21 Bandung (short story part 2)

Naas bagi Doni, tak menemukan kesempatan untuk mengisi daya ponselnya. Rasa bersalah terus menggelanyuti pikirannya. Dia merasa perlu melindungi Mika dari ancaman luar, namun justru dirinya sendiri merupakan ancaman terbesar Mika. Kenapa dia selalu mengira hubungannya dengan Mika akan baik-baik saja tanpa dia tahu bahwa sebenarnya Mika menyembunyikan sesuatu. Doni mengira, selama ini keresahan Mika hanya bersumber pada Rio, mantannya. Tapi justru keberadaannya menambah keresahan baru bagi Mika.

Mungkin Vivi mengada-ada. Mungkin Vivi mengarang cerita, mengatur skenario untuk menyudutkan Mika. Skenario itu belum selesai dia ketahui, karena masih tersisa satu hari lagi bersama Vivi. Dari lubuk hati terdalam Doni, pastilah semua itu bukan skenario. Semua itu benar adanya.

Mika dan June mulai jarang makan di kantin bersama. Begitu pula dengan Al dan Yohan, tak pernah nampak jalan beriringan dengan Mika semenjak Boy nyaris menghakimi Yohan secara sepihak. Mika pun tak pernah bercerita tentang para sahabatnya itu lagi. Hubungan Mika dan sahabatnya kian merenggang, padahal mereka berteman sejak Junior High School. Lalu bagaimana pula hubungan Mika dengan teman-teman kelas lainnya. Selama Doni tak dapat mengantarnya pulang sekolah, bagaimana Mika dapat sampai rumahnya.

Perasaan bersalah semakin dalam menggerogoti hatinya. Sebelum berhubungan dengan Doni, bahkan jauh sebelum mengenal Doni, bagaimana keseharian Mika di sekolah. Doni tak pernah memikirkan tentang hal itu sebelumnya.

Mereka menikmati momen dengan saling bercerita tentang musik, tentang makanan, tentang planning masa depan, tentang apapun, tapi bukan tentang teman atau keluarga. Doni mengenal Mika dari apa yang Mika sampaikan, dan tentu saja itu tidak dapat dijadikan tolok ukur bahwa Doni telah mengenal Mika luar dalam. Nyatanya perkara dengan teman-teman Mika, Doni baru saja mengetahuinya dari orang lain.

Tak banyak yang Doni ketahui tentang Mika. Itu fakta yang dipegang Doni sekarang. Sebelumnya dia merasa begitu powerful karena terus membersamai Mika. Dan kini dia menyadari kekeliruannya.

Jika karena dirinya, Mika harus kehilangan kesempatan bersama teman-temannya, maka dengan berat hati, Doni merasa harus mengalah. Meski dia termasuk dalam anggota genk yang penuh kontroversi di sekolah, tapi Doni memiliki sisi lain sebagai seorang laki-laki yang baik. Dan terhadap Mika, dia tak ingin kekasihnya itu tersakiti lebih jauh. Langkahnya di Smasa Amerta masih panjang, sedangkan dia hendak pergi melanjutkan pendidikannya. Tentu kelak Mika akan lebih banyak membutuhkan teman-temannya dibandingkan Doni.

***

Pukul 7 malam, Doni tiba di sebuah rumah pondokan sederhana dengan halaman yang luas. Terdapat beberapa kamar yang tampaknya sudah berpenghuni, masing-masing lampunya menyala dan pintunya tertutup. Tak ada yang menyambutnya di luar, hingga dia memutuskan masuk menuju ruang tamu dengan langkah perlahan.

"Siapa ya? Dari Amerta?" Sapa seorang ibu tua memakai kerudung panjang yang tiba-tiba keluar dari suatu ruangan tanpa pintu.

Doni mengangguk. Diturunkannya tas ransel dan diletakkan di lantai. Doni memperkenalkan dirinya dengan sedikit anggukan kepala, "Saya, Doni, Bu. Sudah pesan kamar, minggu lalu by phone."

"Ohh iya betul.. Doni Amerta ya. Masuk lurus aja. Mentok di ujung itu kamarmu."

