webnovel

bab 4

Mereka sudah berkumpul di ruang tengah, rumah ini begitu kecil hingga hanya muat tiga sampai empat orang saja. Saat masuk ke dalam kalian akan di sambut oleh ruang tengah yang di jadikan ruang makan sekaligus ruang tamu, di sebelah kanan adalah dapur dan di sebelah kiri kamar. Rumah ini hanya memiliki satu kamar. Tapi meski begitu, Zivanna merasakan kehangatan dirumah itu dibandingkan rumah nya.

Acara makan siang mereka hanya ditemani oleh keheningan. Tidak ada yang mau membuka percakapan terlebih dahulu. Mereka hanya makan bertiga, kalau kiki sedang tidur siang.

"Eum.... terimakasih tentang yang tadi, aku tidak tau kau bisa sehebat itu. Maaf kan kami jika malah membuatmu dalam masalah, seharusnya tadi kau biarkan saja kami", Si laki-laki berkacamata membuka percakapan terlebih dahulu. Seperti nya dia tidak suka dengan suasana canggung yang menghiasi ruanga itu.

"Btw, Nama ku Kenzie. Dan dia Arka", lanjut nya. Zivanna sama sekali tidak terlihat tertarik. Dia hanya menunjukkan wajah datarnya. Tapi ada sesuatu yang menggelitik hatinya, berkata mungkin ini kesempatan yang bagus untuk mendapatkan seorang teman.

"Ugh.....boleh kami tau namamu?"

"Zivanna Anastasya"

"Nama mu sungguh indah", Zivanna hanya melanjutkan acara makan mie nya dengan lahap. Maklum sudah dari pagi dia belum makan. Dia hanya akan makan kalau sudah mendapatkan uang atau mendapatkan sisa makanan dari toko tempat dia bekerja.

Mereka terlihat begitu tenang, sebelum perkataan Kenzie membuat mereka terbatuk.

"Sebelumnya aku sudah lama memperhatikan kalian berdua. Aku sangat ingin berteman dekat dengan kalian, tapi aku takut kalian malah menolakku sama seperti yang lain"

"Ewhhh...kau terdengar seperti pedofil!" Ucap Arka. Dia merinding mendengar ucapan dari laki-laki berkacamata itu.

"A-aku tidak bermaksud begitu.....hanya saja...."

"Ewhhh.....mesum!!!"

"A-aah, heii!! Aku hanya memperhatikan kalian saat disekolah, bukan saat kalian mandi atau berganti baju"

"Tapi tetap saja. Aku harap kau masih waras, kenapa sebelumnya tidak bilang padaku!"

"Sungguh itu bukan seperti yang kamu pikirkan, aku masih waras dan masih menyukai wanita"

Perdebatan mereka mengundang senyum tipis yang terukir di wajah manis Zivanna. Dia tidak memperlihatkan rasa senang nya, tapi perutnya tergelitik melihat pertengkaran kedua laki-laki dewasa itu hanya karena masalah sepele. Ini sudah begitu lama sejak Zivanna merasakan apa itu senyuman dan tawa.

"Aku hanya ingin berteman dan itulah kenapa aku memperhatikan kalian berdua. Kita menghadapi masalah yang sama, dan aku ingin kita berteman untuk menghadapi masalah itu bersama-sama", Ujarnya, tapi tetap saja Arka tidak percaya. Laki-laki berambut biru dengan lucunya terus membalas perkataan Kenzie dan berkata bahwa dia adalah pria yang mesum. Dan berkali-kali juga Kenzie mencoba menjelaskan bahwa itu tidak seperti yang dia pikirkan.

Sebenarnya Arka hanya bercanda, dia juga sudah faham. Hanya saja laki-laki berkacamata itu sangat mudah di bohongi jadi dia menganggap candaan Arka dengan serius.

"Iya-iya, aku hanya bercanda Kenzie. Aku tidak serius, kau ini tidak bisa di ajak bercanda ya"

"Ahhhh, benarkah? Aku pikir kau benar-benar tidak mengerti...."

"Pfttt....wajahmu lucu sekali, kalau saja aku rekam pasti akan sangat viral nantinya", Arka tertawa dan dibalas kekehan kecil dari Kenzie.

