webnovel

Dimulai dengan elusan

Hari cerah adalah waktu yang tepat untuk berjalan-jalan. Tidak ada yang akan menghentikanku atau memperhatikanku. Tentunya kecuali pemilikku. Ini pertama kali aku sampai dirumah ini. Semuanya memanjakanku.

Hari ini aku merasa ingin pergi sedikit lebih jauh. Tidak mungkin aku akan tersesat karena aku hanya mengikuti jalan besar yang lurus.

Aku memasuki pagar sebuah rumah.

"Ck...ck...ck...".

Telingaku berdiri. Aku berbalik melihat asal suara. Manusia lain. Aku mendekatinya. Dia langsung menunjukan tangannya. Aku memgendusnya. Tidak ada yang aneh, jadi aku menandainya dengan bauku.

Aku menggosokan diri padanya. Tangannya berpindah dari daguku ke kepalaku. Elusannya tidak terlalu buruk. Aku putuskan dia temanku mulai hari ini.

Keesokan harinya aku kembali padanya. Dia selalu menyambutku walau aku tidak pernah diperbolehkan masuk seperti dirumah. Dia juga tidak pernah memberiku makan. Memang kadang dia memberiku sedikit makanan, tapi itu tidak membuatku kenyang. Setidaknya dia selalu menyiapkan air kalau aku haus.

Dia tidak selalu menemaniku. Setelah aku datang dia akan duduk dan membiarkanku duduk dipangkuannya. Tapi dia pasti harus masuk kedalam rumahnya. Kenapa dia selalu melarangku masuk? Aku tidak punya pilihan selain menunggunya.

Menunggunya kembali keluar tidak terlalu buruk. Jarang sekali ada orang yang datang kesini. Berbeda dengan rumah majikanku yang selalu ribut, banyak suara, dan selalu ada orang yang memganggu tidur siangku. Disini aku bisa tidur menikmati hangat sinar mentari. Aku tidak usah khawatir ada yang mendekatiku dan menyentuhku sembarangan.

"Cimit~".

Itu yang selalu dia katakan saat melihatku. Aku rasa itu panggilan untukku darinya. Aku tidak mengerti artinya, tapi dari suaranya hari ini aku akan diberi sesuatu untuk dimakan. Dan benar saja. Walau kecil aku memakan daging itu. Andai dia memberiku lebih banyak, aku tidak perlu ke rumah majikanku untuk makan. Aku mungkin lebih memilih tinggal disini.

Dia sangat baik dan lembut. Elusannya juga sangat nyaman. Dia memberiku tempat untuk bersantai, jadi aku akan memaafkannya karena tidak memberiku makan. Dan bicara soal makan aku harus pulang karena lapar. Hanya majikanku yang akan memberiku makan.

Seperti itulah keseharianku. Pulang pergi dari rumahnya ke rumah majikanku. Kadang aku penasaran apa aku harus memberinya sesuatu. Tapi dia tidak memberiku makan, jadi kurasa dia tidak berniat memeliharaku.

Walau begitu, hanya dengan datang dan mengelusku sudah membuatnya senang. Jadi kurasa kami impas? Dia senang aku datang, dan aku bisa bersantai tanpa khawatir.

Tapi sepertinya aku tidak bisa menemuinya lagi sekarang. Ada sesuatu yang salah denganku. Aku merasa lemas dan lemah. Aku tidak punya tenaga untuk menemuinya lagi.

Selamat tinggal Temanku dan terima kasih Tuanku.