Beberapa hari kemudian di Amerta. Mika dan Papanya sedang duduk berdua di depan TV. Mika baru saja datang setelah berkunjung dari rumah June, sahabat SMA-nya, hingga kemudian Papa memanggilnya mendekat.
"Akhir-akhir ini, Papa jarang liat Doni mampir. Apa ada masalah?"
"Kurang tahu, Pa." Mika tak menoleh, dia terus membolak balikkan majalah lama yang dibacanya.
"Bukannya kalian pacaran? Papa tahu itu."
"Mm.. Mm.. Iya Pa."
"Papa sudah pernah menegur Mika ya. Jangan terlalu serius dengan laki-laki. Belajar diutamakan. Begini jadinya.."
"Begini jadinya.. apa Pa? Nilai KRS Mika bagus. Gak ada yang dapat C bahkan."
"Papa tahu. Kamu smart. Tapi kamu jadi pemurung hanya gara-gara soal laki-laki."
"Mika biasa aja, Pa. Mika cuma.."
"Kamu kan anak Papa. Jelas Papa bisa menangkap suasana hatimu."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com