Mereka berdua terlihat lucu, meski sangat berisik dan terlihat menyebalkan. Arka yang konyol, dan Kenzie yang bodoh.

Mereka akan kembali melanjutkan makan, tapi tiba-tiba Kenzie berdiri. "Ayo.... kita semua menjadi teman~bukan, ayo jadi lebih dari teman!!", Ucapnya dengan semangat. Dia terlihat begitu excited dengan kata teman.

Dia kemudian menjulur kan tangan, meminta mereka berdua untuk menyambut nya dan menerima persahabatan mereka. Arka dengan semangat menarih tangan nya di atas tanga Kenzie, "ayo!! Aku yakin kita akan jadi sahabat yang dekat", Mereka berdua melirik ke arah Zivanna yang juga menatap mereka. Gadis itu kemudian berdiri, dan meletakkan tangannya di atas tanagn kedua lelaki itu.

"Baiklah", kedua lelaki itu tertawa dan tersenyum sementara si gadis yang menatap mereka dengan datar. Mereka kembali melanjutkan acara makan mereka yang tidak selesai-selesai sedari tadi. Semoga saja ini bukan langkah yang buruk bagi Zivanna dan juga mereka berdua.

∞∞∞∞∞∞∞∞∞

Arka POV.

Suara tawa memenuhi lorong sekolah. Aku yakin itu ulah para bajingan yang sedang membully murid lain. Ini sudah biasa terjadi di sekolah ini. Bahkan tidak ada yang peduli dengan mereka yang terkena serangan fisik akibat dari pembullyan itu. Aku tidak bisa bertindak apa-apa selain hanya menonton. Sakit sekali mendengar teriakan mereka yang kesakitan karena sudah terlalu sering terluka.

Mereka tidak hanya membully lewat ucapan, tapi juga secara fisik. Banyak murid yang masuk rumah sakit bahkan hampir tiada. Orang tua murid tidak bisa melakukan apapun karena mereka bukan dari golongan kaya, dan jika mereka melawan mereka akan berakhir di penjara atau malah menghilang dari dunia ini.

Aku tidak tau kenapa aku bisa mendapatkan beasiswa di sekolah neraka ini. Sekolah menengah pertama ku dulu menawarkan beberapa sekolah, tapi mereka malah mengirimkan ku ke sini bahkan tanpa ada persetujuan dariku dulu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya. Aku harus sekolah agar bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, dan membawa adikku ke tempat yang lebih baik juga.

Setelah orang tua kami meninggalkan di karena kan kecelakaan lima tahu yang lalu. Membuat kami berdua menjadi anak yatim, tidak ada yang mau menerima kami bahkan keluarga kami sekalipun. Mereka malah memperebutkan harta orang tua kami dan tidak menyisakan apapun untuk kami. Beruntung aku maish punya sedikit tabungan saat itu dan bisa membeli rumah kecil di dekat sekolah. Aku juga harus bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari.

Sesaat setelah masuk ke sekolah itu, aku tidak mendapatkan respon yang baik. Mereka yang tau aku berasal dari keluarga miskin langsung merendahkanku dan menghajarku habis-habisan. Bagi mereka tidak ada yang pantas masuk kesini selain golongan orang-orang kaya sama seperti mereka. Aku benar-benar ingin melawan orang-orang bajingan ini jika saja aku tidak mengingat beasiswa yang aku dapatkan dengan susah payah akan dicabut begitu saja kalau akau membuat masalah.

Padahal mereka yang membuat masalah, tapi kenapa aku yang harus dihukum. Beberapa bulan berlalu, dan setiap harinya aku akan pulang dengan keadaan terluka. Adikku sangat khawatir, dia selalu menangis ketika melihat ku pulang dengan darah dimana-mana. Aku harus tetap bertahan demi bisa lulus dan mendapatkan pekerjaan yang bagus. Agar adikku tidak perku lagi berpura-pura bahwa dia bahagia. Sangat sakit ketika melihat adikku menatap pada mainan yang ia inginkan, lalu berkata aku akan bisa membeli itu suatu hari nanti.

Demi bisa mewujudkan yang ia inginkan, aku bekerja paruh waktu hingga malam bahkan sampai tidak bisa istirahat dengan baik.