webnovel

Menyapa Awan Kecup Gelombang

Perjuangan mendaki gunung, sampai mengarungi lautan yang di lakukan oleh seorang pemuda, menghabiskan waktu 15 tahun lamanya. Hanya untuk mengejar cinta, yg di yakinnya tulus dan suci. Ikrar janji yg di pegang, layaknya gunung yang tetap berdiri kokoh menahan panas dan dingin yg datang silih berganti. Ahmad Zulfikar Syarif, atau sering di panggil Fikar, adalah seorang pemuda yg hobinya mendaki gunung. Namun kini Ia hanyut oleh derasnya arus dan gelombang air laut. Sejak perpisahan sekolah tahun 2005, Andi Mutia Rahayu atau kerap di panggil Ayu, menghilang entah kemana. Tanpa penjelasan, dan tanpa kata satupun yang terucap dari bibirnya, ia menghilang bag di Telang bumi. Bertahun tahun Fikar mendaki gunung tanpa kenal lelah. Dengan harapan bisa menemukan Ayu, dan meminta penjelasan darinya, namun semua itu sia sia. Hingga pada akhirnya Fikarpun mendengar kabar tentang keberadaan Ayu sekarang. Tanpa berfikir panjang, Fikarpun merantau ke tanah Papua, demi mamuaskan hati yg meraung dan berontak dalam jiwanya. Sesampai di tanah Papua, taksekalipun Fikar melihat Ayu. Namun bayangan wajahnya tak sedetikpun luput dari pandangannya. Ditengah pencarian Fikar yg sangat melelahkan hati, Fikarpun bertemu dengan seorang gadis sederhana. Seorang gadis yg jika menatap, maka bibirku terasa keluh. Jika bicara, jiwaku terasa kosong. Dan jika berjalan melangkah menjauh dariku, maka hatiku memaksa untuk terus mendekatinya. Dan wanita itulah yang jadi calon istriku. Ditengah resepsi pernikahan Fikar dan Tika, Ayupun hadir memberi ucapan selamat, sambil memeluk Fikar erat erat, hujanpun turun barsamaan Dangan air mata yang mengalir membasahi pipi

Zul_Syarif · War
Not enough ratings
4 Chs

Bab II Pelengi di puncak gunung

31 Desember 2020 Pukul, 22 ; 14 waktu Indonesia Timur. Pulau Habek sebagai tanda yang akan menjadi saksi bisu atas tekat yg mulai ku tanamkan dalam hati. Malam ini kapal berlabuh di lintang; 08.14.466, kordinat 139.26.972. Tepat di sebelah timur pulau Habek, angin bertiup dari Utara, sesekali bertiup dari barat. Pertanda musim pancaroba hampir memasuki musim penghujan.

Desiran angin yang bertiup,

Rebahkan tubuh diatas atap,

Dalam diam dimalam senyap

Masih terlihat kepakan sayap,

Mesin mesin berbunyi lantang,

Menyeret hati dalam bimbang.

Setiap malam engkau terbayang,

Kapan bertemu wanita tersayang.

Rona pelangi dipuncak gunung,

walau mentari

Malam ini akan menjadi malam pertama saya untuk menulis lagi, setelah sekian lama saya hampir tidak pernah menulis lagi, kini saya akan mulai dari kisah masa laluku.

Kisah ini berawal dari puisi yang saya bacakan secara langsung kepada wanita yang telah saya taksir selama hampir 3 tahun lamanya. Di atas puncak gunung bawa Karaeng, yg tingginya mencapai 2830 MDPL, dengan suhu udara yang sangat minim, mencapai 17_25°©. Menambah rasa was-was dan gemetar yang saya rasakan ketika itu.

Sambil memetik gitar dengan nada klasikal,

Perkenalkan nama saya; Ahmad Zulfikar Syarif. (Fikar)

Asal; Jene'ponto, Sulawesi Selatan.

Strata; masih pelajar kelas 3 di MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Binamu Jeneponto.

Dan Puisi ini spesial buat dirinya yang selalu bermain di ingatanku.

Jangan merunduk menatap bumi,

Tegakan bahu tatap menantang.

Janganlah tunduk wahai pribumi,

Ucapkan dulu kata yang lantang.

Terlalu lama hidup mendaki,

Hingga kulupa kapan kanpulang.

Banyaknya gunung yang kulewati,

Namun wajahmu masih terbayang.

Di malam ini,

kuingin mereka tahu.

Hannya dirimu kesayangi,

Aku cinta kamu.

(Sambil menunjuk kearah seorang wanita dan kusebutkan namanya)

Andi Mutia Rahayu(Ayu)

Ayu; (berdiri dan melangkah pelan seakan malu menghampiri Fikar, yang berdiri ditengah lingkaran para pendaki yang menghangatkan badannya dekat api ungngun, lalu ayu mengeluarkan buku dan pulpen dari tasnya, kemudian di serahkan pada Fikar). Tulislah dibuku ini( kata Ayu pada Fikar)

Fikar. Apa yang harus saya tulis?(merasa bingung melihat ekspresi ayu memberi buku dan pulpen)

Ayu. Yang kamu bilang tadi.

Fikar. Lalu jawaban dari pernyataan ku?

Ayu. Makanya, tulis puisinya, lengkap tanggal dan jam sekarang. Itu sebagai tanda jadian kita.

Fikar. Jadian?

Ayu. Ia!

Fikar.(dengan perasaan yang sangat bahagia) kita resmi pacaran?

Ayu. Ya ia lah,,, aku juga suka kamu dari dulu kok.

Sontak para pendaki bertepuk tangan dan teriak seolah ngeledek Fikar dan Ayu.

Fikar. Tanpa terkendali, repleks hendak memeluk Ayu.

Ayu. (Menghindar lalu berkata) jangan dulu, tidak secepat itu.

Fikar. Sorry tidak sengaja, itu repleks lantaran merasa sangat bahagia.

Ayu. (sambil menarik tangan Fikar untuk segera keluar dari lingkaran, karena merasa malu) udah kita duduk yuk? Malu di ledekin teman.

Sesampai didekat Fatmawati Hasan duduk, Fatma langsung memeluk dan memberi ucapan selamat. Kemudian menyusul Andi Arniati Baso'(Ati).

Ati; Saya heran dengan sepupuku ini, setelah sekian banyak cowok yang kau tolak, tapi sekarang kenapa malah langsung kamu terima? apakah kamu yakin, suka sama Fikar?

Ayu; Anti Cikakku sayang,,,! Fikar itu adalah Cowok yg selama ini saya cintai.

Anti; Kok bisah, tapi kamu tdk pernah cerita kekita sebagai sahabatmu.

Fatma; ia itu benar, kenapa kamu tdk pernah cerita? malah kalau saya perhatikan kalian berdua dulu kan saling bersaing, merasa tak mau kalah dalam hal apapun di sekolah.

Ayu; Anti, Fatma, justru itulah alasan saya suka dengan Fikar.