webnovel

Chp-1

Pukul 5:30

*Hello tuan muda, bangun!*

terdengar suara alarm yang cukup kuat dari dalam sebuah kamar. Alarm itu sudah cukup lama berbunyi tapi tak kunjung di matikan oleh orang yang berada di dalam kamar.

tak berapa lama akhirnya alarm itu dimatikan, yang berarti orang yang berada di dalam sudah bangun.

" Ah sudah pagi lagi ya?" suaranya terdengar cukup sayu dan meraba letak ponselnya ada di mana lalu mematikan alarmnya.

Tok... tok..

Suara ketukan pintu, yang terdengar cukup pelan.

"Tuan apa anda sudah bangun? Saya sudah tak mendengar lagi alarm anda"

"Sudah Rud, tak perlu khawatir" Jawabnya dengan nada rendah karena masi dalam kondisi setengah sadar.

"Baik tuan, saya akan menyiapkan sarapan, silahkan anda pilih nanti"

"Oke.."

Ia memilih duduk di atas tempat tidurnya sebentar sebelum ia bangkit dan berjalan. Setelah cukup sadar, ia keluar dari kamarnya tanpa menghidupkan lampu kamarnya.

Rey berjalan keluar dan menuju kamar mandi utama. Saat melewati lorong rumahnya, ia tak sengaja melihat Rudi yang sedang berdiri membaca sebuah buku di ruang baca miliknya dari balik sebuah kaca buram yang berukuran cukup besar yang dijadikan sebagi pembatas antara lorong dan ruang baca.

Rey mendatanginya dan tak berniat sama sekali untuk mengagetkannya. Langkah kakinya pun cukup terdengar, tetapi Rudi tetap tak merespon dan tak kunjung menoleh kearahnya karena ia masih fokus pada buku yang ia baca.

"Rudi!" ia memanggil Rudi sembari menepuk pundaknya dengan cukup kuat sehingga membuat Rudi kaget.

"Eh iya tuan ada apa?" ia pun terkejut dan reflek menutup buku yang ia baca dari tadi.

"Kenapa kau kaget? oiya tolong berhentilah memanggil ku dengan sebutan 'Tuan', kita seumuran. Cukup memanggilku dengan namaku saja, kalau 'tuan' cukup di depan kakek" sembari melirik buku yang Rudi baca.

"Maaf saya sudah lama memanggil anda dengan sebutan itu, kalau di ubah akan cukup sulit bagi saya. Lagi pula saya sangat menghormati anda, jadi akan sangat aneh bila saya memanggil anda hanya dengan nama" jawabnya sambil meletakkan kembali buku yang ia baca ke rak buku.

Rey sedikit kesal mendengar jawaban dari Rudi, ia pun segera pergi ke kamar mandi untuk meredakan kekesalannya.

Rudi kebingungan setelah melihat Rey pergi begitu saja dengan wajah kesal.

***

pukul 06:20

Matahari sudah mulai naik, cahayanya sudah mulai memasuki cendela-cendela rumah walaupun cahayanya masih kalah terang dari cahaya lampu.

Rey keluar dari kamarnya dan turun kelantai satu menuju dapur untuk sarapan. Ia keluar dengan pakaian non-formal. Celana jeans hitam panjang dan sweater coklat yang terlihat dirajut secara manual. Ia melihat Rudi yang juga telah siap, tapi ia memakai setelan jas hitam yang cukup rapi, lengkap dengan dasi panjang berwarna hitam.

"Hey apa ada rapat penting nanti" ia bertanya secara tiba-tiba karena melihat Rudi yang begitu rapi.

"tidak ada tuan" jawabnya dengan nada datar

"Lantas mengapa memakai setelan jas?, sesekali berpakaian santai lah seperti ku, Rud"

"maaf, tapi saya memang selalu memakai setelan bila ingin ke kantor, pak"

"Oiya maaf ku lupa"

Rudi sedikit kecewa karena ia selama ini tak terlalu di perhatikan oleh tuannya.

"Ah iya, kau kan baru hari ini kemari karena bu Ijah meminta cuti beberapa hari karena ada urusan mendadak di kampungnya..." Ia memberhentikan ucapannya untuk mengambil pisau selai di laci dan juga beberapa lembar roti yang ada di meja.

"Ya lalu?" Jawab Rudi karena penasaran akan lanjutan dari perkataan Rey.

"Hmm...?" Melirik wajah Rudi yang menunggu sambungan dari perkataannya tadi.

Wajah Rudi yang begitu polos menunggu ucapannya itu sangat lah lucu sampai membuat Rey tertawa kecil "Pfftt".

"Kenapa anda tertawa?"

"Kau sebegitu penasarannya dengan ucapan ku? oke-oke baik la akan ku sambung.." Ia duduk dan mengambil toples kaca berisi selai kacang.

"Pertanyaan ku, kenapa kau sudah cukup paham dengan rumah ini?" Lanjutnya sambil mengoles roti yang ia pegang dengan selai kacang yang ada di depannya.