"Baik terima kasih, Bu." Sekali lagi Doni mengangguk dan berjalan menuju kamarnya.

"Maaf, nak. Hanya itu yang tersisa. Semua sudah full. Dan.. ibu belum sempat panggil tukang listrik untuk memperbaiki colokan listriknya."

"Oh, gak papa bu. Saya hanya semalam.. jadi mungkin tidak butuh..."

Doni tak melanjutkan ucapannya. Suaranya tercekat. Colokan di kamarnya mati, itu artinya dia tidak dapat mengisi daya ponselnya.

"Bu, saya harus charge HP. Dimana yang bisa ya?" Doni melanjutkan bicaranya.

"Disitu, bisa," jawab Sang Ibu seraya menunjuk ke arah salah satu sisi dinding ruang tamu.

Doni tak segera memasuki kamarnya. Tergesa dia menghubungkan kabel charge dengan ponselnya. Kemudian dia duduk menyandarkan kepala dan melepas jaketnya. Sejenak dia terlelap di kursi dengan memegang HP di atas pangkuannya.

***

1 Message Received

17.15

SAYANG UDAH NYAMPE? JANGAN LUPA MAEM, YA. TAKE CARE LUV.

[MIKA SAYANG]

***

Terbangun pukul 10 malam, Doni mengerjapkan matanya dan mendapati pesan dari Mika. Baterai ponselnya terisi penuh. Bergegas dia menuju kamar dan karena sangat lelah, Doni hanya sanggup membalas singkat pesan tersebut.

I MISS YOU

-Message Sent-

***

Doni berjalan kaki memasuki area kampus Unpad. Dia membayangkan dirinya beberapa bulan lagi akan berada disana sebagai seorang Mahasiswa. Kampus yang dia impikan sejak dulu. Doni selalu terobsesi agar dapat menjadi lulusan terbaik dari jurusan Teknik Informatika.

Dikerjakannya lembar demi lembar soal ujian di hadapannya. Tak nampak rona kebingungan atau kesulitan saat mengerjakan. Doni tampil begitu tenang. Waktu ujian terbagi menjadi dua sesi, dan tiap sesi terdiri atas 90 menit.

Menjelang sesi kedua, Doni berjalan-jalan sebentar menyusuri sekitar taman Unpad. Begitu asri, banyak pohon, begitu tentram. Hembusan angin yang sejuk, dari kota dingin Bandung, membulatkan lamunan Doni saat mengenakan almamater Unpad nantinya.

Tak ada seorangpun yang mengenal Doni. Sesekali dia hanya disapa oleh orang yang berlalu lalang di dekatnya. Sendirian disana, Doni merasa begitu kecil. Tidak ada Doni yang suka berbuat seenaknya ketika di sekolah. Tidak ada Doni yang suka main hakim dengan teman-teman genk nya. Dia akan menjadi pribadi yang baru dengan identitas baru.

Dilihatnya dari kejauhan Vivi tengah berbincang dengan beberapa orang, mungkin teman barunya. Vivi memang mampu membuat orang lain mudah tertarik dengan dirinya. Vivi memiliki kepribadian yang ramah, manja, cenderung centil dan cara berpakaiannya yang begitu girly.

Namun semua pesona yang ada dalam diri Vivi tak mampu membuat Doni tertarik. Kini hanya ada Mika dan selalu Mika yang berputar-putar dalam pikirannya. Tak dapat Doni bayangkan bagaimana nanti jika dirinya benar-benar harus berpisah dengan Mika untuk melanjutkan study-nya di Bandung. Mentalnya kembali lemah.

***

"Vi.. mau anterin jalan-jalan bentar?" tanya Doni pada Vivi seusai tes tulis berakhir. Mereka sepakat bertemu di taman dekat Fakultas MIPA.

"Kemana emang, Don?"

"Mm.. gimana kalo kita ke Dago.."

"Ayo deh, traktirin aku makan sekalian ya.."

"Tapi bukan kencan lho ya. Aku cuma mau beli oleh-oleh buat Mika."

***

Iya, bukan kencan. Tapi ternyata Vivi telah menyusun rencana untuk beraksi di Dago.

***

avataravatar
Next chapter