webnovel

01 (Tenggelam)

Berderunya ombak dan petir di kala sore itu. Langit gelap seakan mencekam suasana lelautan biru yang kini diiringi ombak yang sangat dahsyat, langit tampak begitu gelap yang diselimuti oleh awan-awan hitam di langit. Tampak di sana terdapat tiga orang gadis yang berada di tepi lautan dengan rambut yang sudah berantakan akibat kencangnya angin itu.

"Guys ... kita pulang aja yuk, Guys. Takutnya ombaknya semakin gede dan menyapu daratan, nih ..." ajak salah seorang gadis, namanya Kajes.

"Iya, iya, kita pulang aja. Kayanya kita liburan di tempat yang salah deh," jawab Rea khawatir.

"Aduh iya nih, gue takut ada tsunami kalau terus di sini," sahut Aruna yang tak kalah panik ketika melihat keadaan yang tampaknya semakin tidak stabil dan ia mempunyai firasat kalau akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh mereka.

Ketiganya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dengan berjalan hati-hati. Tampaknya sore itu akan terjadi hujan yang amat sangat lebat. Tak ada seorang pun di sana kecuali hanya tiga gadis yang hendak pulang ke rumahnya.

"Jes, Re, kita kayanya ga bisa maksain diri buat ke kapal dulu deh. Kamu gak liat ombaknya sebesar apa? Dan kalau kita maksain, bisa-bisa kapal kita terombang-ambing terus kalau tenggelam gimana?" ujar Aruna tampak khawatir. Rintikan hujan mulai membasahi bumi, lambat laun pasti air yang dihasilkan dari atas akan menjadi semakin deras dan lebat.

"Iya juga, Run. Terus sekarang gimana? Kita di sini kayanya juga gak bakal selamat kalau airnya bener-bener menyapu daratan. Gue takut ih, gak ada orang di sini. Kita ada di sebuah pulau yang sama sekali gak ada pemukiman di sini!" ujar Kajes si mata cokelat.

"Kita langsung ke kapal aja mumpung hujannya belum gede, kapal kita lumayan gede dan pake mesin juga, jadi kalau tenggelam kayanya ga bakalan. Kita bakal hati-hati ya nanti, in sya Allah semuanya bakal baik-baik aja," ujar Rea bijak.

Tanpa banyak membantah lagi, ketiganya langsung naik ke kapal atau perahu yang mereka bawa tadi. Suara gemuruh petir slalu muncul membisingkan telinga, namun mereka berusaha untuk tidak takut dengan kejadian-kejadian mencekam di sekitarnya.

Kapal itu akhirnya berlayar yang bermodalkan niat dan tekad untuk pulang. Hingga ketika mereka hampir sampai di pertengahan di laut, ombak semakin kuat getarannya membuat kapal mereka terombang-ambing. Ketiganya juga kualahan menahan diri agar tubuhnya tidak terpental dari kapal.

"Gaes gaes, kita kayanya bakal tamat di sini, dehhh ... aduhhhh ... huaaaa tolong aku Mamaaaa ..." rengek Kajes.

"Aduhhhh ... gimana nihh ... kamu jangan bikin panik napa sih, Jes! Kita lagi berusaha untuk pulang tapi kamu malah gin--"

Belum selesai Rea meneruskan kalimatnya, tiba-tiba ombak lautan meninggi dan menelan kapal itu yang membuat ketiganya jatuh ke dalam lautan. Tak ada lagi yang namanya kapal, karena kapal itu sudah terbalik dan terlepas dari ketiga orang gadis itu.

'Brushhh'

Ketiganya benar-benar berpisah dan tenggelam di detik yang sama. Untung saja ketiganya bisa berenang, namun sialnya, siapa yang mampu berenang di air yang sangat besar dan kuat ombaknya. Tidak ada yang bisa melawan arus air dari ketiganya.

"Kajes, Rea, kalian di mana?" batin Aruna yang kini sudah terbawa arus.

