Restoran San Carlo Imperia
"Masuklah Gretta!"
Deg!
Ucapan dari seorang pria dengan nada barithone itu, membuat Gretta yang masih berdiri di luar ruangan tersentak kaget. Ia menatap ke dalam, tepatnya ke arah dua wanita yang salah satunya menatap tajam, seakan mengirim kode ancaman untuknya.
Gluek!
Saliva diteguk kasar olehnya.
Gretta memang berani melawan sang ibu, namun neneknya bukan orang yang pas untuk dilawan olehnya, seorang gadis yang masih memakai uang dan segala macam fasilitas milik sepuh Grisnon tersebut.
Dengan hati berdebar, Gretta memasuki ruang makan itu dan berusaha agar wajahnya tetap terlihat biasa saja.
Mengabaikan kakinya yang gemetar, Gretta dibantu seorang pelayan duduk di samping ibunya dan berhadapan dengan sang pria yang ia rasa adalah calon suami pilihan sang nenek.
Sungguh, meskipun pria di sampingnya ini pria tampan dengan garis rahang tegas. Namun, mengingat usianya yang masih belasan dan pria di depannya yang puluhan, membuatnya kembali ingin menitikkan air mata memikirkan nasib kehidupannya.
"Jadi, ini yang namanya Gretta? Sungguh cantik," ujar si pria dengan pujian serta senyum memikat.
Kamu bahkan pantasnya menjadi ayahku, jerit Gretta dalam hati.
Ia ingin mengutuk dengan sumpah serapah, namun sayang hanya hatinya yang dapat melakukan itu.
"Iya, ini kebanggaan kami. Gretta perkenalankan dirimu kepada Tuan Adrean," sahut Karina memerintah.
Netra tajam huzel sepuh Grinson ini menatap tajam sang cucu, memerintah tanpa kata yang segera dimengerti oleh Gretta yang menundukkan wajah sejenak, sebelum akhirnya menatap lurus dan si pria yang tersenyum ke arahnya.
Senyum yang sangat menjijikan bagi Gretta, yang sudah mengepalkan tangannya menjaga agar raut wajahnya tetap biasa.
Aku harap ada sebuah blackhole membawamu pergi, Tuan, pinta Gretta sebelum memperkenalkan diri dan menghela napas diam-diam.
"Gretta Fernanda Wayne-
"Gretta Fernanda Grinson, Tuan Adrean. Cucuku sepertinya kelelahan sehabis kuliah dan melakukan kegiatan lainnya."
Karina dengan cepat menyela apa yang ingin diucapkan oleh sang cucu, ia diam-diam menendang kaki Gretta yang berhadapan dengannya. Sedangkan sang Tuan yang dipanggil Adrean ini mengangguk kecil dan mengulurkan tangannya, meminta tanpa kata agar Gretta menyambut uluran tangannya.
Dengan terpaksa, Gretta mengulurkan tangan mulusnya yang segera disambut oleh Adrean dan sebuah bibir menempel di punggung tangan Gretta yang menahan diri agar tidak berjenggit.
Cup!
"Perkenalkan, saya Adrean Waslee. Salam kenal, Gretta dan kapan-kapan kita akan jalan untuk perkenalan," ucap Adrean menatap Gretta penuh minat.
Gretta segera menarik kembali tangannya dan menjaga agar air wajahnya tidak meringis jijik dengan dirinya sendiri.
Apakah dirinya sedang dijadikan sebuah jaminan agar kekayaan keluarga Grinson semakin bertambah dan tetap berada di kasta tertinggi?
Gretta meremas tangannya yang tersembunyi di balik meja, sedangkan tangan bekas stempel bibir pria di depannya sengaja ia letakan di atas meja.
Tuhan, bunuh aku saja, batin Gretta frustasi.
Adrean berusaha tidak menampilkan ekspresi berarti, saat melihat ekspresi masam gadis muda di depannya, gadis dengan kulit halus saat ia mengecup punggung tangan itu.
Wanita sempurna, dia benar-benar sempurna, pikir Adrean dengan senyum senang saat bayangkan indah main di pikirannya.
"Benar itu, kalian harus menghabiskan waktu sebelum pernikahan. Anggap saja pengenalan diri dan semakin membuat akrab, iya kan?" sahut Karina mengambil alih saat sang cucu hanya diam tidak menangggapi apa yang dikatakan Adrean.
