cinta. Merasakan kelembutan permukaan kulit bibir yang selalu berkata lembut itu. Meraih sensasi cinta terdalam demi meluapkan kerinduan yang tidak tertahankan. Membuat alur ciuman itu semakin dalam, perlahan dan penuh kelembutan cinta, sambil mendekapkan lebih erat tubuh wanita itu ke dalam seluruh jiwanya.

Menjawab sebagian hasrat terpendamnya, bercampur dengan bermacam perasaan indah lainnya. Ciuman yang terasa sangat manis dari apa pun. Lucyver sangat menikmati sensasi manis dari bibir wanita bermata biru itu. Ia menciumnya lagi, lagi dan lagi. Tanpa jeda.

Lucyver's Voice : "Aku bisa merasakan dirimu malam itu... Meluapkan hasrat manis yang harus kutahan sendirian... Aku ingin memilikimu... Memiliki jiwa dan tubuhmu... Bersama denganmu... Menikmati semua kelembutan cinta bersama denganmu... Menatap masa depan bersama... Selamanya..."

Ciuman itu semakin membangkitkan gejolak dalam diri Lucyver. Ciuman yang saling membalas dengan gairah. Tangannya mulai memburu bagian belakang gaunnya yang terbuka. Meraih kulit lembut punggung wanita itu. Melepas tali yang mengikatnya dan membuka akses tersebut semakin terbuka lebar. Tangannya menaik, mencoba menggeser tali gaun di pundak wanita bermata biru itu. Nafasnya mereka mulai terdengar mendesah. Sambil terus melumat bibir lembut yang sekarang terasa sangat menggoda bagi Lucyver. Ia tidak ingin mengakhiri momen manis tersebut begitu saja.

Entah apa yang mulai merasukinya. Tiba-tiba, ia merasakan gigi taringnya menguat dan mulai sedikit memanjang. Melukai bibir wanita tersebut dan mengeluarkan darah. Lucyver bisa merasakan darah yang terasa manis tersebut. Yang menghentikan sejenak ciuman penuh gairah itu. Dengan nafas yang berat dan menghangat.

Lucyver melihat darah di bibir yang sudah basah itu. Lucyver mulai tertarik, tergoda dengan darah itu. Ternyata, kedua mata wanita muda itu telah berubah menjadi merah. Warna merah yang sama cantiknya. Wanita itu tersenyum manis.

Lucyver's Voice : "Baru pertama kalinya dalam hidupku... Aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri... Jadi inikah yang dinamakan cinta? Yang manusia rasakan..?"

King Lucyver : "Kau benar-benar... Jodoh Terikatku..."

Bisik Lucyver dengan nafas yang mendesah. Ia ingin mencium bagian bibir yang berdarah itu. Namun, wanita itu menghentikannya dengan kelima jarinya.

Red Eyed Woman : "Tidak sekarang... Tidak hari ini, cintaku..."

Bisik wanita bermata merah itu, lalu mencium bibir Lucyver yang ditutup kelima jarinya.

King Lucyver : "Kenapa..? Aku ingin kau menjadi milikku seorang..."

Ungkap Lucyver dengan nada yang lembut.

Red Eyed Woman : "Kita akan bertemu lagi... Tapi bukan disini..."

King Lucyver : "Kapan..?"

Red Eyed Woman : "Saat di dunia nyata... Dan saat titik balik cahaya..."

Ucap wanita bermata merah itu dengan nada lembut dan senyuman di wajahnya. Sambil menyentuh bibir Lucyver dengan satu jari.

Red Eyed Woman : "Dan di satu momen lagi... Kau akan segera tahu..."

King Lucyver : "Aku ingin segera bertemu denganmu lagi... Aku mohon, datanglah padaku..."

Ucap Lucyver sambil menyatukan dahinya ke atas dahi wanita tersebut. Dengan harapan yang besar.

Red Eyed Woman : "Waktu kita akan tiba... Tunggulah..."

Wanita bermata merah itu mengecup bibir Lucyver dengan lembut. Lucyver menutup kedua matanya dan mulai merasakan sesuatu yang membuatnya merasakan kenyamanan yang luar biasa.

