Lanjutan Episode 2
.
Tuhan belum mengizinkan mulut ini menikam pinggiran jantung hatinya.
...
Walau sebagaimana mencekiknya lidah tak bertulang itu. Debaran jantungku masih diberi ketenangan untuk menjaganya agar tak mencuar-cuar, walau bukan mercusuar.
Memang tak elok rasanya di usia tua masih saja berlaga jadi pejuang dahulu kala. Sementara, zaman telah berlalu cukup terjalnya. Malu betul dirasa, melihat usia senja sedang berapi-apinya.
Kala ku rindukan figur seorang pria dewasa yang lebih intens daripada berkawan. Pada perihalnya seperti polisi yang mengayomi.
Kompas ku kehilangan medan magnet di sekitarnya.
Walau tubuh adalah isolator, tak melulu konektifitas memancar dengan sempurna.
Ada daya serta unsur lain yang mendorongnya untuk bereksistensi.
Sebab siapa bisa menduga esok akan sempurna?
Mungkin, aku akan menanti keajaiban dan terus menerima dengan lapang dada
"Demi suasana yang tak semrawut oleh sebuah tindak-tanduk"
...
***TAMAT***