Cucunya harus bisa mendapatkan kesempatan emas ini, menikah dengan keluarga Waylee itu akan semakin mengokohkan tittle di belakang nama mereka.
"Betul sekali. Bila perlu saya akan membawa Gretta mengelilingi dunia ini," tukas Adrean tersenyum senang "Ah! Sebaiknya kita memulai makan kita, saya rasa Gretta pun sudah lapar," lanjutnya seraya memanggil pelayan yang segera menghampiri.
Keluarga Grinson dan Waylee pun memulai acara makan siang mereka, memilih menu sesuai selera masing-masing dan juga sebuah wine Terrazas des los Andes dari Argentina pilihan Adrean.
Sambil menunggu makanan datang, Gretta tak henti merapalkan kalimat sabar dalam hati, kala telinganya mendengar obrolan sang nenek dan pria yang akan menjadi suaminya. Sedangkan sang ibu yang duduk di sampingnya hanya diam, menatap datar sama sepertinya dirinya yang menatap tanpa ekspresi sekitar.
Gretta berusaha tidak memikirkan perutnya yang bergejolak ingin mengeluarkan isinya. Apalagi saat ia mendengar pria di depannya sudah mulai merencanakan hidup dengan banyak keturunan.
Hingga akhirnya aroma makanan tercium dan dua orang yang berbincang di depannya berhenti. Keduanya juga duduk benar sambil menegakan punggungnya, serta kembali memasang wajah berwibawa, menurut mereka berdua pula.
"Makan apapun yang kamu ingin kan, Gretta. Jika kamu menjadi istriku, apapun itu akan menjadi milikmu," ucap Adrean seraya mengambil alat makan yang tertata rapih di samping kiri-kanan piringnya.
"Tuan Adrean akan semakin membuat keluarga kita jaya. Beruntungnya cucukku, Gretta," tukas Karina.
Jika boleh memilih lebih baik aku memilih tidak dilahirkan di keluarga ini, pinta Gretta dalam diamnya.
Setelahnya, mereka makan dengan tenang mengikuti adab sopan santun. Bahkan, suara alat makan yang beradu pun tidak terdengar hingga akhirnya acara makan pun selesai.
Gretta tidak menghabiskan makanan yang dipesannya. Ia meletakan alat makannya di atas piring dan mengelap sudut bibirnya dengan gerakan anggun, setelah meminum air putih yang ada di samping kirinya.
Seorang pelayan mengambil piring di hadapan mereka, kemudian berganti dengan dessert berupa potongan buah dengan bentuk cantik. Sedangkan Adrean, ia menikmati wine yang dipesannya dan menuangkan sendiri ke gelas yang disediakan.
Gelas yang berisi setengah wine itu ia ulurkan terlebih dulu untuk Gretta, yang menerimanya tanpa kata setelah merasa ciut di bawah tatapan intimidasi sang nenek.
"Kamu harus mencobanya, rasanya sungguh nikmat setelah memakan daging," ujar Adrena menjelaskan dengan bangga pengetahuannya.
Gretta yang menerima sama sekali tidak bersuara, hanya menuruti perintah si pria yang menatapnya dalam. Ia mulai mengangkat gelas itu, memegangnya di bagian kaki dan mulai menggoyang pelan si gelas hingga wine ikut berputar karena gerakannya.
Senyum Adrean semakin lebar, kala melihat betapa berkelasnya seorang nona muda Grinson dalam memperlakukan sebuah wine. Ia ikut menelan saliva saat bibir ranum gadis muda di depannya menempel di bibir gelas dan bagaimana leher jenjang itu menelan pelan minuman yang dituangnya.
Dia sangat sempurna dan yang penting masih terjaga kesuciannya, pikir Adrean senang.
Ia sangat menyukai gadis murni seperti Gretta, beda dengan wanita yang sudah tidak memiliki kesucian lagi.
Di saksikan seorang ibu, juga neneknya Gretta merasa seperti layaknya wanita tanpa nyawa saat ia meletakan gelas tanpa ucapan sedikit pun. Tapi tetap saja, baik Karina maupun Esmeriana tidak ada yang peduli, saat Adrean tertawa melihat Gretta berikut pujiannya.
"Gadis pintar, saya sangat menyukaimu!"
"Saya ke belakang sebentar."
"Silakan, Greta."
"Jangan lama-lama."
"…"
Bersambung