webnovel

Berkemah, Siapa Takut?

Mira tak bisa percaya begitu saja pada apa yang dikatakan oleh Chaca. Ketua geng para anak manja itu memang selalu mencari kesempatan untuk mengerjai Mira dan kedua sahabatnya.

"Elu pasti nggak akan bantu gue secara cuma-cuma. Iya, 'kan? Lu mau apa dari gue, heh?" tanya Mira, sinis.

Chaca tersenyum. Senyum yang sama sekali tak tampak indah di mata Mira dan kedua sahabatnya. Akan tetapi, Geng Mirasantika tetap saja menerima bantuan yang ditawarkan oleh rivalnya itu. Mereka tak memiliki pilihan lain; menerima bantuan dari Chaca, atau menerima hukuman dari Bu Ayang, sang kepala sekolah.

"Jadi, lu mau apa dari gue?" Mira kembali bertanya.

Chaca menggeleng pelan. Senyumnya berubah menjadi tawa. Tawa yang sumbang dan terdengar menyebalkan, menurut Mira.

"Gue cuma mau elu nurut sama gue selama acara perkemahan," ujar Chaca.

Mira, Santi, dan Tika saling pandang untuk yang kesekian kalinya. Meski hati menolak, akan tetapi mulut berkata 'oke' demi terhindar dari hukuman Bu Ayang, yang sudah pasti sangat menyiksa bagi Mira dan kedua sahabatnya.

Chaca lalu pergi dari pos ronda. Mira dan geng memandangi gadis yang bertubuh kerempeng tersebut dengan tatapan yang tajam, hingga dia menghilang di balik pengkolan.

"Elu nggak salah, Mir? Kalau ternyata dia cuma mau bikin kita susah, gimana?" tanya Santi, merasa khawatir.

"Iya, Mir. Kalau ternyata dia cuma mau balas dendam sama kita, dan ngerjain kita doang gimana, hayo?" timpal Tika, takut-takut.

Ketua Geng Mirasantika itu tak memungkiri, perkataan kedua sahabatnya memang ada benarnya. Akan tetapi, apa dia punya pilihan lain? Meski bisa kabur pun, suatu hari nanti pasti akan tetap dihukum oleh Bu Ayang, Kepala Sekolah yang terkenal garang dan suka menghukum para pembangkang di sekolah.

"Kita baru kelas satu, Bu Ayang masih punya banyak waktu buat hukum kita. Apalagi tugas ini perintah langsung dari dia," kata Mira sembari sesekali membuang napas dengan kasar.

"Kita akan hadapi sama-sama. Kita lihat aja, apa yang akan anak manja itu lakuin ke kita. Yang penting, kita bisa terhindar dari hukuman Bu Ayang," lanjut Mira.

Mira menepuk pelan pundak Santi dan Tika. Mereka bertiga saling pandang, lalu mengangguk secara bersamaan. Mereka telah bertekad, akan menghadapi tantangan yang baru, dan juga rencana licik dari Chaca, bersama-sama.

***

Mira, Santi, dan Tika berjalan tergesa ke kantor Bu Ayang. Sesampainya di ruangan itu, mereka bertiga langsung disambut oleh Kepala Sekolah yang tampak marah.

"Kenapa kalian nggak pakai seragam pramuka, hah? Satu jam lagi acaranya sudah dimulai, Mira!" omel Bu Ayang sambil berkacak pinggang.

Ketiga gadis itu saling sikut, kebingungan. Seharusnya, mereka tak mengenakan seragam putih abu-abu, melainkan seragam pramuka. Hal itu membuat Ibu Kepala Sekolah menjadi geram.

"Saya ... anu, Bu, rok pramukanya udah nggak muat," sahut Tika sembari menundukkan kepala.

"Kalau saya lupa, Bu, di mana nyimpen seragam pramuka," timpal Santi.

Sementara Mira tak tahu harus memberikan alasan apa. Setelah berpikir sejenak, gadis itu pun akhirnya mengaku, jika rok seragam pramukanya telah dia ubah menjadi celana pendek.

"Apa?!" pekik Bu Ayang, mendengar pengakuan dari ketiga siswinya yang suka membuat onar.

Wanita berpipi chubby itu memijit pelipisnya dengan perlahan. Kepalanya mendadak berdenyut-denyut.

Geng yang diketuai oleh Mira itu memang selalu saja membuat Bu Ayang sakit kepala.

