"Yushen, aku ingin pamit. Aku akan pergi ke daerah Guangzhou untuk beberapa minggu. Gallery tempatku bekerja mengadakan wokshop sambil mencari benda seni tinggalan Dynasty Han. Jaga kesehatanmu dan jangan terlalu merindukan aku, Yushen!"
"Kenapa mendadak sekali, Xiao Shu?"
"Hanya untuk beberapa minggu saja, Yushen. Aku juga akan sering menelponmu. Aku sangat menyayangimu, Yushen."
Ucapan-ucapan Zhi Shu kembali terngiang-ngiang dalam telinga Yushen. Senyuman manis Zhi Shu juga berkelebatan dalam ingatannya.
Beberapa Minggu apanya? Ini bahkan sudah lebih dari 5 bulan. Namun, Zhi Shu tak pernah kembali menemuinya. Entah di mana saat ini ia berada.
Sebuah panggilan masuk pada ponsel Yushen. Ia menjawabnya dengan malas.
"Ada apa?"
"Zhang Shaoye, aku mengirimkan artikel mengenai Wu Zhi Shu. Mohon bukalah!"
Zhang Yushen meletakkan ponsel dan mulai menyalakan laptopnya. Ia membuka e-mail yang baru saja dikirim oleh kaki tangan kepercayaannya.
Dalam artikel itu tertulis judul 'Beberapa Warga Menghilang Misterius di Lembah Heizhugou'. Setelah menggulir artikel itu ke bawah, ada data-data warga yang hilang itu. Salah satunya adalah Wu Zhi Shu. Gadis berusia 25 tahun berkebangsaan Tiongkok.
Tangan Yushen terkepal erat. Matanya nyalang menatap luar jendela.
"Tunggulah aku, Xiao Shu! Aku akan segera menemukanmu!" Yushen bermonolog.
***
Zhang Yushen kini mengemasi beberapa pakaiannya, memasukkan ke koper besar. Tuan Zhang memerintahkannya untuk pergi ke Guangzhou, mengurus perusahaan cabang di sana. Ini kesempatan yang baik juga untuk mencari keberadaan kekasihnya, Wu Zhi Shu.
Zhi Shu yang selalu Yushen inginkan. Zhi Shu yang menjadi sandaran Yushen selama ini, dan Zhi Shu juga yang merubah total kepribadian Yushen.
Yushen yang dulunya dingin, kejam, arogan menjadi sosok Yushen yang baik kepada semua orang, terutama pada Sifeng, adiknya.
Sebenarnya, Yushen dan Sifeng tidak tumbuh secara bersama. Bahkan, Yushen mengetahui jika Sifeng adalah adik kandungnya, baru beberapa bulan yang lalu.
"Hey, Zhang Yushen! Mau kemana kau, huh?" Suara pria di ambang pintu.
"Hentikan, Sifeng! Jangan memanggilku dengan nama itu! Namaku hanya Yushen bukan Zhang Yushen!"
"Ayolah, kau ini pewaris Zhang Group. Kenapa tidak ingin memakai nama keluargamu, eum? Memangnya aku yang bahkan tidak tau identitasku sebenarnya," wajah Sifeng tertunduk.
"Mungkinkah kau anak sopir ayah, Sifeng?" Yushen mencoba menggoda.
"Ah lupakanlah, pada saatnya aku akan mengetahui identitasku sebenarnya."
Yushen berusaha menahan tawa.
"Terserah padamulah! Dan mengenai nama, Xiao Yushen adalah nama yang kupilih saat keluargaku sendiri membuangku."
"Maafkan aku, ini semua terjadi karena kehadiranku."
"Sudah lupakan! Lalu kenapa kau kemari, huh?"
"Yushen, aku mendengar kau ditugaskan ke Guangzhou, benar?"
"Iya, lalu?" Yushen menatap Sifeng curiga.
"Aku ingin ikut bersamamu. Aku sudah minta izin ayah. Aku juga sudah menyerahkan tanggung jawab Robort Theme Park ke Manager Huo. Jadi, boleh ya?"
"Kau sudah merencanakan ini semua, heh?"
"Oh ayolah, Yushen! Sekali saja, kumohon! Mungkin saja aku menemukan keluargaku di sana."
"Xiao Feng! Sekali lagi kau berkata seperti itu, aku tidak segan mencekikmu!"
"Hahaha, lakukan saja, Yushen! Kau berakting keren saat ini!"
Yushen terdiam sejenak. Terkadang, Yushen begitu geram dengan rengekan-rengekan Sifeng. Entah kenapa, anak itu masih tidak percaya kalau Sifeng keturunan keluarga Zhang.
"Jadi, apa aku boleh ikut?"
"Tapi jawab dulu, kenapa kau tak percaya kau putra ayah, heum?"
