40 Ya, Mika Merindukan Doni

"Mik, aku lagi naksir seseorang nih," kata Helen dengan mencondongkan badannya ke arahku.

"Hm. Siapa? Wot.. Arya lagi.."

"Noo.. Mika.. Kok Arya lagi sih."

"Haha.. kali aja mo balikan."

"Bukaannn ihhh..."

"Siapaaa sih, ha?"

"Dia gak jauh dari kita.."

"Oya? Siapa emang?"

Mataku membelalak seketika, mendengar pengakuan Helen. Ku letakkan buku tata negara yang sedari tadi ku baca. Kulipat tanganku, bersiap mendengar Helen sepenuh hati.

"Ketua kelassss.. duuu, tambah lama tambah cakep dehh.."

"Hasss! Gak menariik! Ketua kelas kutu buku gitu kok kamu demen sih."

"Yeee.. namanya suka tuh, gak bisa milih kutu buku atau kutu busuk, haha..."

"Mendingan, kamu balikan noh, sama Arya."

"Gak! Gak bakalan!"

"Haha.. ya terus cara kamu pedekate ke dia gimana. Anak rajin gitu, gak bakalan mau dia pacaran."

"Bantuuinn, Mik.." Helen merajuk manja.

"Bantuin gimana. Aku bisa apa?"

"Mik, tanyain pacarmu dong. Mas Doni kan sekelas sama kakak dia. Pasti tau alamat rumahnya."

"Ooh, kamu mau ke rumahnya?"

"Iyah, sok-sokan nganterin kue ato makanan apalah gitu."

"Hm.."

"Kok, hmm doang sih.."

"Yaaa gimana yaa.."

"Mikaaa ih pelit sumpah!"

"Gimana ya, Len.. mm.."

"Banyak mikir ah!"

"Len.. aku tuh.."

Ku hela nafas panjang. Selama ini teman-teman bahkan tak tahu bagaimana hubunganku dengan Mas Doni. Mereka pun tak pernah bertanya apapun padaku.

"Len.. aku sama Mas Doni kan udah putus lama."

"Wow! Damn! Aku gak tau, sorii, Mik!"

"Hehe.. its OK. Jadi kali ini aku gak bisa bantuin kamu. Aku yang sorry, ya."

"Mik, kalo kamu butuh cerita, cerita aja ke aku."

Raut muka Helen memelas dan nampak simpati yang dalam atas apa yang ku katakan.

"Ya, mungkin kalo aku kangen dia, aku bakalan curhat ke kamu. Haha.."

***

BANDUNG

Doni memandangi layar ponselnya. Ratusan kali, atau bahkan ribuan kali, dia menekan tuts keypad ponselnya. Hatinya dipenuhi rindu hanya pada Mika. Foto-foto Mika di menu Photos ponselnya belum cukup sebagai pengganti sosok Mika yang sebenarnya.

Tak ada keberanian dalam dirinya untuk menghubungi Mika. Tengah malam, pukul 11 atau 12 malam, dia sering melakukan panggilan ke telepon rumah Mika. Hanya sekali nada dering terdengar, nyalinya ciut lagi, dan ditekannya tombol merah di ponselnya.

Kring..

Mika segera mengangkat telepon rumahnya.

Tut.. Tuut.. Tuuuttt...

Terputus.

Selalu hanya sekali dering, dan terputus.

Apakah itu sinyal dari Doni yang merindukannya, batin Mika.

Teman Doni selama di Bandung hanyalah Vivi. Perempuan genit yang dibenci oleh Mika. Perempuan yang selalu mencari cara untuk memisahkan Doni dan Mika. Tahun lalu, usahanya cukup berhasil membuat Mika dan Doni terlibat keributan. Namun tak lama, mereka telah berbaikan kembali.

Kali ini, Vivi memiliki lebih banyak waktu dengan Doni. Dengan manja, Vivi selalu bergelayut mesra di lengan Doni seperti sebelumnya. Dia selalu meminta ditemani oleh Doni, kemanapun dia ingin pergi. Beberapa kali Doni menolak, tapi Vivi selalu mengancam, akan menyebarkan foto saat Mika dan Doni berciuman.

Sebenarnya itu hanya gertakan dari Vivi, karena dia tidak benar-benar menyimpan foto Doni dan Mika. Jangankan foto mereka sedang berciuman, foto Doni yang duduk berdua dengan Mika dalam pose biasapun, Vivi tidak memilikinya.

Vivi selalu mengakui Doni sebagai kekasihnya di hadapan teman-teman kampus Vivi. Doni hanya diam karena ancaman Vivi begitu kuat. Dia hanya ingin melindungi Mika meski jauh. Setidaknya hanya itu yang dapat dia lakukan saat ini.

Beberapa kali Doni pulang ke Amerta, ingin bertemu dengan Mika. Namun Vivi selalu memperingatkan tentang ancamannya. Doni sungguh tak dapat berkutik. Inikah karmanya karena pernah berbuat tak terpuji pada Arya.