'Apa orang tua mereka tidak memperhatikan kebutuhan anak-anak ini, tak peduli dengan apa yang telah anak mereka lakukan? Kompak sekali. Jangan-jangan, orang tua mereka juga satu geng,' pikir Bu Kepala Sekolah. Matanya terus memandangi Mira, Santi, dan Tika secara bergantian.

"Saya tahu kalian nakal. Tapi ... masa iya sampe seragam sekolah pun kalian zolimi. Apa tak cukup kalian mengerjai manusia, hah?!" Emosi Bu Ayang benar-benar sudah memuncak.

"Sudah! Kalian sekarang temui Pak Yanto. Bilang, saya yang suruh kalian minta seragam pramuka. Cepetaaan!!!"

Mira, Santi, dan Tika bergegas mengambil langkah seribu. Mereka bertiga mencari Pak Yanto sesuai dengan titah Bu Kepala Sekolah.

Setelah mendapat seragam pramuka, Mira, Santi, dan Tika kemudian segera mengganti seragam putih abu-abu dengan seragam pramuka, lantas mereka lekas menuju ke lokasi perkemahan.

Acara pembukaan baru akan dimulai saat Mira, Santi, dan Tika sampai di lokasi. Sore itu, lapangan di ujung Kampung Rawa-Rawa dipenuhi oleh para siswa dan siswi yang berseragam cokelat, lengkap dengan atributnya.

Chaca yang melihat kedatangan Mira, Santi, dan Tika, langsung melambaikan tangan, memanggil mereka untuk langsung masuk ke dalam barisan.

Wajah para personil Geng Mirasantika tampak tegang. Belum pernah mereka mengikuti acara seperti itu. Meski arogan, pembangkang, dan suka mengerjai orang, nyatanya, ketika berada di acara resmi itu, nyali mereka mendadak ciut. Wajah Mira yang biasanya garang, seketika berubah menjadi imut sebab teramat gugup. Terlebih saat melihat senyum licik Chaca yang sengaja dia perlihatkan.

'Sial! Gue nggak tahu apa rencana elu, Cha. Tapi, gue nggak akan diam kalau elu berani macam-macam,' ujar Mira, dalam hati.

Sementara itu, acara pembukaan perkemahan mulai dilaksanakan. Masing-masing pimpinan regu tampak menyiapkan pasukannya, dan susunan acara mulai dibacakan.

Acara demi acara di lalui dengan lancar. Beberapa waktu kemudian, pembukaan acara perkemahan selesai. Mira dan geng pun merasa lega. Namun, baru saja mereka bertiga hendak duduk santai dan menyelonjorkan kaki mereka yang pegal karena terlalu lama berdiri, terdengar suara dari belakang mereka yang cempreng, membuat ketiganya serempak menoleh.

"Hey, kalian. Ikut gue!" Chaca meminta ketiga gadis itu mengikutinya ke tepi lapangan.

Kalau tak ingat dengan pesan Bu Ayang tempo hari, sudah pasti Mira tak akan mau disuruh-suruh oleh pimpinan geng anak-anak manja itu.

Di tepi lapangan, Chaca memberi instruksi pada Mira, Santi, dan Tika. Gadis bertubuh kerempeng yang sudah sejak Sekolah Menengah Pertama menjadi rival Mira itu, selalu mengancam dengan menggunakan nama Bu Ayang, sang kepala sekolah.

"Mira, elu di regu satu. Santi regu dua, dan Tika regu tiga," ucap Chaca.

"Kalian yang bertanggung jawab terhadap regu-regu itu!" Gadis bertubuh kerempeng itu melanjutkan kalimatnya. Bibirnya mengulas senyum yang lebih mirip seringai.

Mira, Santi, dan Tika mengangguk tanda mengerti. Terpaksa, mereka bertiga menuruti apa pun perintah dari Chaca. Akan tetapi, tak ada yang tahu, bahwa Mira pun telah merencanakan sesuatu untuk membalas setiap perlakuan dari Chaca.

'Lu boleh merasa senang kali ini, Cha. Tapi, lu tunggu aja pembalasan dari gue untuk setiap perlakuan lu!' ancam Mira, dalam hati.

Mira telah mempersiapkan diri sejak sebelum acara perkemahan diadakan. Dia juga telah bersiap untuk menghadapi apa pun yang akan Chaca lakukan terhadap dirinya dan kedua sahabatnya.