*Beberapa saat kemudian

Tanpa tahu kejadian selanjutnya bagaimana, Aruna, Kajes, dan Rea justru sudah terdampar di tepi lautan. Langit sudah tampak gelap yang menandakan waktu itu sudah malam. Mereka tak sadarkan diri dengan posisi berjejer. Salah satu dari ketiganya, yaitu Rea, mulai sadarkan diri dengan terbatuk-batuk, ia membuka matanya secara perlahan untuk mengetahui apakah dirinya masih hidup atau sudah meninggal dunia.

Namun setelah ia tersadar, ia terkejut dan mulai meraba-raba tubuhnya kemudian ia melihat ke samping kanan kirinya yang di mana di sana juga ada Kajes dan Aruna.

"Loh, gue belum mati? Kok ... kok gue belum mati? Terus kenapa kita bersamaan bisa ada di sini?" ujar Rea bingung dengan meraba tubuhnya sekali lagi.

"Guys, guys, bangun! Kalian masih hidup, kan?" ujar Rea seraya mengguncang tubuh kedua temannya yang masih belum sadarkan diri.

Tak lama, akhirnya Kajes dan Aruna mulai membuka matanya secara perlahan, ia bahkan juga terkejut mengapa bersamaan dari ketiganya bisa terdampar di tempat yang sama. Karen menurut mereka, ini sangat aneh.

"Eh, kok ... kita masih ada hidup? Kalian belum jadi hantu, kan?" ujar Kajes.

"Gak tau, kayaknya sih ... belum. Coba kalian pegang dada kalian dan rasakan detak jantung kalian, masih bisa dirasakan detakannya apa nggak," ujar Aruna.

Kemudian ketiganya langsung menyentuh dada mereka masing-masing untuk merasakan detakan jantung yang ada di dalam tubuhnya.

'Deg deg deg deg'

"Masih berdetak kok," ucap Kajes.

"Iya masih berdetak, kita masih hidup dong?" ucap Aruna.

"Hmm ... ya kayanya gitu. Tapi kalau kita masih hidup, kenapa bisa kita terselematkan dari kejadian tadi? Harusnya kan kita sudah meninggal, sekalipun terselamatkan, ga mungkin kita terdampar di tempat yang sama. Dan biasanya juga ga mungkin dari kita bertiga selamat semua, bukannya apa-apa sih, cuma kalian tadi liat sendiri kan gimana ombak itu menelan kita tadi?" ujar Rea sembari berpikir.

"Iya juga, sih. Jadi ini fix kalau kita ada yang nyelametin!" ujar Kajes yakin.

"Bener, tapi orangnya mana ya? Masa dia ninggalin kita di sini setelah diselamatkan? Hm, di mana orang itu?" ucap Aruna dengan memggaruk kepalanya bingung.

"Di sini." Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita dari arah belakang. Sontak ketiganya langsung menoleh ke arah sumber suara.

Wanita itu berparas sangat cantik bak bidadari, badannya tinggi, dan body yang sangat bagus. Rambutnya berwarna hitam kecoklatan yang kini rambutnya dibiarkan tergerai begitu saja.

"S-siapa itu?" ucap Aruna pelan.

"Kayanya itu orang yang nyelametin kita," jawab Kajes pelan.

"Apa? Masa iya satu orang cewe mampu nyelametin kita bertiga?" bisik Rea.

Hingga tiba lah wanita itu tepat di belakang mereka dengan pandangan lurus ke bawah melihat ketiganya.

"Kalian bertiga, bangunlah!" ucap wanita itu tegas.

Seketika ketiganya saling tatap satu sama lain dengan tatapan kebingungan. Tanpa banyak bertanya lagi, mereka akhirnya memutuskan untuk berdiri sesuai perintah dari wanita itu.

Namun, pada saat mereka ingin bangkit. Tiba-tiba saja ketiganya sama-sama terjatuh ke tempat semula seakan mereka kesusahan untuk berdiri. Kakinya terasa sangat lemas tanpa tahu sebabnya apa.

'brug!' Ketiganya jatuh secara bersamaan.

"Aaww ... aduh sakit banget," rintih Kajes.

"Aduh ... kaki gue kenapa lemes banget yaa ... aduh ... apa karena kita kelamaan di laut?" ucap Aruna.

"Sama nih, kira-kira kenapa ya? Aduh ... " rintih Rea.