"Saat hari sabtu kemarin, anda kan sedang berada di luar sampai larut. Saat hari itu, tepat nya saat pagi, saya datang kemari, karena anda meminta saya untuk berada di sini untuk menggantikan bu Ijah yang sedang cuti. Di situ bu Ijah memberitahu saya apa yang sering beliau lakukan"

"Ternyata beliau cekatan ya, tak heran bila kakek perna memujinya" Tak melihat Rudi yang sedang berbicara karena terlalu fokus dengan roti dan selai kacang

Setelah cukup lama mereka berdua sarapan, akhirnya mereka berdua keluar dari rumah untuk segera pergi menuju ke kantor.

Sebelum pergi, Rudi berjalan kearah garasi mobil milik Rey untuk menyiapkan mobil pribadi miliknya. Melihat Rudi yang berjalan kearah garasi, Rey segera memberitahukan kepadanya untuk tak perlu karena jarak dari rumahnya kekantor cukup dekat, jadi ia memintanya untuk jalan kaki saja.

Karena wajah Rudi yang terlihat sedikit bingung, Rey bertanya padanya.

"Kenapa? masi kaget bila seorang Presdir dari perusahaan besar yang sedang jaya ini berjalan kaki menuju kekantornya, iya?" Dengan nada sedikit kesal

"Sedikit.. Saya sedikit bingung, pak. Tapi walaupun bukan seorang Presdir, banyak orang memilih untuk naik kendaraan ketimbang berjalan kaki, baik itu dekat maupun jauh" Jawab Rudi yang berusaha menerima keadaan.

"Simpel saja, pertama jalanan sekitar sini sangat macet. kedua, masih pagi dan juga banyak pohon di sekitar sini, apa kau ingin menyia-nyiakannya?. lalu terakhir, aku suka berjalan" Jawab Rey dengan ekspresi senang

Rudi yang masih terheran-heran dengan tuannya yang satu ini hanya bisa memilih untuk diam.

"Oiya nanti siang aku ingin keluar, ada yang ingin aku ambil"

"Saat jam makan siang?"

"Iya kenapa?"

"Tapi kan anda tak bawa mobil..."

"Ooo itu gampang, aku meninggalkan satu mobil ku disana, kalau pun tak ada, aku bisa meminjam mobil milik paman"

"Ee..."

Lagi-lagi Rudi dibuat bingung karena jawaban Rey yang begitu santai.

Tak berapa lama mereka berjalan, akhirnya mereka sampai di sebuah lampu merah. Saat itu lampu merah masih terlihat hijau.

Mereka berdua menunggu di sebrang jalan. Rudi melihat ke sekelilingnya, ia menyadari satu hal yang sangat jarang ia rasakan dan lihat, Yaitu rasa terburu-buru dan ingin cepat menyebrang ke sebrang jalan.

Lampu sudah merah, beberapa orang yang menunggu sudah mulai berjalan. Rey menepuk pundak Rudi "Hey ayo jalan, jangan melamun nanti kau nunggu lagi"

Karena tepukan itu ia sadar dan segera ikut menyebrang.

***

Sesampainya di kantor, mereka berdua di sambut ramah oleh setiap karyawan yang berpapasan dengan mereka. Rudi yang memiliki sifat kaku hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Lain halnya dengan Rey, ia justru membalasnya dengan senyuman lembar yang hangat.

Beberapa karyawan menilai mereka memiliki sifat yang berbanding terbalik, dan yang seharusnya yang memiliki sifat kaku adalah sang Presdir, ini malah sekretarisnya yang memiliki sifat dan pribadi yang kaku.

mendengar perkataan itu Rey hanya meresponnya dengan senyuman. Dan Rudi bingung untuk menanggapinya karena apa yang di bilang oleh beberapa karyawan itu memang ada benarnya.

Saat berada di lobi, seorang wanita yang berada di resepsionis menghampiri mereka.

"Pagi pak Presdir dan pak Rudi, saya ingin menanyakan. Apa semalam pak Presdir ada membuat janji temu pada seseorang tetapi anda lupa untuk menemui beliau?

mendengar itu Rudi menoleh kearah Rey karena ia juga sama-sama tak tahu akan hal itu.

"Ah iya, dari klinik hewan kan?"

"Iya pak, dari klinik kucing ,pak"

"Oo iya, seharusnya semalam tapi saya lupa untuk menemui mereka. Katakan kepada mereka aku akan datang siang, di jam makan siang"

"Baik pak akan saya sampaikan"

"Terima kasih" Rey memberikan senyuman kecil dan sedikit membungkuk untuk menunjukkan rasa terima kasihnya.

Mereka berjalan kembali ke gedung utama untuk menuju ke lantai paling atas, karena ruangan Presdir ada disana

saat di perjalanan menuju gedung utama, Rudi bertanya pada Rey

"Bapak punya kucing? sejak kapan?"

"Ya, aku punya dua kucing jantan. Ku sudah cukup lama mengadopsi mereka, kenapa?"

"Ah tidak apa, pak. Saya sering melihat beberapa bulu menempel di baju bapak. Tapi beberapa hari ini saya tak melihat bulu-bulu lagi di baju bapak"

"Ooo... beberapa hari yang lalu mereka sakit, jadinya sekarang masi berada di klinik. Harusnya mereka pulang semalam tapi saya lupa menjemput mereka pulang"

Pembicaraan terhenti dan situasi diantara mereka juga ikut hening. Karena tak ada yang melanjutkan pembicaraan lagi, akhirnya mereka terus diam sampai mereka tiba di ruangan Presdir.