"Ayolah, Yushen! Kau tau sendirilah, otakku tak secerdas Tuan Zhang, dan wajahku tak setampan dirimu. Mana mungkin aku bagian dari kalian, heh?"
Yushen tercengang, jawaban apa itu Sifeng? Apa hanya karena itu? Entah sebenarnya Sifeng ini lugu atau bodoh? pikir Yushen.
"Tapi ada satu yang kau tak menyadarinya, Sifeng. Kau mewarisi sifat playboy Ayah."
"Buwahahaha, bukankah kau juga mewarisinya, Yushen?"
Tawa mereka menggelegar hingga mungkin terdengar sampai ruang kerja Tuan Zhang.
Benar-benar anak kurang ajar. Tapi benar juga memang. Kelas playboy-nya Tuan Zhang itu sudah kelas kakap.
Sungguh, Sifeng dan Yushen bahkan terkadang bingung tentang silsilah keluarga mereka sendiri.
***
Di Guangzhou.
Setelah penerbangan sekitar 3 jam 20 menit, akhirnya pesawat yang dinaiki Yushen dan Sifeng mendarat di Guangzhou.
Seperti rencana semula, semua pekerjaan akan mereka berikan pada Manager Huo.
Mereka berdua sudah berada di apartemen milik keluarga Zhang saat ini.
Yushen sekilas melihat Sifeng yang terduduk lelah di sofa.
"Xiao Feng, beristirahatlah! Besok kita akan melakukan perjalanan cukup jauh."
"Ah, Yushen, kau manis sekali. Kau pasti begitu menyayangiku, ya?"
"Kheh! Bodoh! Aku belum seutuhnya memaafkanmu, Br*ngsek!"
***
Keesokan harinya, Yushen menemui Tuan Huo. Tuan Huo yang selama ini mengurus perusahaan cabang Zhang Group di Guangzhou ini.
"Paman, aku dan Sifeng akan mengunjungi beberapa tempat disini. Kami mohon bantuan Anda untuk mengurus dulu pekerjaan di kantor," ucap Yushen pada Manager Huo. Seorang yang selama 30 tahun setia pada Zhang Group.
"Baik, Tuan Muda."
"Maaf, Paman. Jangan memanggilku seperti itu, panggil aku Xiao Yushen saja!"
"Baik," jawab Manager Huo, singkat.
Yushen dan Sifeng berencana mengunjungi beberapa tempat wisata di sini. Namun, sepertinya ada satu tempat yang sangat ingin Yushen kunjungi.
Sifeng menatap lekat saudranya yang berada di belakang kemudi.
'Yushen, sepertinya ada yang salah denganmu. Kenapa kau berubah seperti ini? Kau bukan Yushen yang kukenal dulu. Yushen yang penuh misteri, dingin, jarang berbicara. Apa ini masih karena Zhi Shu? Wanitaku yang lebih memilih bersamamu?' batin Sifeng.
Sifeng mengenang bagaimana terluka hatinya saat merelakan Zhi Shu untuk Yushen, sudaranya.
"Hey, kenapa kau diam, eum?"
"Aku sedang berpikir, Yushen."
"Tentang?" tanya Yushen, penasaran.
"Ah, itu bukan urusanmu. Eh, kita mau kemana ini?"
"Bukan urusanmu juga, terserah mau kubawa ke mana laju mobilku. Kalau tidak suka, keluar sekarang!"
"Ayolah, Yushen! Tidak semua yang kupikirkan harus kuceritakan padamu, bukan?"
"Dan kau juga tidak berhak mengetahui apa rencanaku juga, Sifeng?"
"Ah sudahlah, terserah! Mau kau bawa kemana pun aku pasrah."
"Bahkan jika ke lembah kematian, Sifeng?"
"APA?"
"Hemm, aku hanya bercanda, Bodoh!"
***
"Sudah lima jam perjalanan ini. Kapan kita sampai ke tempat tujuanmu itu, Yushen? Kau benar-benar ingin membawaku ke lembah kematian, heum?"
"Sepertinya kita tersesat, Sifeng."
Yushen melihat sekeliling. Hanya ada pohon-pohon besar di sekitarnya.
"Apa? Jangan bercanda, Yushen! Kan sudah ad a GPS."
"Ini tempat aneh, Sifeng. Aku tidak bisa mengakses GPS disini, tak ada sinyal bahkan kompas pun tidak berfungsi di tempat ini."
"Yushen, kumohon jangan becanda! Lihat sekeliling kita! Kita ada di daerah pegunungan. Bisa saja di depan kita ada jurang."
"Diam, Bodoh! Aku sedang berpikir." Yushen mulai memelankan laju mobilnya.
Benar, ini hutan belantara di lereng gunung. Terdapat deretan pohon pinus di sekeliling mereka. Bahkan, cahaya matahari tak sanggup menembus tempat ini. Sunyi dan gelap.
Tempat semacam apa ini sebenarnya? batin Yushen.
Bersambung ....