"Doniii.. kamu dimana? Aku ke kosan mu, kok sepi?"

"Aku sudah di rumah. Ada apa?"

"Oh, pulang lagi ke Amerta? Ngapain sih.. Suka banget ninggalin aku."

"Bukan urusanmu!"

"Mau ketemu Mika? Come on, Mika pasti udah jadian sama si anak ganteng itu.."

"Diam kamu!"

"Jangan lupa ya Don.. aku pegang kartu as kalian! Jadi Mika..."

Brak!

Doni melempar ponselnya begitu saja. Sejujurnya dia muak dengan ancaman Vivi, tapi dia tak dapat berbuat apa-apa mengingat posisi Mika juga sedang terancam. Bahkan jika dia berbicara dengan jujur pada Mika, pasti Mika tak dapat serta merta mempercayainya. Doni telah terlalu banyak menyakiti hati Mika.

***

Tuutt..

"Halo, dengan Mbak Angel?"

"Ya? Siapa? Ooh bentar.. ini Mika bukan?"

"Ah, iya benar Mbak, aku Mika."

"Iya sayang, ada yang bisa aku bantu?"

"Mbak Angel apakabar? Lagi dimana sekarang?"

"Baik, sayang. Aku di Jakarta. Kamu apakabar, cantik?"

"Baik, Mbak. Hehe.."

"Hei. Ada apa telpon aku? Butuh sesuatu?"

"Oh, haha.. maaf kalo ganggu, Mbak sebelumnya."

"Santaaiii.. kita kan juga lama gak ngobrol."

"Mbak.. "

"Napa? Masalah sama Doni yaa?"

"Hehe.. udah tau aja, Mbak Angel, aku jadi gak enak ati nih."

"Sayang, aku udah lama gak berkabar sama Doni. Emang ada apa ya?"

"Oh, mm.. aku bingung mau ngomong apa, Mbak."

"Terakhir aku denger kabar, apa bukannya Doni lagi deket sama Vivi? Tapi ga tau ya, mereka jadian atau enggak."

"Begitu ya.. mm.."

"Kamu gak kontak Doni langsung aja?"

"Mm.. enggak Mbak. Gak berani."

"Emang ada yang belum selesai sama Doni, ya? Penting kah?"

"Cuma pingin tau kabar dia, itu aja sih, Mbak."

"Aah, nanti aku sampein kalo dia lagi online facebook ya."

"Kalo soal Vivi? Mbak Angel tau sejauh apa mereka?"

"Aku ga tau, cantik. Aku juga gak enak kalo tiba-tiba nanyain itu. But, nanti aku iseng tanya ya..."

"Tapi jangan sebut nama Mika ya, Mbak."

"Haha.. beres.. nanti kalo ada info, aku kabarin kamu."

***

Angel adalah sahabat perempuan Doni. Dia kini berkuliah di Jakarta. Namun karena masing-masing sibuk dengan pendidikannya, baik Angel ataupun Doni, telah lama hilang kontak. Setelah mendapat panggilan dari Mika, Angel segera menghubungi Doni.

"Heh, dimana lo?"

"Di rumah lah, napa Ngel?"

"Gila ya lo. Jahat bener sama Mika!"

"He maksudnya apa, tiba-tiba ngomel gak jelas."

"Lo sebenarnya jadian sama Vivi gak sih?"

"Kenapa sih, Ngel?"

"Mika nyariin lo, tau. Dia baru aja telpon gue, nanyain elo!"

"Huh. Ya terus gimana. Dia not responding. Aku udah niat baikan sama dia dari lama."

"Kayaknya kalian ini miskom deh, aduuhh.."

"Miskom bagaimana?"

"Coba lo ajak ketemuan Mika, lo cerita semuanya, trus ajak balikan. Lo masih sayang Mika, kan?"

"Nih anak, baru muncul, langsung nyerocos panjang aja kayak kereta!"

"Sialan lo! Gue telpon lo, gara-gara Mika. Tuh cewek baik, ngapain juga lo putusin. Lo ada affair ya sama Vivi?"

"Hah! Gosip darimana. Enggak. Aku jomblo aja sekarang."

"Dih. Trus kenapa gak baikan aja sama Mika? Minimal minta maaf kek.."

"Ya dia ngehindar mlu, Ngel. Aku juga sibuk, kamu pikir jurusanku ini jurusan gampang, apa?"

"Bodo amatlah, kasian Mika. Kalo gak mentok kangen sama elo, gak bakalan dia telpon gue tadi. Tega lu, Don."

Tit. Telepon terputus.

Doni berpikir keras tentang ucapan Angel. Apa benar, Mika mengharapkan kehadiran dirinya? Lalu, kenapa Mika selalu menghindar dari tatapan mata Doni di saat kemarin berjumpa dengan dirinya? Mengapa Mika bersikap sinis saat dia mengantar Leo pulang? Dan yang terakhir, mengapa Mika meninggalkannya saat konser Lala Festival? Apakah Mika mengetahui rumor yang disebarkan oleh Vivi?

***

avataravatar
Next chapter