webnovel
#ROMANCE
#R18
#FIRSTLOVE

Milly's First Love

Tidak semua kisah cinta pertama berjalan dengan indah. Millicent Jones atau yang biasa dipanggil Milly, selalu menerima perundungan semasa ia sekolah. Teman-temannya mengejek nama Jones menjadi singkatan Jomlo Ngenes. Milly benci sekali dengan sebutan itu karena seolah menjadi kutukan baginya. Hingga usianya yang menginjak tiga puluh dua tahun, ia masih saja menjomlo. Hingga suatu hari, Milly tidak menyangka bahwa ia akan bertemu lagi dengan cinta pertamanya saat masih SMP. Pria itu adalah Nicholas Adinegara. Nick adalah seorang chef seksi, tampan, dan sanggup membuat lutut Milly bergetar karena menatapnya. Seingat Milly, dulu Nick tidak setampan dan semenawan sekarang. Nick tampak begitu tampan mempesona hingga membuatnya melanggar sumpahnya dulu yang mengatakan bahwa ia tidak akan pernah jatuh cinta lagi pada pria mana pun. Semenjak pertemuan itu, mereka pun jadi semakin dekat. Cinta di antara mereka tumbuh semakin kuat. Namun, berbagai permasalahan pun terjadi. Milly harus merelakan Nick dengan wanita lain. Atau mungkin sebenarnya Nick juga harus merelakan Milly dengan pria lain? Akankah cinta pertama itu berubah menjadi cinta yang terakhir dan untuk selamanya? *** Halo My Readers! Buku ini adalah lanjutan dari buku Terima Aku Apa Adanya (21+); sudah completed. Hanya di Webnovel. Nicholas adalah adik tirinya Rissa. Di buku Milly ini yang menjadi pemeran utamanya adalah Nicholas dan Milly. Buat yang belum tahu siapa itu Rissa, bisa langsung diintip bukunya ya. Buat yg sudah baca buku TAAA terima kasih. Selamat melanjutkan kisah-kisah mereka. Silakan follow IG saya: santi_sunz9 Supaya kita bisa saling mengenal dan siapa tahu nanti saya akan membagikan gift. Salam hangat, Santi_Sunz Happy reading. 21+ KHUSUS DEWASA!! HANYA DI WEBNOVEL!!

Santi_Sunz · Urban
Not enough ratings
438 Chs
#ROMANCE
#R18
#FIRSTLOVE

344. Mengadu Pada Sang Suami

Malam itu, Helen baru saja selesai makan malam dan mandi. Terdengar suara deru mesin mobil yang berhenti di depan rumahnya. Itu pasti Efran. Helen menatap jam dinding, waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia mendesah karena Efran pulang terlambat.

Helen sudah hampir tertidur karena menunggu Efran pulang. Ia mengambil lotion dan mengoleskan pahanya yang memerah karena tersiram kuah panas. Dalam hatinya ia masih menuduh Fenita yang sengaja memberikan salep yang salah sehingga kulitnya jadi meradang.

Rencananya, besok ia baru akan pergi ke dokter kulit untuk mengobati pahanya yang terluka. Helen kesal setengah mati. Selama ini ia selalu menjaga kulitnya agar selalu terlihat mulus. Fenita malah sengaja membuat kulitnya jadi rusak.

Ia akan merengek-rengek pada Efran untuk meminta pertanggung jawaban. Ia mendengar suara langkah kaki Efran yang mendekati kamar. Kemudian pintu itu terbuka.