Red Eyed Woman : "Sampai bertemu lagi, cintaku... Selamat tidur..."

Bisik wanita bermata merah itu di depan bibir Lucyver. Tiba-tiba, Lucyver seperti kehilangan seluruh tenaganya. Terasa sangat berat. Dan langsung tidak sadarkan diri di atas pundak wanita tersebut.

Wanita bermata merah itu menahan tubuh Lucyver, membelai lembut rambut hitam Lucyver lalu membaringkannya di atas rerumputan yang tebal.

Lucyver tertidur semakin jauh. Ia tidak bisa merasakan apa pun. Rasa nyaman telah menyelimuti seluruh jiwanya. Wanita bermata merah itu mengusap dahi Lucyver dengan lembut.

Red Eyed Woman : "Mari kita mulai lagi dari awal. Kau setuju, bukan?"

Ucap wanita bermata merah itu sambil tersenyum. Namun, cahaya matanya terlihat berbeda saat memandangi Lucyver yang tidak sadarkan diri.

Visi dalam mimpi itu pun perlahan memudar.

「 In Yuna's Bedroom 」

Hari yang masih terlihat gelap, hanya beberapa saat lagi akan memasuki waktu fajar. Yuna terbangun dari tidurnya. Lebih awal dari jam biasanya. Memandang lurus, memandangi langit-langit kamarnya. Wajahnya terlihat bingung.

Yuna : ("Apa itu mimpi..? Aku seperti baru saja melakukan sesuatu, tapi apa..?")

Yuna meraih dadanya. Mencoba merasakan detak jantungnya yang terasa berdebar lembut. Apa yang sebenarnya Yuna alami? Ia seperti baru saja mengalami sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Namun, Yuna tidak mengingat apa pun.

Lalu, Yuna mengalihkan pandangannya ke arah jendela yang tertutup tirai. Dibalik tirai itu, cahaya fajar mulai terlihat.

Yuna : ("Aku merasa... Aku akan bertemu dengan seseorang...")

Begitulah yang Yuna pikirkan setelah ia merasakan pengalaman yang tak bisa dijelaskannya.

「 In Lucyver's Private Room 」

Sementara itu, setelah matahari pagi sudah mulai menampakkan sinarnya. Menerangi seluruh negeri yang sempat tertutup malam. Memanggil semua makhluk hidup dari tidur mereka. Untuk bersiap menyambut pagi yang baru.

Lucyver terbangun. Membuka matanya dengan perlahan. Nafasnya terdengar melembut dan tenang. Untuk pertama kalinya, ia dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman sepanjang hidupnya.

Lucyver mengangkat tangannya dan memandangi ke dalam telapak tangannya yang pucat. Sorot matanya melembut. Ia mencoba untuk mengingat sesuatu, namun hal terakhir yang ia ingat adalah tentang pertemuan pertama itu. Ingatan tentang visi dan ciuman manis itu menghilang.

Tiba-tiba, pintu ganda terbuka dengan perlahan. Ternyata itu adalah Lucyanna. Dengan membawa ekspresi wajah yang lembut, memperhatikan saudaranya yang masih memandangi telapak tangannya.

Lady Lucyanna : "Kau baik-baik saja?"

Tanya Lucyanna dengan lembut. Berhasil membuat Lucyver menolehkan pandangannya meskipun masih dalam keadaan berbaring.

Kemudian, seorang pria lainnya datang dari belakang Lucyanna. Sebuah wajah pria yang memiliki kemiripan yang sama dengan Lucyver. Rambut hitam panjang yang diikat dan mata merah yang sama. Memakai jubah kerajaan yang sama. Pria ini memandang Lucyver dengan pandangan yang penuh kepedulian dibalik wajahnya yang dingin. Siapa sebenarnya pria ini?

Mereka saling memandang. Lucyver sangat mengenali sosok pria yang terlihat sangat bijaksana yang berdiri di samping Lucyanna. Bahkan sejak lama.

King Lucyver : "Ayah..?"