webnovel

01.

Pagi yang cerah menyapa hangat kulit seorang perempuan yang sedang berjalan di bawah indahnya langit. Berbeda dengan langit yang tersenyum hari ini, suasana hati perempuan ini jauh dari kata tersenyum.

Setelah beberapa tahun lalu, kejadian itu yang membuat sifat perempuan ini menjadi berubah.

Ceria berubah sedih

Senyum berubah tangis

Hangat berubah dingin.

Binar. Binar Fera Nugraha seorang perempuan berumur 20 tahun berhati dingin, cuek, acuh, tak pernah peduli dengan sekitar. Seorang mahasiswi jurusan sastra di salah satu Universitas di kota ini.

Binar berjalan menelusuri jalanan kota, hingga langkahnya terhenti di sebuah taman yang sering Binar datangi. Binar duduk di ayunan sembari melihat pemandangan kota yang indah, termenung dan menangis.

" Haaahh " Binar mengela napas panjang.

"... Payah, masih saja teringat kejadian itu " Ucapnya sembari menangis.

Udara semakin menghangat tapi hati Binar tetap membeku mengingat kembali kejadian yang membuatnya seperti ini. Binar tau keluarganya takkan pernah kembali seperti semula, tapi setidaknya Binar masih butuh peran orang tua dalam hidupnya.

Perlahan Binar bangkit lalu berjalan pulang, karena dia tau tak ada gunanya juga menangisi orang-orang yang sudah tidak lagi mempedulikannya, bahkan untuk sekedar mengetahui Binar masih bernapas pun mereka tak peduli.

Brakkkk

" Aduh, bisa jalan ga sih? " ucap Binar dingin.

" Maaf.. maaf saya tidak sengaja " sahut lelaki itu sambil mencari tongkatnya yang terjatuh karena tertabrak Binar.

Binar menaikan kedua alisnya terkejut bahwa orang yang ia tabrak buta. Perlahan hati Binar tergerak untuk menolong lelaki buta itu.

" Ini tongkatmu " memberi tongkat lelaki itu, tetap dengan nada datarnya.

" Ahh, terima kasih. "

" Kenapa berjalan sendiri? Dimana temanmu? Atau kekasihmu? " ucap Binar penuh dengan pertanyaan baru kali ini Binar peduli dengan seseorang entah karena dia buta atau memang ingin membantu. Entahlah hanya Binar dan Tuhannya yang tahu.

" Aku ingin membeli makanan untuk adikku yang sedang sakit di panti " katanya sambil tersenyum. Hati Binar menghangat melihat senyum lelaki itu.

" Dimana? Biar kuantar kau " Binar benar-benar ingin membantu lelaki itu. Ia memang acuh dengan keadaan sekitar tapi oh ayolah Binar tak sejahat itu sampai membiarkan orang yang notabennya ' butuh bantuan ' ia tinggalkan begitu saja terlebih Binar merasa bersalah karena telah menabraknya.

" Ahh, tak perlu aku bisa sendiri. "

" Aku tak suka penolakan " ucap Binar datar.

" Baiklah, terima kasih " lagi-lagi lelaki itu tersenyum.

' tak perlu senyum, kau membuatku berdebar..

ah Binar apa yang kau pikirkan? ' -Binar.